Share

3. Pertarungan Pertama

Penulis: D'Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-10 07:02:35

Suara pintu besi terbuka memunculkan sesosok laki-laki jangkung. "Berdiri!" Zee tidak ada keharusan menuruti perintahnya.

'Siapa dia!' Maka Zee hanya menjawab dengan dengusan nafas dan tetap dalam posisi duduknya. Tanpa aba-aba pria itu berlari kearah Zee dan meninju wajah bagian kiri. 'Apa dia sinting!'

Karena mendapat bogeman mentah, emosi dalam diri Zee juga tersulut. Zee pernah belajar seni bela diri, dia akan gunakan untuk melawan.

'Sial!' Tendangan tidak mempan untuknya. Tubuh itu terlalu kekar bagi Zee. Sekarang kaki Zee malah berada dalam genggaman pria itu. Secepat kilat dia memelintir, hingga tubuh Zee ikut terjungkal.

"Arghhhhhhh!" Rasa sakit di kaki membuat Zee berteriak. Ditambah ada bunyi cukup keras, kemungkinan tulang yang patah.

Pria itu terus melanjutkan aksinya. Berjalan selangkah demi selangkah untuk mengintimidasi. Sedangkan Zee mengesot menghindari. Mentok. Tembok menghalangi punggung Zee, tidak bisa menghindari.

Satu lagi layangan tinju. Zee pasrah. Sudah tidak tahu berapa kali pria itu memukuli wajah Zee. Terkapar. Zee berharap mati saja kali ini. Disiksa seperti ini membuat Zee kepayahan baik secara fisik maupun secara mental. Rasa amis dan besi bercampur dalam mulutnya. Muntah darah.

"Kamu terlalu lemah untuk jadi Tuan Muda keluarga Theodora." Ucap pria itu kecewa, ternyata kemampuan Zee tidak ada apa-apanya.

"Siapa juga yang mau?!" Zee berteriak dengan sisa tenaga.

***

Zee tidak tahu ini siang atau malam, bahkan sudah berapa hari terkurung disini pun Zee tidak bisa menghitungnya. Pria jangkung itu terus datang ketika Zee sudah mulai pulih. Dia tidak berhenti menghajar sampai Zee terkulai lemah. Sekarang kondisi Zee sudah dekil dan kusam. Pakaian yang Zee kenakan sudah tidak berbentuk. Compang-camping persis seperti orang gila dijalanan sana.

"Sudah sebulan anda disini. Apa anda benar-benar tidak akan melawannya?" Baru terdengar lagi suara perempuan itu di speaker.

"Kalian ingin aku mati dengan perlahan bukan, lakukan saja semau kalian." Ucap Zee sinis.

"Tuan Muda, sudah lama anda dilatih dengan penuh kebaikan dan kasih sayang. Sekarang giliran saya untuk melatih anda, dengan cara sendiri."

"Kamu juga tahu, bahwa aku tidak ada hubungan darah sama sekali dengan keluarga Theodora." Zee masih mencoba berbicara dengan setengah napasnya. "Jadi lepaskan aku! Tidak, kalau pun kalian tidak akan melepaskan ku dengan mudah." Kali ini ada jeda yang cukup lama. "Bunuh saja aku!"

"Ada atau tidaknya darah Theodora dalam diri Tuan Muda, jika sekali anda masuk kedalam keluarga Theodora, Tuan Muda tidak akan pernah bisa keluar walau mati akan tetap dikubur dengan nama Theodora di batu nisan Tuan Muda."

"Sebenarnya apa yang kalian inginkan dengan membawa anak-anak seperti kami kedalam keluarga Theodora? Atau mungkin saja kalian sendiri yang menghabisi keluarga kami hanya untuk membawa kami bergabung?"

"Tuan Muda selesaikan dulu pelatihan ini, secara bertahap saya akan memberitahu anda kebenarannya." Hening setelahnya tidak ada suara lagi.

Benar dugaan Zee, mimpi-mimpi itu nyata. Mereka mencoba menutupi semua kejadian dengan dalih terapi untuk pascatrauma. Padahal merekalah dalang dibalik semuanya. Membuat seolah mereka terlihat seperti malaikat yang menolong anak-anak seperti Zee, lalu dijadikan kacung dikemudian hari. Bahan percobaan kegilaan keluarga Theodora.

'Thea...' Tiba-tiba Zee teringat dirinya. Apakah dia juga bernasib sama seperti Zee. Jika benar, maka Zee merasa harus keluar dari sini dan segera menolongnya. 'Tidak mungkin! Dia anak kesayangan Ayah dan Ibu dan Thea memiliki darah keluarga Theodora.' Mereka tidak akan kejam pada keturunannya bukan.

Terus saja kemungkinan-kemungkinan tentang keluarga Theodora itu berkecamuk. Dibalik pikiran yang memenuhi kepala. Zee tiba-tiba mendengar suara. "Hallo... Hallo." Terdengar seperti suara anak laki-laki. Dari asal suaranya, Zee bisa menebak umur anak itu. Kira-kira sembilan sampai sepuluh tahun.

Tempat ini jelas bukan sembarangan tempat yang bisa dimasuki oleh orang asing. Ada anak yang tersesat sangatlah tidak mungkin. Terkecuali anak itu adalah salah satu yang disekap juga oleh keluarga Theodora. Benar-benar parah, mengurung anak sekecil itu.

Sepengetahuan Zee baru perempuan di pengeras suara dan si Jangkung. Ya, Zee putuskan memanggil pria tukang hajar itu dengan sebutan si Jangkung. Kalau begitu ada berapa orang lagi yang berada dalam tempat ini. Zee harus membuat rencana jika ingin keluar dan menolong orang-orang tidak bersalah dari cengkraman keluarga Theodora.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pewaris Tunggal Berdarah Dingin   43. Jodoh Yang Disiapkan

    "Bagaskara.""Hm! Kakek merasa kurang setuju dengan keluarga itu, selain karena Tedi terlalu banyak memiliki kerja sama dengan mereka aku tidak yakin semua itu kerja sama bisnis biasa. Pasti mereka mempunyai rencana yang tidak ketahui.""Aku juga berpikir demikian, apalagi beberapa kali mendapati Thea seperti diabaikan oleh suaminya.""Zee, cari tahu semua kabar terbaru serta keadaan rumah tangga Thea, biarkan Raka melakukan semuanya. Aku memberikan otoritas penuh, jika dia membutuhkan sesuatu segera fasilitasi dengan kualitas yang terbaik." Zee sudah memantapkan diri agar tidak bertindak sembrono lagi, menuruti kehendak kakeknya. Namun perasaannya pada Thea memang tidak pernah padam mendengar hal ini saja sudah membuat Zee sangat senang. Hatinya yang sempat kosong kini kembali membara dan terbakar menjadi semangat "Jika dia tidak bahagia dengan pernikahannya, kamu harus kembali membawa Thea. Kita berdua masih sanggup memberikan bahkan lebih dari sanggup untuk memenuhi kebutuhan Thea

  • Pewaris Tunggal Berdarah Dingin   42. Meluruskan Kesalah Pahaman

    "Jangan dibukan Kek, besok saja kita berbicaranya. Aku melihat Kakek sudah sadar saja sangat senang dan cukup puas. Pelan-pelan saja aku masih bisa menunggu." Zee menahan Georgio yang hendak melepaskan selang oksigen yang menutup mulut dan hidungnya. Georgio juga menurut saja apa yang dikatakan Zee saat melihat Eva mengangguk menyetujui apa yang disarankan oleh Zee. Sebagai gantinya Georgio mengelus rambut Zee kemudian turun ke wajahnya, sudah berapa tahun dia tidak bertemu dengan salah satu cucu kesayangannya ini. "Kakek maafkan. Aku yang salah, enggak tahu diri dan wajib dihukum oleh keluarga Theodora. Kalian sudah melimpahkan harta dan kebahagian yang sangat banyak padaku. Aku dengan disengaja merusak masa depan yang sudah cerah dan jelas berada dalam genggamanku." Jika Georgio tidak menepuk-nepuk punggung tangan Zee untuk berhenti, mungkin Zee seharian akan menyalahkan dirinya didepan Georgio. "Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku sedang melakukan perbaikan untuk kedepannya dem

  • Pewaris Tunggal Berdarah Dingin   41. Hampa

    "Semuanya berjalan dengan baik." Itu kalimat pertama saat Eva bertemu dengan Rafli di teras rumah. Eva mengangguk dan setelahnya Rafli memilih untuk meninggalkan orang-orang yang menyambut kedatangan mereka. Beberapa anggota lain yang tidak suka melihat kelakuan Rafli dan hendak mencegahnya pergi begitu saja, namun Eva memberi isyarat untuk membiarkan Rafli. Fokus mereka sekarang harus tertuju pada Zee yang sedang mengelurkan Georgio dibantu dengan anggota yang lainnya. Genta dan Eva segera cekatan membawa Georgio kedalam kamar yang sudah disiapkan dan si sulap tidak kalah dengan kamar rawat kelas VVIP . Segala macam peralatan yang dibutuhkan sudah ada disana. Zee tidak menganggu lagi dan memilih menunggu dengan jarak saat Eva dan Genta yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap Georgio, mengecek detak jantung, pupil mata serta mulai memasangkan alat-alat itu pada tubuh Georgio. Barulah setelah semua selesai Eva dan Genta mendekat pada Zee untuk melaporkan kondisi Georgio. "Apa kondi

  • Pewaris Tunggal Berdarah Dingin   40 Misi Penyelamatan

    Keberadaan Zee saat ini sangat berbahaya. Karena sudah ada pihak yang berani memata-matai mereka. Cepat atau lambat Tedi akan segera mengetahui bahwa Zee masih hidup. Mereka putuskan untuk segera membereskan misi kali ini. Rencananya, Raka akan berpura-pura menjadi pasien, dan berbaur dengan antrian pasien di ruang tunggu. Itu lebih memudahkan dirinya memantau pergerakan kami dan juga cctv sekitar. "Kamera CCTV lorong A dan E sudah aku aturkan. Rafli kamu bisa bergerak sekarang." ucap Raka dalam interkom yang mereka pasang masing-masing sebagai tanda komunikasi. "Baik, aku mengerti." Kemudian Rafli mulai bergerak, sebelumnya sudah memantau bahwa tidak sembarangan dokter yang bisa masuk kedalam ruangan itu. Langkah pertama, dia akan menyamar menjadi cleaning service dengan menggunakan hal tersebut dia bisa memasuki akses ruang ganti dan mencuri ID Card dokter yang ditargetkan dan Raka membantu dengan melihat jadwal dokter tersebut sebelumnya. Misi sudah di mulai setengah jam yang lal

  • Pewaris Tunggal Berdarah Dingin   39. Ruangan Mencurigakan

    Mereka akhirnya tertidur di gang sempit itu semalaman. Orang yang pertama bangun sepertinya Raka, sebab ketika Zee membuka mata, dia melihatnya sudah berkutat dengan laptop dan ponsel. Sementara Rafli masih tidur lelap di kursi pengemudi. Mungkin dia lelah mengemudi semalaman. Zee kebingungan tidak bisa keluar dari mobil saja, karena gang ini benar-benar pas dengan body mobil. Sangat sulit untuk membuka pintunya saja barang sedikit. Sekarang yang bisa dilakukan Zee hanya menunggu Rafli bangun. Tidak mau juga dirinya membangunkan Rafli secara paksa juga. Zee mencoba mengecek takut kalau Eva tidak mendapatkan perkembangan kabar dari misi ini. Namun ponselnya yang ternyata mati kehabisan batreai. Gerak-gerik Zee membuat fokus Raka menjadi buyar, dia bisa melihat Zee mulai tidak nyaman berada di kursi belakang lewat kaca spion tengah. “Tuan muda sudah bangun?” Suara Raka membuat Rafli jadi terbangun. Dia merenggangkan tubuhnya sejenak untuk kemudian ikut menengok kearah belakang. “Po

  • Pewaris Tunggal Berdarah Dingin   38. Pengejaran Dini Hari

    "Bisa jadi, karena kalian berdua mengintai rumah itu. Mungkin kalian juga enggak sadar sedang diperhatikan juga." "Sikap kami masih terlihat wajar dan kami rasa enggak terlalu lama berada disana." "Tetap saja, mereka bukan keluarga konglomerat biasa, sehingga pergerakan sekecil apapun bisa menjadi perhatian mereka.” Zee teridam, dalam hati membenarkan dari penjelasan dari Raka dan merenungkan sikap gegabahnya. Apa yang ditakutkan dan peringatan Rafli yang dianggap sepele oleh Zee menuai hasil yang sangat cepat. Rafli sempat melihat kearah Zee namun tidak merespon apapun. Dia cukup puas tuan mudanya akan belajar dari kesalahan. Risiko dari masalah ini masih bisa diatasi.“Itu sudah berlalu, sekarang kita harus pergi dari hotel ini. Keberadaan kita sudah ketahuan pihak luar. Tidak menutup kemungkinan keluarga Theodora juga lambat laun akan tahu.” Raka dan Zee saling menatap, menit berikutnya mereka berpencar langsung mengemasi barang bawaan masing-masing. 10 menit kemudian, mereka be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status