Ada rasa bangga dari lubuk hati si Pemuda ketika mendengar pengakuan dari monster Tikus yang sedang dia lawan. Tapi ada juga rasa kesal mendalam sebab rekannya sudah tiada karena makhluk tersebut."Aku tidak tahu respon apa yang harus kubuat mendengar pengakuan darimu. Tapi satu hal yang pasti, akan ku balas kematian temanku." Ucapnya sembari menatap monster itu.Bukannya bergairah sebab lawannya terprovokasi, monster itu malah tidak mendapatkan sensasi yang sama seperti melawan rekan lawannya ini."Maaf saja, saat ini aku tidak bernafsu untuk berduel, entah kenapa aku tidak bisa merasakan gejolak yang sama ketika temanmu itu menantang diriku berduel." Balasnya.Menggema emosi pemuda itu saat sang monster membalas demikian, jelas sekali kalau itu menyiratkan si monster Tikus tidak menganggap dirinya.Bagi seorang Tentara bayaran lari dari Medan laga untuk mengatur siasat baru agar kemenangan diraih masih bisa ditolerir. Namun ditolak saat mengajukan duel merupakan penghinaan paling be
Mendengar nasehat itu, senyum di wajah Tari mengembang. Tidak pernah dia duga kalau rekan kerjanya bisa berkata bijak seperti itu, ini terjadi setelah dia kalah taruhan."Rumor yang mengatakan kalau orang bijak adalah mereka yang terbiasa menerima berbagai hal buruk dalam hidupnya ternyata benar. Sekarang kau nampak lebih bijak dari sebelumnya Hahaha." Guyon Tari.Shinta mendengus pelan menanggapi candaan sahabatnya itu, dia masih kesal karena secara tidak langsung ucapannya mengingatkan akan kejadian dia kalah taruhan."Ya, aku tidak bisa menampiknya. Toh itu adalah kekalahan pertamaku. Jadi aku bisa memakluminya, lalu bagaimana denganmu. Apa senang karena baru menang sekali setelah sepuluh kali menderita kekalahan." Sindir Shinta.Kali ini mau tidak mau giliran Tari yang mendengus karena Shinta mengungkit semua hasil dari 11 kali taruhan yang mereka buat. Kenyataan memang seperti itu, Tari baru menang sekali dari 11 kali taruhan."Ah sial, aku lupa kalau teman sebangku ini mempunyai
Ketika mereka sampai di tempat Faisal berada. Orang yang berteriak minta tolong, mulai mengulang kembali permintaannya."Tolong selamatkan Teman kami yang kondisinya kritis!" ucapnya."Itu sudah pasti, cepat bawa dia ke dalam kemah. Lalu Ratna dan Tamara rawat orang tersebut, pastikan untuk menyelamatkan nyawanya." Balas Faisal sembari menatap dua rekannya."Aku mengerti, Tamara kau siap?' Balas Ratna."Iya kak!" Respon Tamara.Para pembopong segera membawa tubuh temannya ke dalam kemah, melihat kondisi yang diderita oleh korban. Ratna dan Tamara berpikir kalau kondisinya mungkin cukup krusial."Aku akan mengambil tindakan tegas, karena itu selama perawatan teman kalian berlangsung. Tolong jangan ganggu kami, lalu tolong juga kalian cari buah kelapa muda dan beberapa daun herbal serta jahe merah dan daun Bayam sungai yang biasa tumbuh di pinggir sungai. Untuk tambahan carilah juga Ginseng Kerolia yang biasa tumbuh di tengah hutan dan kalau bisa bawa juga buah-buahan untuk dimakan reka
Tiga jam sudah berlalu sejak Party Faisal merawat sebuah kelompok yang datang dengan penuh luka. Ari, Rui, dan Tamara sudah tertidur karena kelelahan.Sedangkan Ratna sedang makan malam di sampingnya. Wanita itu mengatakan kalau kondisi kritis yang dialami oleh pasiennya sudah terlewati."Kita sudah berkorban banyak hal, bukankah akan sangat menggangu kalau kita tidak tahu dari mana asal mereka dan apa yang terjadi pada mereka?" Tanya Ratna memprovokasi.Faisal sudah mengerti dengan arti pertanyaan Ratna itu. Dirinya juga berpikir hal yang sama, sebab dia juga ingin tahu siapa yang telah membuat mereka luka seperti itu."Oi kau yang dengan baju besi berkilau. Bisa minta waktu sebentar!" Ucap Faisal.Orang yang dimaksud awalnya celingukan, tapi setelah Faisal mengkonfirmasi kalau dirinya yang dipanggil. Segera dia menghampiri untuk tahu apa tujuan memanggilnya."Maaf jika aku tidak sopan, ini karena kami belum memperkenalkan diri. Namaku Toni salam kenal," ucapnya sembari tersenyum."A
"Tunggu dulu, jangan bilang kalau kalian akan menyerang mereka?" Ucap Toni terkejut."Iya, apa ada masalah?" Tanya Faisal.Toni terperanjat mendengar pertanyaan balik Faisal itu. Kemunculan monster berkepala Tikus yang sudah menyerang dia dan Partynya saja sudah membuat otaknya hampir jungkir balik.Kini dihadapannya ada sekelompok pemuda yang berniat untuk menyerang mereka. Segera dia memberikan komentar."Apa kalian cari mati, makhluk itu sangat ganas dan kejam. Kami bisa selamat saja sudah berkah dari Dewata sebab ada satu makhluk diantara mereka yang membiarkan lari. Dan kalian ingin melawan, itu sama saja kecerobohan." Ucapnya.Rui dan Ari yang mendengar ucapan Toni segera menyergah, karena tidak terima jika niat mereka untuk menyerang para Demon Rat dikatakan tindakan ceroboh."Oi Paman, jangan asal bicara. Meski keliatan seperti gembel, tapi kami pernah menyelamatkan sebuah Kota dari invasi makhluk yang menyergap kalian." Ucap Rui."Kami tidak akan bernasib sama dengan kalian,
Tidak ada yang yang tahu, apa yang telah terjadi pada pemuda itu. Namun, satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaannya, memperihatinkan."Siapa dia?" Ucap seseorang."Aku rasa dia baru saja menghadapi masalah buruk!" Ucap yang lainnya."Sstt, berhentilah membuat perasaannya semakin buruk!" Tegur seorang wanita.Sang pemuda yang digosipkan tetap melanjutkan langkah, menuju sebuah bangunan paling besar yang ada di Town itu.Tempat yang menjadi tujuannya adalah Padepokan, tempat dimana orang berjiwa berani mempertaruhkan nyawanya untuk melawan kekacauan.Awalnya nama Padepokan tidak terlalu populer, permulaan organisasi ini tercipta sebab beberapa orang berkumpul dan membahas tentang begitu banyak monster yang menyerang.Dari obrolan itulah beberapa penduduk juga ikut nimbrung, mereka mengeluh karena beberapa hasil panen mereka banyak
Jalan yang diperlukan untuk sampai ke tempat misi membutuhkan waktu setengah hari. Tak ayal, Faisal sampai pada tempat misi sudah hampir gelap.Itu adalah sebuah desa dengan beberapa rumah penduduk sederhana. Mayoritas desa kecil seperti ini tidak memiliki penjaga, kecuali penduduk sekitar yang berinisiatif mengadakan ronda.Faisal kemudian bertanya pada seorang penduduk."Maaf, apa kalian tahu rumah kepala desa?" Tanyanya."Oh, kau seorang pendekar ya. Rumah kepala desa ada di tengah desa, dari sini kau terus saja nanti ada pertigaan beloklah ke arah kanan. Dari situ jalan beberapa langkah dan kau akan menemukan rumah kepala desa." Jawab penduduk desa.Faisal mengangguk saat mendengar jawaban itu. "Terima kasih telah memberi tahu," setelah itu dia melangkah menuju arah yang ditunjukkan.Setelah sampai di rumah kepala desa, Faisal disambut oleh seorang pria t
Faisal memandang ke tiga Goblin yang ada di depannya. Memikirkan dengan mantap langkah apa yang akan dia lakukan selanjutnya.Makhluk hijau cebol ini memang lemah, namun bisa sangat berbahaya jika dia terperosok pada alur serangan mereka.Beberapa Pendekar yang kurang beruntung berakhir menemui kematian, karena meremehkan mereka sebab sombong atau alasan tidak masuk akal lainnya.Satu Goblin dengan pedang maju sambil mengayunkan pedangnya, untuk menggores tubuh sang pendekar muda. Faisal menghindari serangan Goblin tersebut dengan cekatan.Faisal melempar obor ke arah Goblin yang menyerang, membuat monster itu terhentak dan ragu untuk menyerang. Kesempatan tersebut diambil oleh sang Pendekar muda.Perisai bundar miliknya yang memiliki sisi tajam, menggorok leher sang Goblin yang terkejut hingga mengeluarkan banyak darah.Sang Goblin terpental membentur lantai, tubuh monster itu kejang-kejang sebelum