Share

05

"Ehh, iya. Sory gue lagi nggak fokus. Lo lanjutin makan siang sendiri nggak papa kan Hana? Ada yang harus gue pastiin dulu soalnya," ucap Latifa pada Hana. Wanita itu beranjak dari duduknya mengembalikan trai makan siang. Lalu bergegas mencari tempat untuk menenangkan pikirannya.

Latifa adalah tipikal orang yang cepat over thinking dan sulit melupakan setiap kejadian penting dalam hidupnya.

'Ok, Ifa. Sekarang lo nggak boleh over thinking dulu. Mas Harsa pasti segera kasih kabar baik ke lo,' cicit Latifa. Ia memilih pergi ke mushola kantor untuk sholat supaya hati dan pikirannya lebih tenang.

Bali di waktu yang sama saat berita kecelakaan pesawat dengan maskapai penerbangan yang sama dengan yang Harsa naiki sedang disiarkan. Pria itu baru saja tiba di rumah orang tuanya.

Adik dan papa Harsa yang menonton berita itu ikut gelisah. Mereka sempat Harsa beri kabar kala dirinya pagi tadi akan melakukan penerbangan.

Mereka sangat bersyukur Harsa sampai di rumah dengan selamat. Meski kemudian mereka memberondong pertanyaan pada Harsa mengapa Latifa istri Harsa tidak ikut pulang kembali ke Bali bersama Harsa.

"Kamu gagal membawanya kembali? Apa dia belum bisa memaafkan kesalahan saya?" tanya papa pada Harsa.

Keadaan papa Harsa yang sedang sakit itu memang membuat pria tua itu semakin sensitive perasaannya.

"Bukan seperti itu pa. Latifa bukan perempuan pendendam. Ia sudah memaafkan kita semua sedari sebelum kita meminta maaf. Namun, untuk saat ini dirinya memang belum bisa ikut kembali ke sini. Sekarang dia sedang bekerja dan anak Harsa juga masih sekolah. Kasihan bukan jika Adam harus pindah sekolah lagi yang ke tiga kalinya? Insya Alloh nanti saat kenaikan kelas mereka semua siap kembali ke sini," ungkap Harsa.

Harsa sengaja tidak menceritakan trauma yang Latifa alami. Harsa khawatir jika menceritakan itu kesehatan papanya akan semakin menurun.

Saat ini Latifa di mushola kantor memilih merebahkan tubuhnya kala kesulitan menetralisir perasaannya. Ada rasa menyesal di hati Latifa tidak bisa mengantar keberangkatan suaminya tadi pagi. Terlebih saat membaca berondongan notifikasi pesan dari Harsa yang menyatakan dirinya tengah kesal pada Fadil. Latifa yang belum sempat menjelaskan kesalah pahaman itu makin dibuat bersalah karenanya.

Latifa yang sedang over thinking itu terlelap di mushola kantor. Dalam lelapnya Latifa kembali diingatkan pada kepingan kejadian kala dirinya dimaki sang papa mertua.

"Pah, Ifa berani bersumpah tidak kenal laki-laki itu. Dia datang bertamu ke rumah juga bilang ingin bertemu papah. Latifa mempersilahkan dia masuk karena tidak enak jika ia menunggu di luar," ungkap Latifa menjelaskan tentang foto yang adik iparnya ambil secara diam diam.

"Mana ada, tidak kenal datang ke rumah sampai tiga kali banyaknya? Ketiga kali kedatanganya juga semua kondisi rumah sedang kosong tidak ada Mas Harsa atau pun papah di rumah!" seru Dewi adik ipar Latifa. Ia yang cemburu dengan Latifa itu memang kerjasama dengan tamu yang mengaku ingin bertemu papanya.

Latifa yang tidak punya bukti untuk menyangkal tuduhhan Dewi itu akhirnya hanya bisa pasrah menerima fitnah adik iparnya. Latifa bahkan hanya mampu bertahan satu bulan setelah kejadian itu yang membuat sikap seluruh anggota keluarga suaminya seperti tidak menganggap dirinya ada di antara mereka.

Bahkan setelah kejadian itu Harsa yang statusnya sebagai suami Latifa pun ikut menjauhi Latifa istrinya. Ia memilih tidur di kamar tamu bersama Adam anak sulungnya dengan alibi Deja putri bayinya berisik membuatnya tidak bisa terlelap. Jadilah selama sebulan terakhir sebelum Latifa meminta dipulangkan ke rumah orang tuanya ia harus mengasuh bayi mungilnya seorang diri sembari hidup di tengah keluarga yang tidak menganggap kehadiran dirinya ada di antara mereka. Latifa bahkan mulai sakit karena kelelahan.

Saat meninggalkan rumah mertuanya Latifa tidak berharap suaminya akan ikut mengantarnya. Latifa bahkan juga tidak perduli dengan semua barang miliknya yang dibelinya dengan menabung saat di tanah rantau. Latifa ingin pergi dengan tenang meninggalkan semua kenangan buruk selama ia tinggal di Bali. Latifa pergi hanya membawa koper berisikan baju miliknya dan kedua anaknya.

"Ifa pamit papa. Jaga kesehatan, ya. Ifa juga mohon maaf jika banyak salah selama tinggal di sini," ucap Latifa kala berpamitan dengan papa Harsa.

"Ingat kamu pulang hanya untuk mengunjungi orang tuamu! Kamu harus kembali ke sini. Jika kamu tidak kembali. Jangan harap kamu yang durhaka terhadap saya akan bahagia di luaran sana!" maki papa Harsa melepas kepergian Latifa dan kedua cucunya.

Harsa yang awalnya tidak akan mengantar dipaksa papanya untuk mengantar Latifa pulang ke rumah orang tuanya. Meski kesal dengan menantunya itu, ia tidak tega membiarkan kedua cucunya pergi tanpa sosok sang ayah.

"Entah bagaimana kehidupanku selanjutnya, hiks." Latifa menangis sepanjang jalan mengingat semua ucapan makian sang papa mertua yang lebih terkesan seperti sumpah serapah untuknya.

Semua kepingan kejadian itu terhenti kala suara perempuan membangunkan Latifa dengan mengoncangkan tubuh Latifa cukup kuat.

"Fa ... Ifa," panggil Hana. Wanita itu panik membangunkan Latifa yang sesenggukan dalam lelapnya.

"Ehh, elo," ucap Latifa kala menyadari sahabatnya itu kini tengah berada di sampingnya.

"Ada masalah apa? Nggak biasa lo sampai ketiduran di mushola gini?" tanya Hana. Kemudian perempuan itu membantu Latifa bangun.

"Gue lagi over thinking aja. Eh, nggak nyadar abis sholat malah jadi ketiduran di sini," jawab Latifa. Kemudian wanita itu merapikan mukena miliknya. Latifa sengaja tidak langsung menceritakan masalahnya. Latifa ingin mendapat kepastian lebih dulu dari Harsa suaminya.

"Ya udah mending sekarang kita balik ke ruangan aja yuk. Hutang cerita lo nanti aja ceritanya pas pulang kerja sambil hangout, kemarin kan kita nggak jadi hangout bareng," celoteh Hana. Wanita itu lekas mengajak Latifa beranjak kembali keruangan kerja mereka.

Latifa baru sampai di meja kerja, datang sekretaris Fadil meminta Latifa menghadap atasannya itu.

Tok ... tokk ... took ....

"Masuk." Fadil mempersilahkan Latifa memasuki ruangnya.

"Bapak memanggil saya?" tanya Latifa to the point pada Fadil.

"Hemm, nanti sore temani saya bertemu clien," ungkap Fadil. Pria itu menjelaskan maksud dari memanggil Latifa keruangan nya.

"Maaf, bukankah itu tugas sekretaris Bapak?" tanya Latifa. Ia merasa permintaan Fadil bukan bagian dari tugasnya.

"Ohh iya, saya belum beritahu kamu, ya. Sekretarisku itu dalam waktu dekat ini akan menikah. Ia diminta berhenti bekerja oleh suaminya setelah mereka resmi menikah nanti," ungkap Fadil pada Latifa.

"Lalu? Apa hubungannya dengan saya Pak?" tanya Latifa dengan polosnya. Wanita itu seolah tidak paham arah pembicaraan atasannya itu.

"Tentu saya ingin mempromosikan kamu menjadi sekretaris pribadi saya," ucap Fadil.

Fadil sangat percaya diri Latifa akan senang hati menerima kenaikan jabatan itu.

Latifa mendenguskan napas kasar mendapati maksud Fadil memanggilnya untuk menghadap.

"Hufft ... apakah tidak ada kandidat lain selain saya yang lebih pantas, Pak?" tanya Latifa pada Fadil. Pertanyaan itu bahkan membuat Fadil tidak menyangkannya.

Kebanyakan orang akan senang dengan posisi yang akan Latifa dapatkan.

"Kamu yakin tidak menginginkannya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status