Bab 261. TES DNA Sesampainya di ruang keluarga, kakek Sugeng Buwono segera mengeluarkan beberapa helai rambut milik Jaka Kelud. “Kalian berdua lihat, apa yang ada di tanganku ini?” Rustam Buwono dan Melati Sugiri segera memfokuskan pandangannya ke tangan Sugeng Buwono. Mereka berdua tampak saling pandang setelah melihat apa yang di tangan Sugeng Buwono. “Ada apa dengan rambut di tangan ayah? Rambut siapa itu?” kata Rustam Buwono yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Ha ha ha ha… apa kalian tidak tahu milik siapa rambut ini?” Kedua orang pria dan wanita paruh baya itu hampir secara bersamaan menggelengkan kepalanya. Pandangan mata mereka memancarkan ekspresi kebingungan, hal ini tentu saja semakin membuat Sugeng Buwono tersenyum semakin lebar. “Kalian jangan terkejut setelah saya mengatakannya, rambut ini milik Jaka Kelud.” “Apa? Bagaimana ayah bisa mengambil rambut Jaka Kelud? Apa maksud ayah?” kata Rustam Buwono yang mera
Bab 260. RENCANA KAKEK SUGENG BUWONO Sementara itu Rustam Buwono dan Melati Sugiri yang mendengar percakapan ayah mereka dengan Jaka kelud yang sedang ngobrol mengenai anak mereka yang sudah menghilang, ikut terbawa suasana dan hatinya merasa sedih karenanya. Bahkan dari sudut mata Melati Sugiri mengalir setetes air bening yang segera di hapus menggunakan punggung tangannya. Kemudian Sugeng Buwono menatap mata Jaka kelud dengan tajam, seakan tatapannya itu bisa menembus kedalam kepalanya dan sedang mengaduk-aduk isi kepalanya, untuk melihat kejujuran ataupun untuk melihat kebenaran yang mengusik hatinya. Dari keluarga Buwono yang merasakan sebuah perasaan aneh saat melihat Jaka Kelud, hanya Melati Sugiri dan Sugeng Buwono saja. Sedangkan Rustam Buwono sama sekali tidak merasakan getaran batin saat dekat dengannya. “Nak Jaka, mungkin cucu kakek jika masih hidup dia seumuran denganmu. Lihatlah anak dan menantuku itu, mereka sampai tidak punya anak laki s
Bab 259. FOTO KELUARGA RUSTAM BUWONO Bahkan Sugeng Buwono tampak kagum dengan sikap Jaka Kelud yang dengan sigap membantu Rustam Buwono untuk berjalan untuk masuk kedalam rumah. Maklumlah, tubuh Rustam Buwono masih sangat lemah untuk jalan kaki, sementara Melati Sugiri tentunya tidak terlalu kuat untuk memapah tubuhnya. Mata Jaka Kelud tampak berbinar ketika memasuki Mansion keluarga Buwono, hingga akhirnya mereka sampai di ruang keluarga yang sangat luas. Di dalam ruang keluarga ada sofa besar dan ada televisi delapan puluh inci yang menempel di dinding. Tiba-tiba saja mata Jaka Kelud seperti terhipnotis oleh deretan foto keluarga yang ada dinding ruang keluarga. Kemudian tanpa permisi terlebih dahulu kepada tuan rumah, baik kakek Sugeng Buwono maupun Rustam Buwono dan Melati Sugiri, Jaka Kelud langsung berjalan ke arah deretan foto keluarga. Tentu saja apa yang dilakukan Jaka Kelud membuat heran semua orang, mereka segera mengikuti langkah Ja
Bab 258. MANSION KELUARGA BUWONO Tak lama kemudian, Jaka Kelud sudah berada di kepadatan lalulintas kota Jakarta saat sore hari yang terkenal macetnya. Saking padatnya lalu lintas, membuat Jaka kelud harus bersabar sambil mendengarkan musik dari tape mobilnya. Akhirnya sampai juga dia di Rumah Sakit Swasta tempat Rustam Buwono di rawat. Hampir saja Jaka Kelud terlambat, karena begitu sampai di depan kamar VVIP nomor sepuluh, sebelum dia membuka pintunya, tiba-tiba pintu sudah terbuka dari dalam. Mata Jaka kelud bertemu pandang dengan tiga pasang mata yang ada di belakang pintu kamar VVIP yang baru saja dibuka. “Jaka Kelud… kamu datang menjenguk Om?” Terdengar suara Melati Sugiri menyapa Jaka kelud, begitu dia melihat Jaka Kelud berada di depan pintu kamar tempat rawat inap Rustam Buwono. “Iya Tante, kata Intan sore ini Om bisa keluar dari Rumah Sakit?” jawab Jaka Kelud sambil mencium punggung tangan Melati Sugiri dan Rustam Buwono.
Bab 257. MENJENGUK OM RUSTAM Kemudian dalam hitungan menit, puluhan bahkan hampir seratus anggota Padepokan Surodilogo sudah terkapar di atas tanah dengan mulut merintih kesakitan. Mereka hanya mengalami luka parah, berbeda dengan pimpinan kelompok ini, mereka sudah dikirim Jaka Kelud untuk menemui Malaikat maut. Kini Jaka kelud terlihat berdiri sendirian sambil menatap tubuh-tubuh yang sudah tidak berdaya di depannya dengan tatapan aneh. “Sepertinya kehadiranku di tempat ini membuat masalah dan membikin keributan yang tidak perlu terjadi. Daripada kehadiranku menjadikan niat ku untuk menikmati keindahan kota Lelembut ini berantakan, lebih baik saya pulang ke Jakarta saja.” Setelah mempertimbangkan kebaikan serta keburukannya, sosok Jaka Kelud tiba-tiba saja menghilang begitu saja dari tengah-tengah pertempuran. Tentu saja menghilangnya sosok Jaka Kelud mengejutkan anggota Padepokan Surodilogo yang sedang merintih kesakitan. Demikian juga dengan k
Bab 256. DIKEJAR PASUKAN BERKUDA Seperti tidak pernah terjadi apapun, Jaka Kelud melanjutkan perjalanannya menikmati keindahan kota Lelembut negeri di atas awan ini. Suasana kota di tempat ini seakan Jaka kelud sedang di bawa ke masa lalu, karena penampilan penduduknya memang selayaknya di sebuah kerajaan masa lalu. Ketika Jaka Kelud sudah jauh dari warung makan dan sampai di sebuah lembah yang ada di sisi selatan kota, tiba-tiba saja terdengar suara derap kaki kuda yang berlari kencang mendekat ke arahnya. Jaka kelud segera menoleh ke arah sumber suara, ternyata ada puluhan kuda yang sedang berlari ke arahnya, sementara di belakangnya juga ada puluhan orang lagi yang berlari ke arahnya sambil membawa senjata di tangan mereka. “Siapa mereka? Sepertinya mereka sedang menuju ke arahku?” gumam Jaka Kelud yang segera bersiap menghadapi segala kemungkinan. Benar saja seperti dugaannya, penunggan kuda yang berjalan paling depan segera mengangkat salah satu t