Share

Bab 5. Bertemu Darasifa

"Siapa kamu? Kenapa ada di rumahku?" Dari balik pintu kamar aku melihat Rena yang baru saja terbangun, dengan gusar menghampiri Widia yang sedang menghidangkan sarapan di meja makan.

Widia membalikkan badannya, "Saya Asisten rumah tangga di sini. Ada masalah?" sahutnya santai.

Rena melotot pada Widia. Namun wanita berhijab itu tetap bersikap tenang dan terus mengerjakan tugasnya.

"Maaaas.!"

"Ada apa, Rena?"  Pagi-pagi istriku itu sudah berisik. Biasanya tidak pernah peduli dan tetap meringkuk di tempat tidur

Aku  yang melanjutkan berpakaian di dalam kamar menjawab teriakan Rena. Untunglah Widia datang pagi ini. Semua yang aku butuhkan dengan cekatan ia siapkan. Termasuk pakaian kerjaku yang sudah rapi di setrika. Paduan warnanya pun sangat pas. Sesuai seleraku.

Aku senyum-senyum sendiri. Membayangkan memiliki istri seperti Widia. Astaga! Apa yang aku pikirkan ini ?

"Kenapa Kamu senyum-senyum sendiri kayak gitu, mas?"

Aku terlonjak melihat Rena sudah ada di belakangku. Mata istriku itu terus mengawasiku.

"Aku kan sudah bilang. Kalau ambil asisten rumah tangga itu jangan yang masih muda. Pokoknya aku enggak mau tau. Usir perempuan itu dari sini!"

Rena melotot seraya bertolak pinggang di depanku.

"Oke. Tapi dengan syarat, kamu sebagai istri harus mau mengerjakan semua pekerjaan rumah, termasuk mengurus segala keperluanku," tegasku tak kalah  keras. Mulai sekarang aku harus tegas pada istriku ini.

Rena terdiam. Matanya memandangku dengan wajah kesal. Sepertinya dia tak akan sanggup dengan syarat yang aku berikan.

"Huh!" Dia menghempaskan napas dengan kasar. Kemudian berlalu meninggalkanku sendiri di kamar.

Hari ini aku lebih bersemangat. karena nanti siang akan mendatangi lokasi pemotretan artis-artis cantik. Dan di sana ada Darasifa. Aku harus tampil sempurna hari ini. Semoga wanita cantik itu sudi berkenalan denganku.

Hidangan di meja begitu menggugah selera. Tak sabar rasanya ingin mencicipi olahan tangan Widia. Ah, kenapa aku begitu suka mengulang-ngulang namanya.

"Silahkan, Pak!" Widia menyendokkan nasi dan lauk pauk di piringku.

Lalu menuangkan segelas jus buah ke dalam gelasku.

Seharusnya  Rena yang melakukan ini semua..Tapi entah kemana istriku itu.

Astaga!  Masakan ini. Aku rindu masakan rumahan seperti ini. Kenapa rasanya nikmat sekali.

"Widia, kamu masak banyak?"

"Iya, Pak."

""Kalau begitu, tolong masukkan ke dalam kotak bekalku ya. Mulai hari ini aku ingin tiap hari membawa bekal dari rumah."

"Baik, Pak.'

"Oh, ya. Kenapa jam kerjamu hanya sampai pukul 10 pagi saja.

"Oh itu. Kalau siang saya kuliah, Pak." Jawabnya seraya membereskan piring-piring bekas makanku.

"Hei kamu, kalau kerja ya kerja aja. Enggak usah cari perhatian sama suamiku!" Tiba - tiba Rena muncul masih dengan pakaian dan rambut yang acak-acakan. Muak aku melihatnya.

Untunglah Widia tidak terlalu memperdulikan perkataan Rena.

"Rena, sebaiknya kamu mandi sana!" ketusku. Lalu aku bersiap-siap melangkah keluar hendak berangkat ke kantor .

Rena memandang kesal padaku. Lalu dengan menghentak-hentakkan kaki ia kembali melangkah masuk ke kamarnya.

"Widia, tolong ambilkan tas kerja di ruang kerja saya!"

"Baik, Pak." Dengan sigap Widia melakukan yang aku pinta.

"Ini, Pak. Sekalian kotak bekalnya."

Aku meraih tas dan kotak bekalku dari tangan Widia. Jemari tangannya yang putih sedikit tersingkap nampak begitu halus dan lembut. Aroma tubuhnya begitu menenangkan. Kenapa aku begitu nyaman berada di dekat wanita ini.

Tak lama kemudian akupun melajukan mobilku menuju kantor. 

Lalu lintas pagi ini lancar. Beruntung bisa berangkat lebih pagi. Kali ini aku pastikan tidak akan terlambat. Tidak ada lagi drama pagi di rumah maupun di kantor. Semua akan baik-baik saja selama Widia bekerja di rumahku.

.

"Tumben pagi." Rudi menyapaku di lobby saat kami berpapasan.

"Iya, Dong," sahutku bangga.

"Wah, kayaknya ganti bini nih. Hahaha ...!!

Lagi-lagi asistenku itu menggodaku. Hanya dia yang mengetahui kehidupan rumah tanggaku.

"Rud, jangan lupa setelah makan siang kita ke lokasi," ujarku mengingatkan. Entah mengapa sepertinya aku sangat tidak sabar ingin bertemu model cantik itu.

"Siap, Bos. Managernya bilang kita harus curi-curi waktu di sela-sela pemotretannya. Karena jadwal Darasifa hari ini padat," jelas Rudi.

"Apa kita ke sana lain waktu saja, mungkin bisa hari ....," lanjut asistenku.

"Eh, jangan dong. Pokoknya hari ini kita harus bisa menemuinya," selaku.

"Cieeee, semangat banget, Bos.!"

Aku senyum-senyum sendiri membayangkan Darasifa yang begitu cantik. Kembali kubuka ponselku dan mencari foto-foto terbaru di akun media sosialnya. Aku yang selama ini tidak pernah tertarik dengan sosial media, kali ini justru rasanya selalu tak sabar menunggu postingan-postingan baru dari  wanita cantik itu.

Salah satu foto Darasifa yang diperlihatkan Rena semalam. Kalung itu pasti sudah di pesan oleh istriku itu. Dasar wanita gila harta, pemalas dan boros. Lama-lama aku tidak tahan hidup berlama-lama  dengannya.

Lihat saja Rena, kalau aku berhasil mendapatkan Darasifa, kamu akan ternganga dan tergugu di hadapanku. Hahahahaha ....

Jam makan siang yang kutunggu-tunggu, membuatku tak sabar membuka kotak bekalku.

"Suf, yuk ke kantin!" ajak Rudi dan beberapa karyawan yang satu ruangan denganku.

"Aku bawa bekal, Bro. Makan di sini aja," sahutku bangga seraya membuka kotak bekal yang mengeluarkan aroma yang begitu menggugah selera.

"Wah, wah beneran sudah ganti bini kayaknya, nih. Atau Mbak Rena sedang khilaf? Hahahaha ..." Rudi terus saja menggodaku seraya tertawa terbahak-bahak.

"Sudah, sudah sana pada pergi!

"Rud, jangan lama-lama. Satu jam lagi kita berangkat ke lokasi!" Sekali lagi aku mengingatkan asistenku yang heboh itu.

Dengan semangat aku melahap masakan Widia hingga habis tak bersisa.

[Maaas, kalungnya limited edition. Aku enggak kebagian. Tolong cariin! Pokoknya aku harus punya itu]

[Maaas, gimanaaa??? udah dapet belum kalungnya?]

Setelah makan, aku membuka beberapa pesan dan panggilan dari Rena yang aku abaikan sejak tadi. Bikin pusing saja wanita itu. Mana sempat aku cari-cari kalung kayak gitu.

Setelah jam makan siang, aku dan Rudi berangkat menuju lokasi pemotretan. Di perjalanan tak henti-hentinya Rudi menggodaku. Hingga kami sampai di lokasi yang terletak di sebuah taman di perbatasan kota.

Rudi langsung mencari manager Darasifa untuk membicarakan kontrak dan janji pertemuan yang akan kami lakukan nanti. Sedangkan aku terus mencari keberadaan wanita cantik itu. Dimanakan dia? sudah hampir satu jam aku di sini. Tapi tidak terlihat keberadaannya.

Rasanya aku hampir putus asa. Lebih baik kembali ke mobil dan menunggu Rudi di sana. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju mobilku. Namun Tiba-tiba seseorang menabrakku.

"Ups maaf tidak sengaja, permisi ..."

Astaga! Suara itu ... Kenapa rasanya aku sangat familiar dengan suara itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status