Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 457. Tiga Wanita Kuat

Share

457. Tiga Wanita Kuat

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-07-19 23:27:09
Langit di atas Paviliun Dracarys tampak mencekam. Warna ungu membakar sisi timur, biru es mencengkeram sisi barat, dan kilatan perak menyambar langit seperti retakan amarah surgawi. Gelombang energi spiritual yang saling bertubrukan membuat awan terpecah, dan tanah bergemuruh.

Helena Caraxis melayang di udara, jubahnya berkibar liar, api ungu mengelilingi tubuhnya seperti jalinan makhluk hidup yang menjaga sekaligus menggoda untuk dilepas. Di matanya—terpancar keberanian dan masa lalu yang masih mengendap.

Claudia Xander berdiri tegak di atas tiang gerbang utama, tongkat peraknya tertancap di tanah, membentuk garis sihir yang berdenyut dengan energi perak kebiruan. Rambut peraknya bergerak seolah ditiup oleh kekuatan surgawi. Ia tak berkedip. Tak mundur.

Di sisi langit yang lebih tinggi, Ravena Xenagon muncul bagaikan badai. Aura Iblis Es di sekelilingnya mengkristal, membentuk formasi tombak-tombak langit yang siap menghantam apa pun yang berani melawannya. Mata merahnya menyala denga
Zhu Phi

Bab Utama hari ini ... author mohon maaf hanya bisa update satu bab hari ini karena kondisi kesehatan. Namun akan author tambahkan bab utama besok. Terima kasih. Kita kembali ke kisah Helena Caraxis yang mencari keberadaan Kevin Drakenis.

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   581. Krisis di Paviliun Vasper - II

    Mesin mobil hitam yang dikendarai Lyron meraung pelan, memecah kesunyian jalan-jalan Nagapolis yang biasanya riuh. Pagi itu muram—kabut tipis menutup pandangan, membuat gedung-gedung pencakar langit di kejauhan seakan hanyalah siluet kabur. Lampu jalan masih menyala pucat, seolah ikut menambah aura tak wajar di kota yang biasanya penuh hiruk-pikuk.Di kursi belakang, Kevin duduk dengan sikap santai yang palsu. Rokok menyala di antara jarinya, asap tipis berputar dan memudar di udara. Tatapannya kosong menembus jendela, tapi di balik mata itu, api yang liar dan keras kepala terus menyala.Di sampingnya, Ravena gelisah. Jari-jarinya tak berhenti meremas ujung rok hitamnya, lututnya bergerak naik-turun tanpa sadar. Nafasnya sedikit terburu, dan matanya terus melirik keluar kaca dengan cemas.Di kursi depan, Valkyrie duduk dengan postur tegak. Tangannya dekat sekali dengan gagang pedang yang terikat di pinggangnya, seolah hanya menunggu satu detik untuk mencabutnya. Sorot matanya tajam, l

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   580. Krisis di Paviliun Vasper

    Kevin masih duduk di kursi utamanya, tatapannya kosong menembus jauh, seolah pikirannya tidak berada di ruangan ini.Tiba-tiba, ia berbicara. Suaranya tenang, tapi justru ketenangan itulah yang membuat semua yang hadir tercekat. “Aku mau ziarah ke makam ayah dan ibuku…,” ucapnya lirih namun mantap. “Apa ada kabar dari Clara?”Ucapan itu membuat suasana seketika berubah kaku. Claudia, Helena, bahkan Ravena dan valkyrie di ruangan itu saling berpandangan, tak berani langsung menjawab. Nama yang baru saja disebut Kevin—Clara Vasper—bagaikan pisau yang menusuk ke dalam atmosfer tegang ini.Claudia menarik napas perlahan sebelum memberanikan diri menjawab. “Kami bisa menemani Chief ke sana… kenapa harus bersama Clara?” tanyanya hati-hati, suara rendahnya bergetar menahan kecanggungan.Tatapan Kevin bergerak, dingin dan menusuk. “Kau mau tahu kenapa?”Nada suaranya menukik tajam, membuat ruangan itu serasa membeku. Claudia tersentak. Wajahnya pucat, keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   579. Persiapan Paviliun Drakenis

    Pagi itu, Paviliun Drakenis masih berbalut sisa-sisa kehancuran. Koridor batu hitam yang biasanya tegak berwibawa kini retak di beberapa bagian, meninggalkan bekas goresan pedang dan ledakan. Lentera-lentera spiritual yang bergelantungan di sepanjang dinding bergetar pelan, memancarkan cahaya biru redup yang dingin dan menyeramkan—kontras dengan terangnya matahari yang sudah meninggi di luar. Cahaya itu memberi kesan seolah paviliun ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan sebuah benteng angkuh yang tak sudi dijamah waktu.Derap langkah para penjaga elit terdengar teratur. Mereka berjubah hitam, wajah terbungkus kain, dan senjata panjang berkilat di tangan. Sorot mata mereka tajam, liar, seperti serigala yang siap menerkam siapa pun yang berani melanggar. Bahkan para pelayan yang sedang membersihkan puing-puing tak berani mengangkat kepala terlalu tinggi.Di sudut aula, dua pelayan perempuan menyapu pecahan batu dan kayu yang hancur. Suara sapu bertemu lantai bergaung samar, sesekal

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   578. Organisasi Dokter Spiritual Dunia

    Udara malam di Kota Millbrooke—markas besar Organisasi Dokter Spiritual Dunia—selalu beraroma obat-obatan. Puluhan menara berlapis kaca spiritual memantulkan cahaya bintang, dan ribuan tabib serta dokter spiritual sibuk menjalankan penelitian mereka. Tempat itu biasanya dipenuhi ketenangan, seperti kuil yang dijaga disiplin.Namun malam itu, ketenangan diguncang.Suara langkah berat dan seretan tubuh terdengar di gerbang utama. Dua murid penjaga terperanjat ketika melihat sosok yang nyaris tak dikenali. Tubuh penuh luka, wajah lebam, baju compang-camping, dan darah kering di seluruh tubuhnya.“D-Draven?!” salah satu murid berteriak kaget, hampir menjatuhkan tombak spiritualnya.Tubuh Draven diseret ke dalam, matanya setengah terbuka, mulutnya berlumuran darah. Tapi di genggamannya erat-erat ia masih memeluk gulungan ungu bersegel.“Cepat bawa dia ke Balai Medis Utama!” teriak murid lain.Geger pun pecah. Para dokter spiritual senior berhamburan, energi spiritual berwarna hijau dan biru

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   577. Akhir Krisis di Paviliun Drakenis

    Udara di dalam paviliun mendadak menegang. Bau darah besi bercampur dengan energi hitam yang pekat, menusuk ke dalam paru-paru setiap orang. Para tetua dan tamu yang menyaksikan kini mulai gemetar, beberapa bahkan sudah berlari menjauh ke sudut ruangan dengan wajah pucat pasi.“Tidak… kalau duel ini berlanjut, paviliun ini akan runtuh!” teriak seorang tetua Paviliun Pedang Angin sambil terhuyung, darah menetes dari hidungnya akibat tekanan energi. Tetua ini masih penasaran dan bertahan di tempat sementara beberapa tetua dan pemimpin paviliun serta sekte lainnya sudah meninggalkan Paviliun Drakenis.“Lihat! Alaric… dia belum kalah!” seru yang lain, menunjuk ke tengah ruangan.Alaric Xarxis, meski tubuhnya terluka parah dan darah hitam menetes membasahi lantai marmer, mendadak mengangkat tangan ke langit-langit. Aura hitamnya berdenyut liar, semakin mengerikan. Bayangan hitam di sekujur tubuhnya merambat ke dinding, menutupi ukiran emas paviliun. Lampu kristal satu per satu pecah dengan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   576. Iblis Surgawi Turun Gunung

    Udara di sekitar Kevin berubah drastis. Bukan lagi hawa membakar dari api neraka sebelumnya, melainkan sesuatu yang lebih murni—dingin, tajam, namun penuh wibawa. Aura pedang yang ia lepaskan berdesir di udara seperti ribuan jarum tipis menusuk kulit, membuat bulu kuduk berdiri bagi siapa pun yang merasakannya.Para tetua paviliun yang menyaksikan langsung merasakan dada mereka terhimpit. Beberapa bahkan terpaksa mundur selangkah, wajah pucat pasi.“Tidak mungkin… dia benar-benar… hendak mengeluarkan teknik itu…!” desah salah seorang, suaranya bergetar, seolah baru saja melihat malapetaka turun dari langit.“Apa yang dia lakukan?!” teriak tetua lain dengan panik, kedua tangannya bergetar menahan tongkatnya agar tidak jatuh. “Aura pedangnya… seperti gunung itu sendiri yang runtuh menimpa kita!”Dan saat itu—Pedang Iblis Surgawi di tangan Kevin meledak dengan cahaya yang tak tertahankan. Sinar emas menyilaukan memancar, menusuk hingga ke sudut-sudut paviliun. Dari kilatan itu, terbentuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status