Share

Bagian 7

Author: Irma W
last update Last Updated: 2022-06-21 13:28:48

Sudah sekitar satu minggu, Frans tidak kembali ke rumah keluarga besarnya. Dia memilih tinggal di rumah warisan kakeknya yang jauh dari keramaian. Dia hanya tinggal bersama para pelayan dan pengawalnya saja. 

Frans turun dari mobil di sambut dua pengawal rumah. Ketika sudah berdiri sambil menarik kemejanya lebih rapi dan menyugar rambutnya, Frans meminta dua orang itu untuk segera menyingkir. Setelah itu, Frans berkedip meminta Leo dan Tom berjalan di belakangnya.

Sampai di depan anak tangga menuju pintu masuk, Frans berdiri sambil mendongak memandangi bangunan rumah di hadapannya itu.

“Untuk apa juga aku datang ke sini?” decak Frans. “Cih, bukankah sudah ada putra kesayangan juga?”

Frans menarik napas lalu menaiki tangga bersamaan dengan napasnya yang berembus cepat. Suara tapak sepatunya bergema membuat suasana mendadak tegang dan tidak nyaman bagi dua orang yang ada di belakang Frans. Mereka tidak yakin kalau Tuannya sudah datang ke rumah ini, karena biasanya akan ada perdebatan.

Dua pengawal yang tadi menyambut Frans berlari mendahului, lantas membukakan pintu. Saat itu Frans tersenyum meyeringai. Ia pikir dua pengawal rumah ini akan membiarkannya membuka pintu sendiri, ternyata merek peka juga.

Dua pengawal itu mempersilahkan Frans masuk dan menuntunnya menuju ruang keluarga. Sampai di sana sudah ada keluarga yang berkumpul menghadap pada meja yang penuh dengan hidangan makan malam. Frans tersenyum tipis. Yang Frans lihat pertama ada ayah, ibu yang duduk berdampingan. Di sebelah kiri ayahnya ada lagi Wanita dan pria paruh baya yang tidak lain adalah adik dan juga ipar dari ayah. Lalu, dua pria tampan yang tak lain adalah putra mereka. Di sebelahnya lagi terlihat satu Wanita cantik yang entah siapa itu, Frans masih belum tahu.

Dari tatapan mereka semua, ada tiga mata yang seperti  biasa penuh ke tidak sukaan. Mereka hanya menatap Frans sekilas bahkan sepertinya tidak berniat untuk memberi sambutan.

“Kemari!” sang ibu melambai dan memintanya untuk duduk. Sarah tersenyum lebar melihat sang putra datang.

Frans jalan ogah-ogahan lalu ikut duduk.

Tidak ada pembicaraan apa pun selama makan malam berlangsung. Semua diwajibkan diam dan menikmati makanan yang tersaji. Itulah aturan di keluarga ini.

Sekitar setengah jam berlangsung acara makan malam pun selesai. Frans yang sudah merasa bosan ingin beranjak, tapi dengan cepat Sarah menggapainya.

“Duduklah dulu,” pintanya.

Frans menatap santai lantas duduk kembali. “Kupikir acaranya sudah selesai.”

Di samping sang istri, Jeff sudah mendesah berat melihat sikap Frans yang masih tetap acuh dan dingin. Sebagai istri yang baik, Sarah sudah menggenggam tangan sang suami supaya tetap tenang. Namun, di samping itu, ada sosok yang menatapnya tidak suka.

“Tidakkah kamu merindukan ayah dan ibumu?” tanya Jeff dengan nada kesal.

Dengan santainya Frans menghela napas lalu bersandar. “Untuk apa aku ada di sini sementara tidak ada yang menyukai kehadiranku?” kalimat itu jelas sekali ditunjukkan pada empat orang yang duduk di hadapannya saat ini.

“Setidaknya datang u tuk bertemu ibumu.”

Frans spontan menoleh ke arah ibunya yang tersenyum menahan rindu. Memang baru satu minggu Frans tidak datang berkunjung, tapi meski berkunjung selalu saja hanya sebentar dan tidak pernah sampai menginap.

“Dan di mana calon istrimu yang katanya ingin kamu kenalkan?”

Shit! Frans lupa akan hal itu. Satu minggu ini dia sedang berniat mencari Wanita untuk dijadikan kekasih palsunya supaya bisa lepas dari pertanyaan bodoh kedua orang tuanya mengenai keturunan. Reaksi Frans yang bingung dan terkesan menghindar membuat satu pria di hadapannya menyeringai.

“Bilang saja kalau tidak ada yang mau denganmu.”

Kalimat itu membuat Frans spontan menoleh dengan tatapan dingin. Sekarang Frans tahu siapa Wanita yang duduk di samping Drako. Jelas sekali dari duduknya yang berdampingan dan sok tersenyum mesra.

“Besok juga aku kenalkan,” ucap Frans.

Mereka sepertinya sengaja mau mempermalukanku di sini. Kalau begitu, baiklah aku turuti permainan kalian. 

“Kamu hanya sedang mencari alasan kan?” cibir Pete. “Aku bahkan tidak pernah melihatmu bersama seorang Wanita selain mantanmu yang sudah kabur itu.”

Brak!

Frans spontan berdiri dan menggebrak meja. Semua yang berada di sini sontak terjungkat kaget.

Biasanya Pete tidak pernah ikut bicara, mungkin kali ini hanya ingin sekedar menggoda Frans.

“Hati-hati kalau bicara! Memang kamu siapa berani ikut campur urusanku?”

“Tenang, Bro. aku hanya sekedar ingin ikut bicara.” Pete tersenyum miring dengan tatapan mata seperti sedang mempermainkan.

“Frans, tenanglah. Duduk dulu.” Sarah menarik tangan Frans.

“John, suruh anakmu diam dulu,” ucap Jeff pada adik iparnya itu. “Kalau perlu ajak mereka ke luar dulu dari sini. Biarkan aku bicara dengan putraku.”

“lho, kamu mengusirku dan anak-anakku?” sungut Johny.

Jeff langsung menatap adik perempuannya, memberi kode supaya segera memberi pengertian pada Johny.

“Kita ke luar dulu,” ucap Rachel. “Makan malam juga sudah usai kan?”

Rachel beranjak lebih dulu. Ia menatap kedua putranya lalu pada suaminya meminta untuk segera ikut pergi. Pergi dari ruangan tersebut, Johny merasa sedang direndahkan. Ia tidak suka saat kakak iparnya itu sok mengatur.

“Kita juga berhak di sana,” ucapnya dengan nada kesal.

Dua putranya sudah pergi karena malas melihat kedua orang tuanya yang mulai berdebat. Drako pergi mengantar kekasihnya pulang, sedangkan Pete sudah berlari ke atas menuju kamarnya.

“Lama-lama aku kesal dengan kakakmu yang selalu mementingkan istri dan putra sialannya itu.” Johny menjatuhkan diri duduk di atas sofa.

“Memang harus apa kita? Kita juga tidak perlu ikut campur. Cukup bisa tinggal di rumah ini saja sudah untung.”

Johny menatap istrinya dengan tajam dengan dagu terangkat. “Apa maksud kamu bicara seperti itu? Kamu sedang menghinaku karena tidak bisa membawamu tinggal di rumah yang lebih mewah?”

Rachel berdecak lalu menghentak kaki. Dia mulai kesal kalau bicara dengan suaminya yang mudah terpancing amarah tapi tidak pernah mencari solusi saat ada masalah. Rachel kemudian menghela napas dan melenggak pergi ke kamar juga.

Kembali ke ruang makan, Sarah masih terus membujuk sang putra untuk mau tinggal di sini.

“Dengar …” Jeff kembali bicara. “Ayah bukan mau memaksamu, tapi biar bagaimana pun juga ini permintaan kakekmu supaya kamu segera menikah. Kamu tahu maksud ayah kan?”

Frans terdiam Ketika teringat kembali dengan perkataan kakek saat masih hidup. Dan mengenai pembicaraan keluarga besar, siapa pun yang memiliki cucu pertama tanpa ada perceraian yang akan mendapat warisan utama. Sunggu suatu wasiat yang terdengar sangat konyol. Frans tidak tahu kenapa kakeknya sampai bicara seperti itu saat perkumpulan keluarga dulu. 

“Baiklah, aku akan tinggal di sini. Tentang Wanita, kalian tenang saja, aku mungkin akan segera mendapatkannya.”

Frans berdiri usai berkata demikian. Lalu, Ketika sudah maju beberapa langkah, Frans kembali berbalik. “Carikan aku pelayan. Aku tidak mau memakai pelayan di keluarga ini.”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Pelayanku   Bagian 60 (Tamat)

    Frans sudah menarik Mayumi ke luar dan memutuskan untuk membawa pulang. Reaksi Frans itu, sempat membuat semuanya bingung dan bertanya-tanya. Rencananya, Bastian akan langsung menjelaskan, tapi sayangnya Frans malah langsung pergi begitu saja.“Ada apa, Ian?” tanya Kate.Mereka semua yang di sini menatap serius ke arah Bastian menunggu jawaban. Sebelum bicara, Bastian duduk dan terdiam beberapa saat. Kemungkinan ia masih syok atau tidak menyangka kalau Wanita yang sempat ia cari ternyata sudah menikah dengan saudaranya.Sudah sekitar satu tahun Bastian menyerah mencari Mayumi. Bastian berharap bertemu lagi, tapi kalau keadaannya seperti ini, sebaiknya tidak usah bertemu. Bastian sebenarnya juga sudah memiliki kekasih, dia menghampiri Mayumi mungkin hanya melepas rindu dan ingin menyampaikan maaf.“Dia orang yang aku cari.”“Apa maksud kamu?” tanya Jiel.“Istri Frans. Dia Wanita jepang yang pernah menjadi kekasihku.”Mereka semua seketika tercengang dengan bibir terbuka dan semp

  • Pesona Pelayanku   Bagian 59

    “Bagaimana mungkin kamu bisa mencintai seorang pelayan?” tanya satu Wanita yang sedari tadi sibuk makan camilan. Dia Keysha, saudara kembar Harrys.“Apa ada yang salah?” tanya Frans malas. Kedua mata Frans lurus mengarah pada sang istri yang sedang ikut bakar-membakar bersama ibunya dan juga bibi Jane.“Bukan apa-apa, aku hanya heran dan yang lain juga pasti heran sepertiku. Ayolah, Frans, kita semua tahu seperti apa tipemu.” Keysha terkekeh.Frans yang sontak menoleh membuat mereka menutup mulut. “Ada apa dengan tipeku? Aku tidak pernah memilih-milih Wanita.”“Oh, ya? Lalu bagaimana dengan Lucy dan Rose.”“Jangan membicarakan mereka!” Frans melotot.“Tenanglah, Frans. Kita hanya ingin tahu tentang kamu dan istrimu. Tidak apa kan kalai kita sedikit membahas hal sebelumnya? Sebagai sepupumu, aku hanya ragu dengan istrimu itu.”“Why?” sungut Frans sambil menyingkirkan tangan Harrys yang mendarat di pundaknya.Keysha berpaling dar camilannya kemudian melipat kedua tangan di atas

  • Pesona Pelayanku   Bagian 58

    Hari berikutnya, Frans dan Mayumi diundang ke rumah untuk sekedar makan malam. Mungkin ayah dan ibu sudah rindu karena satu mingguan mereka berdua tidak datang untuk berkunjung. Di dalam kamar, Mayumi sudah sibuk mencari pakaian, sementara Frans sudah duduk santai di sofa sambil menatap layar ponselnya.“Kenapa kamu santai sekali? Tidak bisakah membantuku?” Mayumi mulai mengoceh. Dia mendengkus dan menghentak kaki karena tak kunjung menemukan pakaian yang cocok.Frans mendesah lalu meletakkan ponselnya. “Memang aku harus apa, hm?”Mayumi mendengkus lagi. “Huh! Kamu sangat menyebalkan!”Frans berdiri lalu merangkul sang istri dari belakang. Ia sandarkan dagu pada pundak yang polos belum berpakaian itu. Bukan telanjang, melainkan saat ini Mayumi masih memakai handuk yang melingkar di badannya.“Semua baju yang kamu belikan untukku, terlalu mahal. Aku takut tidak akan cocok.”“Oh, Ya?” Frans menaikkan satu alisnya dan memiringkan kepala hingga bisa melihat Sebagian wajah Mayumi. “K

  • Pesona Pelayanku   Bagian 57

    Mayumi masih membuang muka, ia duduk di tepi ranjang dengan wajah merengut dan kedua tangan terlipat di depan dada. Mayumi ingin marah, tapi tidak tahu caranya. Ini baru dua hari menikah tapi kenapa sudah ada hal yang membuat kecewa dan kesal.Frans menghela napas kemudian mendekat. “Kamu marah?”Mayumi berdecak dan masih enggan membuka mulut. Dia kesal kenapa Frans harus bertanya, padahal jelas sekali tidak pulang tanpa memberi kabar adalah sebuah kesalahan.“Untuk apa aku marah,” kata Mayumi kemudian. “Memang kalau aku marah, aku akan menang?”Frans duduk di samping Mayumi. “Jadi kamu memang sedang marah? Aku minta maaf, aku tidak bisa pulang semalam.”Mayumi tersenyum tipis dengan tatapan sengit. “Lalu dengan begitu apa tidak bisa memberi kabar? Meneleponku, misalnya.”“Aku kehilangan ponselku semalam. Aku melupakan ponselku di ruang makan, jadi aku tidak mendengar kalau ada panggilan masuk karena mode getar saja.”“Ruang makan? Ruang makan mana maksud kamu?” Mayumi melotot.

  • Pesona Pelayanku   Bagian 56

    Frans sampai di rumah sekitar pukul sepuluh siang, dia mampir lebih dulu ke pusat perbelanjaan membeli sesuatu untuk Mayumi. Mungkin dengan membelikan sesuatu, akan membuat Mayumi urung marah. Bagaimana Frans bisa tahu kalau Mayumi marah? Hal itu terbukti dari panggilan dan pesan yang tidak Mayumi balas dan jawab.Sampai di rumah, Frans menyelonong begitu saja masuk ke dalam, bahkan tidak bicara apa pun saat berpapasan dengan Leo. Leo yang harusnya bicara, urung karena melihat Tuannya berjalan begitu cepat.Sampai di lantai atas, Frans meletakkan belanjaannya di atas sofa, sementara mulutnya sudah berteriak memanggil sang istri.“Mayumi!”Tidak ada jawaban sama sekali, yang terdengar hanya suara tokek yang entah di mana keberadaannya. Frans coba memeriksa ke balkon dan kamar mandi, tetap saja tidak menemukan siapa pun. Frans lantas berjalan meninggalkan kamar, lalu berhenti di pinggir lantai atas.“Liana!”Liana masih di belakang dan sedang sibuk menata pakaian yang sudah bersi

  • Pesona Pelayanku   Bagian 55

    Pagi harinya, Mayumi tidak mendapati sang suami ada di sampingnya. Mayumi pikir Frans sudah bangun lebih dulu dan berangkat bekerja, atau mungkin sedang sarapan di bawah.Mayumi mengikat rambut panjangnya, kemudian duduk dengan kedua kaki menggantung di bibir ranjang. Mayumi hendak meraih ponselnya, tapi urung karena mendadak perutnya berbunyi. Sepertinya rasa lapar sudah datang tanpa rasa sabar.Mayumi menghela napas kemudian beranjak. Dia pergi meninggalkan kamar masih memakai piamanya. Tenang saja, piama itu tidak akan terlihat terbuka saat memakai jubahnya, jadi Mayumi tetap akan nyaman berjalan di rumah ini.“Selamat pagi, Nona?” sapa pelayan yang sedang mengelap lemari kaca di dekat tangga menuju ruang tengah.Mayumi tersenyum dan mengangguk membalas sapaan itu. Sebelum kembali melangkah, Mayumi bertanya lebih dulu pada pelayan itu.“Maaf, apa Frans ada di ruang makan?”“Em, maaf, Nona, Saya belum melihat Tuan Frans sedari tadi. Saya pikir Tuan Frans belum turun.”Kepala

  • Pesona Pelayanku   Bagian 54

    Tidak ada yang Frans katakana setelah kembali pulang. Mayumi yang sampai ketiduran menunggu waktu itu pun, tidak bertanya yang macam-macam karena memang yakin kalau Frans tidak berbuat aneh-aneh. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Mayumi beberapa hari yang lalu di mana Frans seperti bertingkah mengacuhkannya. Mayumi tidak mau ambil pusing, toh dia tahu kalau itu memang sifat Frans yang lebih sering acuh dengan siapa pun. Hingga hari-hari berikutnya, Mayumi dikejutkan dengan sebuah dekor indah di rumah ini. Sebuah dekor bernuansa putih membuat Mayumi bertanya-tanya dengan perasaan heran.Mayumi tidak menyangka kalau hari itu akan menjadi hari di mana ia menjadi ratu sehari yang di sambut begitu banyak orang. Menggunakan gaun putih berlengan brokat, rambut panjang yang digulung ke atas dihiasi kain tile, membuat Mayumi begitu cantik bak Cinderella.Mayumi ingin menangis. Menangis mengingat bagaimana saat Frans mengucapkan ikrar janji cinta yang suci di depan pendeta dan disaks

  • Pesona Pelayanku   Bagian 53

    Satu minggu kemudian, Frans kembali pulang ke rumah tanpa membawa Mayumi bersamanya. Sampai di sini, mungkin sekitar pukul tuju malam, di mana semua orang sedang berada di rumah. Kedatangan Frans sama sekali tidak disambut oleh Rahel. Wanita itu pasti menyimpan dendam karena sudah menjebloskan suami dan putranya ke dalam penjara.“Kenapa kamu baru kembali?” tanya Jeff Ketika dengan santainya Frans duduk dan langsung meneguk satu gelas jus milik Pete.Frans tidak memperhatikan pertanyaan itu, melainkan langsung menatap Pete. “Kamu baik-baik saja, kan?”Pete yang sedang mengunyah makanan mengangguk.Frans tahu kalau Pete sudah sejak lama dimusuhi oleh Rachel dan Drako. Meski mereka tidak pernah melakukan kekerasan pada Pete, tapi sikap mereka membuktikan kalau Pete tidak disambut dengan baik.“Frans, ayah sedang bicara denganmu di sini,” hardik Jeff sambil menepuk meja. “Kamu menghilang sejak seminggu dan tidak memberi kabar, tapi kamu memasukkan paman dan sepupumu ke dalam penjara

  • Pesona Pelayanku   Bagian 52

    Mayumi muncul dari balik lemari besar yang di dalamnya ada barang-barang milik Frans. Dia melangkah perlahan sambil mengamati tampilannya yang kini memakai baju tidur. Ini masih jam tiga sore, tapi kepalang tanggung, jadi Mayumi memutuskan untuk memakai piama saja. Mayumi wajib bersyukur karena piama yang tersedia tidak terlalu terbuka saat jubahnya ia kenakan.“Makanlah!” ucap Frans saat Mayumi sudah mendekat.Mayumi mengusap piama di bagian belakang—pada pantatnya—ke bawah, baru kemudian duduk dengan kaki rapat. “Terima kasih,” ucapannya.Mayumi mengambil satu lembar roti itu dan langsung memakannya tanpa selai. Dia lebih suka makan roti polosan, atau sebenarnya kalau bisa Mayumi lebih ingin makan buah dan daging. Sayur juga mau kalau ada.“Tidak suka?” tanya Frans.Mayumi mendongak melebarkan tatapan. “Suka, kok. Terima kasih.”Suasana kembali sunyi tak ada yang bicara lagi. Frans duduk diam membiarkan Mayumi menghabiskan rotinya lebih dulu. Sementara Mayumi, dia yang ingin s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status