Compartir

Hati Nurani

last update Última actualización: 2025-12-21 22:01:17

“Ma–maafkan aku!” Danira buru-buru melepaskan pelukan Bimo yang terbilang erat dan sepertinya Bimo juga enggan melepaskan pelukannya.

“Sssttt, jangan menangis lagi. Ada apa sebenarnya?” Bimo tanpa sadar mengusap air mata yang jatuh di pipi Danira.

Kisah kasih di sekolah dan cintanya yang belum pernah tersampaikan.

“Aku nggak apa-apa, Bim,” Danira berbalik dan ingin menyembunyikan wajahnya. Dia terlihat malu-malu saat berhasil dengan Bimo.

“Aku akan antar, kamu mau kemana?” dengan senang hati Bimo menawari diri untuk mengantarkan Danira yang terlihat ingin pergi dan menghindarinya.

“Nggak usah, Bim. Aku nggak apa-apa. Aku baik-baik saja. Lebih baik kamu pergi sekarang,” sepertinya Danira merasa tidak enak dan masih sedikit memiliki hati nurani untuk tidak melakukan aksi yang bisa dibilang suatu hal yang tidak baik.

“Kenapa? Kau benar-benar nggak ingin ketemu denganku? Atau kamu memang nggak ingin berbicara denganku?” jawab Bimo terlihat tidak suka dengan jawabannya.

Danira menatap Bimo
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Pesona Perawat Papa    Tidak Bisa Berhenti

    “Bi—Bi—Bimo … eum!” hampir kehilangan akal Danira dibuat panas oleh Bimo, tapi tidak ada lagi penolakan yang berarti, dia benar—benar menikmatinya. Apa yang dilakukan Bimo adalah secara tanpa sadar adalah hasrat liar Danira selama ini yang tidak pernah tersalurkan.“Ah … Danira … eum … aku benar—benar menyukai ini …,” Bimo menjadi gila saat aksinya dilakukan. Dia seperti kehilangan pedoman jiwa. Apa yangsudah dia ucapkan pada Santi seperti hilang ditelan malam.Janji sumpah serapah yang diucapkan akan selalu setia pada Santi sekarang semuanya sirna. Ada Danira yang dihadapannya kini. Masa lalu yang menuai sesuatu yang akan membawa Bimo pada gerbang penghianatan.Bimo secara tidak langsung sudah membuka gerbang penghianatan. Dia padahal sudah berjanji tidak akan melakukan kesalahan. Mulut laki—laki memang tidak bisa dipercaya.Dalam hati yang berkhianat dan juga merasa persinggahan ata apapun selama Bimo tidak melanggar, semua itu tidak akan pernah bisa terjadi.“Ah … Bim … jangan be

  • Pesona Perawat Papa    Tidak Keberatan

    “Apa maksudmu, hah? Aku tidak mengerti!” Danira kembali memalingkan wajah dan tidak berani menatap Bimo secara langsung.“Kau, apakah sudah tidak memiliki perasaan apapun padaku?” Tatapan Bimo semakin dalam dan sulit dilukiskan. Dia seperti melupakan Santi saat berhadapan dengan Danira. Yang terlintas sekarang hanya masa lalu yang belum sempat Bimo reguk kenikmatannya.“Bimo, kamu ini nggak masuk akal masih saja membahas masa lalu!” Danira seperti akan mengamuk, tapi sebenarnya itu hanya penolakan yang tidak berarti dari lubuk hati. Denira sebenarnya masih ingin melakukan hal itu, dia juga masih merasakan hal yang sama dengan Bimo.“Lepaskan aku, biarkan aku pergi,” masih saja Danira mengucap kata yang sama, tapi Bimo seperti hilang kendali dan tidak ingin peduli, dia mengajukan wajahnya dan entah sejak kapan bibir Bimo mulai menyapa bibir Danira lebih dulu.Bimo melakukan aksinya dengan sadar, saat Danira ingin melakukan pendorongan Bimo malah menarik pinggang Danira agar dia bisa

  • Pesona Perawat Papa    Hati Nurani

    “Ma–maafkan aku!” Danira buru-buru melepaskan pelukan Bimo yang terbilang erat dan sepertinya Bimo juga enggan melepaskan pelukannya.“Sssttt, jangan menangis lagi. Ada apa sebenarnya?” Bimo tanpa sadar mengusap air mata yang jatuh di pipi Danira.Kisah kasih di sekolah dan cintanya yang belum pernah tersampaikan.“Aku nggak apa-apa, Bim,” Danira berbalik dan ingin menyembunyikan wajahnya. Dia terlihat malu-malu saat berhasil dengan Bimo.“Aku akan antar, kamu mau kemana?” dengan senang hati Bimo menawari diri untuk mengantarkan Danira yang terlihat ingin pergi dan menghindarinya.“Nggak usah, Bim. Aku nggak apa-apa. Aku baik-baik saja. Lebih baik kamu pergi sekarang,” sepertinya Danira merasa tidak enak dan masih sedikit memiliki hati nurani untuk tidak melakukan aksi yang bisa dibilang suatu hal yang tidak baik.“Kenapa? Kau benar-benar nggak ingin ketemu denganku? Atau kamu memang nggak ingin berbicara denganku?” jawab Bimo terlihat tidak suka dengan jawabannya.Danira menatap Bimo

  • Pesona Perawat Papa    Wanita Penghibur

    Bimo baru saja berpikir akan segera ke kantor dan menunggu telepon istrinya, namun tatapannya beralih saat mobilnya melintas dan melihat Danira sedang berada ditengah jalan. Dia terlihat sedang bertengkar dengan dua orang laki-laki yang terlibat tidak bersahabat dengannya.“Aku nggak tahu dan nggak mau ikut campur urusan Roni dan mama Elly,” suara Danira begitu berat saat dia menentang, dia sudah bertekad tidak akan lagi mengurus keluarga.Baginya ucapan sang ibu sudah sangat menyakitkan. Bagaimana bisa seorang ibu membiarkan anak perempuannya yang menanggung sedangkan adik laki-lakinya tidak harus melakukan apapun karena dia lebih muda.“Gimana bisa begitu, si Elly dan Romi bilang semua urusan keuangan kamu yang atur. Kami hanya menagih saja. Semua urusan tagihan kau yang akan membayar,” cetus salah satu dari mereka terlihat tidak suka dengan penolakan yang Danira lakukan.“Kepala rumah tangga itu mama, mana mungkin aku. Aku ini hanya anak perempuannya saja. Kalau dari apapun harusn

  • Pesona Perawat Papa    Tidak Ada Hak

    “Nggak masuk akal! Memangnya siapa dia? Seenaknya saja mengatur. Ingat San … kau ini sudah menikah dan punya anak!” Batin Santi sedang megap-megap seperti ikan kekurangan air.Perlakuan Baga yang berbeda. Saat dia terluka seperti itu pun dia seperti tidak peduli dengan lukanya. Masih sempat melakukan rayuan gombalnya.“Hei, kamu mendengarnya kan, Sayang?” Santi mengerutkan kening saat mendengar Baga berbicara hal yang tidak masuk akal lagi, “kamu mendengarnya kan? Jika aku menghubungi berarti aku sangat merindukanmu. Kau harus menjawabnya!” cengkraman Baga pada salah satu tangan Santi membuat dia mengalihkan pandangannya pada laki-laki bertubuh tinggi besar tersebut.‘Agh, iya, iya!” Santi yang ditekan dengan cengkraman cukup kuat terpaksa menjawab dengan cepat.“Aku akan meminta orang-orangku mengantar!” ucap Baga sedang memberikan perintah pada dua orang yang sempat menyeretnya tadi.“Nggak perlu! Aku bisa sendiri!” kata Santi berusaha menolak.“Dengarkan aku,” Baga mendekat lagi da

  • Pesona Perawat Papa    Berikan Kontakmu

    “Sepertinya aku membuat kesalahan, bagaimana ini? Mas Bimo pasti akan mengamuk!” Santi bingung dengan yang akan terjadi nanti. Dia bahkan tidak pernah memperkirakan akan ada hal yang seperti itu. Semua terjadi begitu saja. Tidak ada kepastian dari seorang Baga. Sepertinya laki-laki itu tidak takut pada apapun. “Bagaimana? Kalau setuju dengan panggilanku tadi?” Santi tetap diam dan benar-benar tidak ingin beradu argumen dengan laki-laki yang tidak dikenalnya itu. “Baiklah tidak apa-apa. Aku akan angkat kamu setuju!” wajahnya semakin mendekat ke arah Santi. Santi memundurkan tubuhnya agar laki-laki itu tidak menggapai wajahnya. “Anakku sedang dalam antrian aku harus segera ke sana,” ucap Santi mencoba bernegosiasi. “Antrian?” “Aku baru saja melahirkan. Mama mertuaku sedang mengantri untuk mengecek kondisi anakku,” seperti orang bodoh Santi malah menjelaskan tujuannya datang ke rumah sakit, “jadi aku mohon biarkan Aku pergi!” Santi masih mencoba dengan berbagai cara supaya dia

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status