Benua Kalimantara merupakan tempat yang sangat berbahaya. Siklus hidup dan mati, seperti terbit dan terbenamnya matahari. Tidak ada yang tahu kapan dan dimana nyawa akan melayang. Seorang pemuda mendaftar sebagai Pendekar, bagaimana kisahnya dalam menapaki jalan Kependekaran serta apa tujuannya. iku
View MoreTidak ada yang yang tahu, apa yang telah terjadi pada pemuda itu. Namun, satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaannya, memperihatinkan.
"Siapa dia?" Ucap seseorang.
"Aku rasa dia baru saja menghadapi masalah buruk!" Ucap yang lainnya.
"Sstt, berhentilah membuat perasaannya semakin buruk!" Tegur seorang wanita.
Sang pemuda yang digosipkan tetap melanjutkan langkah, menuju sebuah bangunan paling besar yang ada di Town itu.
Tempat yang menjadi tujuannya adalah Padepokan, tempat dimana orang berjiwa berani mempertaruhkan nyawanya untuk melawan kekacauan.
Awalnya nama Padepokan tidak terlalu populer, permulaan organisasi ini tercipta sebab beberapa orang berkumpul dan membahas tentang begitu banyak monster yang menyerang.
Dari obrolan itulah beberapa penduduk juga ikut nimbrung, mereka mengeluh karena beberapa hasil panen mereka banyak dicuri oleh monster.
Ada juga binatang buas yang menyerang desa dan melukai penduduk. Berangkat dari keprihatinan itu para orang berjiwa berani itu.
Mengumpulkan keluh kesah dan melakukan tawaran, kalau mereka akan memberantas masalah dan mereka memberi uang sebagai harga dari jasa itu.
Kesepakatan diraih dan itulah awal mula Padepokan tercipta. Lama kelamaan hal ini tercium oleh pegawai kerajaan. Kabar ini disampaikan pada sang Raja, lalu dari situ dibentuklah organisasi yang menaungi mereka dan diberi nama Padepokan.
Sebutan untuk mereka adalah para Pendekar, berkat hubungan yang dijalin dari kepercayaan itu. Padepokan berkembang pesat, sehingga membuat beberapa cabang.
Lalu ide ini pun akhirnya diadopsi oleh seluruh kerajaan di benua Kalimantara. Itu adalah sekelumit kisah terciptanya Padepokan.
Sang pemuda akhirnya sampai di tempat tujuan, terdapat sebuah papan di atas pintu masuknya bertuliskan Padepokan.
Tanpa keraguan pemuda mendorong pintu itu, menghasilkan bunyi kriet. Orang-orang mengalihkan pandangan ke arahnya.
Tapi dia tidak merasa terganggu sama sekali, malahan dia melewati mereka tanpa ragu. Orang-orang juga mengabaikan dirinya. Setelah sampai di depan meja resepsionis.
Sang resepsionis menerima dengan senyum, "selamat datang di Padepokan! Namaku Tari, Apa ada yang bisa kubantu?" Ucapnya ceria.
"Ya, aku ingin menjadi Pendekar!" Ucap sang pemuda.
Tari tersenyum kembali, "tentu, saya akan membantumu!" Ucapnya seraya menyerahkan secarik kertas formulir pendaftaran. "Tolong isi data dirimu di sini ya!"
"Baik," jawab sang pemuda.
Seraya pemuda itu mengambil pena dan menggoreskan identitasnya di formulir pendaftaran. Tari mengambil sebuah kalung dengan lempengan bertuliskan Surakarsa.
Setelah pemuda itu selesai mengisi formulirnya, kertas itu diserahkan kembali pada Tari. Lalu Tari menyalin kembali apa yang tertera di formulir tersebut.
"Baiklah tulis ulang nama, jenis kelamin, warna rambut, kelas, ..., oke sudah selesai," ucapnya sambil menyerahkan kalung itu ke arah sang pemuda.
"Ini adalah tanda pengenal jangan sampai hilang ya, Faisal!" Ucap Tari ceria.
Pemuda bernama Faisal itu menerima tanda pengenalnya, kemudian melirik tumpukan Quest yang ada di meja resepsionis.
Di bagian paling atas dokumen itu tertulis sebuah kalimat [Hunter Giant Rat]. Faisal menunjuk kertas Quest itu dan berkata, "apa aku boleh mengambil Quest tersebut?" Pintanya.
Mata Tari mengikuti arah yang ditunjukkan Faisal dan tersenyum, lalu menyerahkan Quest yang diminta oleh pemuda itu.
"Baiklah, ini adalah Quest yang cocok untuk pendekar Surakarsa. Semoga jalan kependekaranmu menyenagkan!" Ucapnya sambil tersenyum.
Tanpa menjawab Faisal berbalik dan langsung melenggang dari tempat itu.
"Aku sudah ada misi dan terdaftar sebagai Pendekar! Aku sekarang siap, waktunya untuk menempa diri agar semakin kuat!" Gumamnya
"Fiuh, Surakarsa itu membantuku. Quest memburu Giant Rat begitu menumpuk, tidak ada yang mau mengambilnya. Tapi, dia dengan sukarela mengambilnya!" Ucapnya tersenyum.
"Sepertinya ada yang lagi senang, nih!" Ucap seseorang di sampingnya.
Pakaian yang dikenakan tidak berbeda, hal yang membedakan adalah rambut panjang coklat tergerai dan bola mata kuning. Senyum menghias wajah, saat melihat temannya gembira.
"Iya, barusan ada Pendekar Surakarsa yang mengambil Quest Giant Rat. Kau tahu sendirikan, Sinta! Kalau Quest ini begitu dibenci para Pendekar!" Jelasnya.
"Pendekar awam yang mengambil Quest di tingkatnya itu kabar langka, kurasa pemuda itu sudah berada di jalur yang benar sebagai pendekar pemula!" Respon Sinta.
"Karena itu aku merasa bebanku sedikit terangkat, apalagi tumpukan Quest ini begitu banyak. Aku harap dia tidak jera mengambilnya, paling tidak sampai tersisa tiga lembar atau dua lembar juga boleh!" Ucap Tari.
"Hahah kau ini sangat berharap, mau bertaruh! Pemuda itu pasti akan kapok menjalankan Quest memburu Giant Rat untuk kelima kali!" Tawar Sinta sambil tersenyum.
Kedutan muncul di pelipis Tari, itu karena Quest Giant Rat memang begitu dihindari. Beberapa Pendekar sebelumnya yag pernah dia bujuk untuk mengambil Quest itu, hanya mau mengambilnya maksimal tiga kali berturut-turut.
"Tawaranmu ini sangat menyentilku, kalau begitu aku bertaruh dia tidak akan kapok, karena ini menyangkut karierku juga!" Balas Tari.
"Siapa yang kalah harus mengabulkan keinginan dari yang menang, bagaimana?" Ucap Sinta sambil mengulurkan tangan.
"Aku terima!" Balas Tari seraya menyambut uluran tangan Sinta. Menandakan kalau taruhan itu dimulai.
Sementara itu, Faisal menuju sebuah toko perlengkapan. Sang Blacksmith sibuk memoles barang yang dijualnya, saat melihat kedatangan Faisal dia menghentikan aksinya.
"Selamat datang, aku Rogo panda besi disini! Apa yag kau butuhkan?" Ucapnya.
"Aku butuh baju rantai dan kalau tidak ada Zirah kulit!"
"Bukan zirah baja?" Tanya Rogo. memastikan.
"Tidak perlu!" Jawab Faisal.
"Baiklah, senjata nya?"
"Sebuah gada dan perisai bundar!" Jawab Faisal.
"Sebelum itu, bisa tunjukan uangnya?"
Faisal mengambil kantong yang menggantung di pinggang kiri, lalu menaruhnya di meja. Terdengar suara koin yang beradu, ketika kantong itu mendarat.
"Baiklah, tunggu sebentar!" Ucap Rogo.
Pandai besi itu membuka kotak penyimpanan dan mengeluarkan satu set zirah kulit lengkap, dengan pelindung kepalanya yabg dibuat dengan baik. Meski ada debu tertinggal, karena terlalu lama tersimpan.
"Aku hanya memiliki zirah kulit sepetti ini, kalau mau ambil kalau tidak tinggalkan!" Ucap Rogo.
"Aku ambil lalu baju rantai?"
"Ah kalau itu, membutuhkan sedikit waktu. Kembalilah lagi dan akan kusiapkan!" Ucapnya.
"Baiklah!" Respon Faisal.
"Gada ada di sini dan perisaimu ada di dinding!" Ucap Rogo menaruh senjata itu di meja.
Faisal melihatnya sejenak dan mulai mengenakan semua di badan. Pertama dia mengenakan satu set zirah kulit, setelah itu menaruh gada dipunggungnya dan terakhir melilitkan perisai di tangan kiri.
Rogo mengambil uang dalam kantung, seharga benda-benda yang digunakan Faisal. Tersisa enam koin di kantung itu.
"Apa kau memiliki bekal dan herbal?" Tanya Faisal.
"Kalau kedua benda itu, lain kali tanya ke resepsionis, bukan berarti aku tidak punya. Satu bekal untuk 2 hari dan dua herbal serta satu antidote. Lalu tas untuk perbekalan, bagaimana?" Tawar Rogo.
"Aku ambil semua!" Ucap Faisal.
Seraya dia mengatakan itu, Rogo mengambil semua koin yang tersisa di kantong tersebut dan menyerahkan kembali pada Faisal.
Setelah semua sudah siap, kini dia melangkah untuk menjalankan Quest pertamanya.
Author Note
Hai semuanya, salam kenal saya penulis baru disini. Semoga kalian bisa betah dengan cerita yang aku publish. Terima kasih sudah membaca dan mendkung cerita ini.
Di bawah langit malam yang gelap, lapangan terbentang luas dengan rumput hijau yang lembut bergoyang ditiup angin sepoi-sepoi. Cahaya remang-remang bulan purnama menerangi sebagian lapangan, menciptakan bayangan yang panjang di tanah. Beberapa bintang bersinar terang di langit gelap, menambah kesan magis dan tenang di sekitar lapangan.Di antara indahnya pemandangan tersebut dua orang berbeda ras saling menatap satu sama lain dengan niat membunuh yang kuat sementara itu sekelompok orang menjauh untuk mengamati jalannya pertarungan. Belum ada tanda-tanda di antara keduanya untuk melakukan serangan pertama lalu sebuah seruan muncul dari mulut toga "Aku akan menjadi orang pertama yang benar!" Ucapnya seraya menghunuskan pedang."Ayo kita mulai balas!" Raegull sambil menghunuskan pedang juga. Toga, dengan tatapan tajam dan pedang yang berkilat, menatap lawannya dengan penuh tantangan. Sedangkan Raegull, yang penuh keangkuhan, tersenyum sinis sambil mengangkat pedangnya dengan sikap ang
Bagaikan pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya sosok yang dinantikan oleh Raegull pun muncul. Wajah yang nampak lesu dan tak bergairah, begitu gembira karena melihat orang yang telah menantangnya datang dengan niat membunuh yang kuat."Bagus bagus sekali, aku sudah menantikan dirimu, wahai Toga! Darahku sudah mendidih untuk beradu pedang dengan dirimu sampai mati," ucapnya dengan semangat dalam hati.Sementara itu, Faisal melirik ke arah toga. "Apa dia yang akan menjadi lawan bertarungmu?," ucapnya.Toga hanya memberi senyuman, "ya, dialah Raegull monster yang telah aku tantang untuk bertarung sampai mati denganku," ucapnya dengan semangat.Di sela-sela percakapan mereka, sebenarnya Faisal mengintai sekeliling untuk mewaspadai adanya para iblis tikus yang bersembunyi."Kalian semua, jangan turunkan kewaspadaan. Aku memiliki firasat yang buruk."Upacara tarung sampai mati ibaratkan sebuah hal yang suci dan sakral. Tidak hanya kaum manusia saja yang mengetahui begitu sakralnya upacara i
Para anggota pasukan Bhayangkara yang cekikikan langsung terdiam ketika Faisal melirik tajam ke arah mereka. Bukannya mereka takut, namun hanya menghargai karena raut wajahnya nampak memalukan itu."Sekarang aku akan meluruskannya, ucapanku saat itu hanya untuk menghiburmu. Karena saat itu, kau bertanya sesuatu yang konyol," ucap Faisal menahan malu yang teramat sangat."Heh," respon Ratna, "jadi jawaban yang kau berikan waktu itu untuk menghiburku!" Ucap Ratna dengan polos.Lepas sudah tawa orang-orang yang menyaksikan interaksi Faisal dan Ratna. Mereka seakan melepaskan sejenak beban tekanan dari rapat perencanaan untuk menarik para iblis tikus."Aku tidak pernah menduga kalau kau menemukan rekan yang sungguh sangat menyenangkan," ucap Toga."Hahaha, berkat itu kita tidak perlu terlalu kaku dalam rapat ini, kalian nampak serasi, kenapa tidak segera menjadi pasangan saja?"Ari, Tamara, dan Rui hanya bisa tersenyum kikuk ketika orang-orang berkata seperti itu pada kakak senior di part
Keesokan paginya, semua orang yang ada di markas sementara itu menunjukkan raut kecemasan dan ketegangan, karena saat ini Faisal hendak menjelaskan rencana yang akan digunakan untuk menyergap ras Demon Rat yang telah menyerang Toga dan pasukannya.Udara di kerumunan itu begitu sesak, dan suasana juga cukup menegang. Bahkan anggota party dari Faisal sendiri tidak bertingkah konyol, sebab menyadari bahwa saat ini adalah hal penting."Kalau begitu, aku mulai saja perencanaan kita kali ini untuk menyergap Pasukan Demon Rat tersebut," ucap Faisal memulai percakapan.Kemudian Faisal mulai menjelaskan rencana-rencana yang dibuat untuk didiskusikan dengan seluruh anggota, tak lupa dia juga meminta pendapat pada pasukan Bhayangkara yang cukup mengetahui tentang strategi.Tentu saja pasukan Bhayangkara memberikan beberapa arahan dan juga perbaikan dari rencana yang telah dibuat oleh Faisal, serta menjelaskan bahwa rencana yang dibuat Faisal memiliki celah yang bisa membuat jatuh korban."Anggo
"Sepertinya cukup sampai sini, meskipun sebentar tapi ini sangat menyenangkan," ucap Toga.Faisal memberikan senyum saat mendengar ucapan itu, karena dia tahu makna tersirat dari kata yang dilontarkan oleh rekan berlatihnya ini."Besok adalah waktu yang penting, aku harap kau bisa kembali dengan selamat. Karena belum sekalipun aku merasa menang melawanmu," ucap Faisal.Toga juga tersenyum dan membalas, "Aku juga sama, mungkin terkesan kekanak-kanakan di usiaku saat ini. Tapi, aku tidak berniat kalah darimu. Walaupun beberapa kali menang, tapi entah kenapa itu seakan tidak ada artinya sama sekali."Meskipun hanya dua hari melakukan latihan tanding, namun keduanya telah melakukan pertarungan sebanyak 10 kali. Hasilnya adalah 7 kemenangan untuk Toga dan 3 kali seri.Faisal sama sekali tidak diberikan peluang untuk merasakan kemenangan dalam 10 kali pertandingan tersebut. Meski rasio kemenangan lebih besar dari pada seri, nyatanya itu tidak membuat Toga merasa puas.Dia Malah makin bersem
Saat Faisal dan Toga sedang sibuk berlatih pedang di tempat yang agak jauh di mana mereka membangun sebuah markas sementara yang dibuat oleh kelompok Faisal, para anggota pasukan Bhayangkara berkumpul untuk istirahat setelah tiba karena panggilan Faisal.Suasana di markas sementara dipenuhi dengan semangat dan kebersamaan, terutama ketika Tamara dan Ratna, dua anggota wanita dengan keahlian memasak yang luar biasa, mulai menyuguhkan hidangan istimewa untuk rekan-rekan mereka."Sungguh, hidangan ini luar biasa, Tamara dan Ratna! Rasanya begitu lezat," ucap seorang anggota sambil memuji masakan yang disajikan."Terima kasih banyak, kami senang bisa menyenangkan kalian dengan hidangan ini," jawab Tamara dengan senyum ramah.Para anggota Bhayangkara saling bertukar pujian dan cerita tentang hidangan yang mereka nikmati. Suasana ruangan dipenuhi dengan tawa riang dan percakapan yang hangat, menciptakan ikatan persaudaraan yang semakin kuat di antara mereka."Ratna, nasi gorengmu benar-ben
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments