Bab Bonus Gems ketiga sekaligus bab terakhir malam ini. Bab ini sangat panjang sebagai bonus untuk sobat readers yang sudah sabar menunggu author yang telat update hari ini, juga bonus untuk sobat readers yang telah memberikan gems ... terima kasih :) Bab Bonus Gems : 3/3 Selesai. Bab Utama : 2/2 selesai. Tinggal Bab Extra Author yang akumulasinya mencapai 10 Bab setelah rilis 4 bab sebelumnya.
“Kalau aku ini sampah campuran ... lalu kamu ini apa?” ucap Kevin datar, namun suaranya seolah membawa dentuman petir dari dalam keheningan. “Kamu sedang beruntung hari ini… aku sedang menahan diri untuk tidak menghabisimu ... tapi, jika kau mencari masalah lagi ... aku tak akan segan-segan memenggal kepalamu!”Setiap kata dari Kevin terasa seperti pisau dingin yang mengiris kesombongan Shen Zhen. Tidak dengan kemarahan, tapi dengan kebenaran yang tak terbantahkan.Shen Zhen mencoba bangkit. Otot-ototnya menegang, tapi tubuhnya tak merespons. Qi-nya compang-camping, alirannya terganggu. Ia hanya bisa menunduk—terdiam dalam rasa kalah yang menyakitkan.Debu mengendap. Aura naga memudar.Di sisi arena, para murid Sekte Mata Langit membisu. Salah satu Elder di balkon berdiri dengan wajah pucat.“Tidak mungkin ...” gumamnya. “Ilmu itu ... Ilmu Tapak Surgawi ... sudah dianggap punah sejak Runtuhnya Sekte Giok Abadi …”Valkyrie, yang sejak tadi berdiri diam di balik tirai balkon atas, hanya
Shen Zhen bergerak bagai kilat, tubuhnya terbungkus gelombang petir dan aura naga. Sedangkan Kevin, hanya satu kilatan keheningan yang memotong langit—tenang, tapi menyimpan badai di balik keteduhannya.Tubrukan tak terhindarkan.DUUAARRR!!!Ledakan energi menghantam pelataran seperti palu raksasa menghantam bumi. Tanah bergetar hebat, retakan muncul seperti urat hitam, dan debu menyembur ke udara bersama gelombang kejut yang membuat para penonton terpental beberapa langkah ke belakang.Jeritan tertahan dan suara napas tercekat mengisi udara yang semakin tegang.Lalu ... sunyi.Debu mulai mereda. Cahaya perlahan memudar.Dan dari tengah-tengah kekacauan itu, satu sosok berdiri tegap.Kevin.Tubuhnya kokoh, satu telapak tangannya masih sedikit terangkat, seolah menolak kekacauan tadi dengan tenang. Di hadapannya, Shen Zhen berlutut. Tangan pemuda itu gemetar, matanya membelalak. Dada naik-turun dengan napas memburu, dan darah mengalir dari ujung bibirnya, menodai jubah ungu keemasannya
Awan hitam mulai melingkar di atas pelataran. Petir tipis berkedip dari kejauhan. Bahkan beberapa tetua mulai bergerak mundur selangkah. Karena apa yang akan datang bukan hanya pertarungan dua cultivator.Tapi benturan dua takdir.Darah naga murni ... melawan kehendak yang menolak tunduk.Langit di atas pelataran Balai Lelang Surgawi semakin mendung. Awan-awan tebal menggumpal di atas langit Kota Dewa, berputar seperti mangkuk raksasa yang sedang memutar pusaran angin. Cahaya matahari teredam perlahan, digantikan kilatan-kilatan kecil yang sesekali menyambar tanpa suara.Angin bertiup deras, membawa aroma qi yang menyengat dan mengguncang baju-baju panjang para penonton yang berdiri di kejauhan.Namun di tengah badai aura itu, Kevin tetap diam.Satu tarikan napas—tenang, dingin, dalam. Seolah alam semesta tengah dihirupnya, dan segenap kegelisahan dunia dikembalikan lewat hembusan napas tanpa suara.Ia menatap Shen Zhen dengan sorot mata tajam namun tenang.“Mulai saja,” katanya lirih
Seketika, udara di sekitar Kevin berubah. Qi-nya berdenyut, bukan dengan ledakan kasar, tapi dengan intensitas yang terus meningkat, seperti jantung monster raksasa yang baru saja terbangun.“Aku tidak peduli dengan kebanggaan sektemu,” jawab Kevin. “Tapi jika kau menyentuh sesuatu yang berhubungan dengan masa laluku … maka aku akan menunjukkan padamu … mengapa para tetua menyebutku kutukan hidup dari garis naga yang hilang.”Dan di detik berikutnya ...Tanpa aba-aba, dua sosok itu bergerak. Tidak dengan kecepatan biasa, tapi seperti dua kilatan cahaya yang saling menabrak di tengah medan. Dentuman pertama terdengar seperti dunia meretakkan kulitnya. Kilatan pedang Shen Zhen bertemu dengan pukulan kosong Kevin yang dilapisi energi qi padat—ledakannya menghantam formasi pelindung hingga mengeluarkan retakan cahaya.Sorak tak terdengar. Semua yang menyaksikan … membisu. Karena mereka tahu, yang mereka lihat bukan hanya duel antar cultivator. Tapi ...Awal dari pergeseran langit.Udara d
Udara di luar Balai Lelang Surgawi mendadak berubah. Bukan sekadar dingin—melainkan menggigit, menusuk hingga ke dalam sumsum tulang. Angin yang sebelumnya lembut kini berhembus kencang, membawa serta debu spiritual dan aroma logam yang tajam, seperti bau darah yang belum sempat mengering.Dari segala penjuru, getaran qi menyambar-nyambar seperti aliran petir tak kasatmata. Getaran itu tidak hanya terasa di kulit, tapi juga di dalam dada, mengguncang irama napas siapa pun yang berdiri terlalu dekat. Formasi segel pelindung yang terukir dengan presisi pada lantai batu bulan di pelataran mulai menyala perlahan. Cahaya keperakan menjalar mengikuti pola rumit, memancar dari satu titik ke titik lain, membentuk jaring cahaya yang berdenyut—seakan bersiap menahan badai besar yang akan segera pecah.Langit Kota Dewa, yang selama ini selalu bersih dan biru terang, kini dipenuhi gulungan awan gelap yang berputar perlahan, seperti pusaran raksasa yang menelan sinar mentari. Cahaya matahari menip
“Tiga ... dua ... satu ...”Palunya turun dengan dentuman qi bergetar halus.“Terjual kepada tamu kehormatan kursi nomor dua puluh satu!”Gulungan peta itu bersinar sekali lagi seolah merespons nasib barunya. Dan Kevin, yang masih tenang di tempat duduknya, merasakan napasnya sedikit bergetar. Entah karena harga yang baru saja ia bayar... atau karena pintu yang baru saja ia buka.Pintu ... menuju takdir naga yang mengalir dalam darahnya.Kilauan giok bersinar lembut saat wadah itu melayang perlahan ke arah Kevin, dibawa oleh dua cultivator senior dengan pakaian upacara berwarna biru langit dan emas. Gerakan mereka penuh hormat, nyaris seperti membawa relik suci. Aura spiritual yang terpancar dari gulungan di dalam wadah itu membuat udara bergetar halus—seolah naga purba sedang mengintip dari balik masa lalu.Kevin menatapnya dalam diam. Matanya menyala oleh bayangan harapan dan teka-teki yang selama ini menghantuinya—asal-usulnya, warisan ibunya, dan dunia naga Seiryu yang disebut-seb