Home / Romansa / Possessive crazy mafia / Chapter 4: Manfaatkanku

Share

Chapter 4: Manfaatkanku

Author: Megumisora
last update Last Updated: 2025-05-05 22:00:03

Yuta menatap bangunan di depannya. Ia tidak menyangka pria yang berdiri di sampingnya memiliki perusahaan yang sangat berpengaruh di dunia bisnis. Bangunan perusahaan itu terlihat megah dengan interior mewah dan indah, pikirnya. Dahulu, ia memang tidak banyak mempertanyakan usaha pria di sampingnya. Pertemuan mereka pun terjadi secara tidak sengaja, hingga perlahan rasa itu muncul. Ia masih ingat, pria yang baru dikenalnya beberapa bulan itu menembaknya di depan banyak orang.

“Aku tidak menyangka kamu memiliki perusahaan sebesar ini di negara ini,” gumam Yuta pada pria di sampingnya.

Pria itu tersenyum bangga mendengar pujian langsung dari wanita yang dicintainya. Yuta memang tidak pernah bertanya tentang bisnisnya. Wanita itu bahkan jarang datang ke perusahaannya dulu. Gio pun tidak pernah menunjukkan kekuasaan yang dimilikinya selama ini.

Hubungan mereka terjalin tanpa niat membuka rahasia masing-masing. Hal itulah yang menjadi awal dari hubungan yang tidak sehat. Akhirnya, keduanya berpisah dalam luka karena kesalahpahaman. Saat itu, Gio sadar pentingnya keterbukaan. Karena itu, ia tidak ingin lagi menyembunyikan apa pun dari wanita di depannya.

“Ini hanya salah satu perusahaan yang ada di bawah kendaliku,” ucap Gio, mendapat delikan dari Yuta.

Namun, pria itu sama sekali tidak tersinggung dengan sikap wanita di sampingnya. Ia malah tersenyum melihat tingkah wanita itu.

“Bukankah kamu bersyukur dicintai pria kaya raya sepertiku?” ucap Gio dengan bangga.

“Ah, benarkah? Apa aku perlu menghabiskan uangmu sampai kamu bangkrut?” sahut Yuta, membuat Gio tertawa.

Ia tak gentar dengan perkataan wanita di sampingnya. Rasanya, uang yang ia miliki tak akan habis. Bahkan, ia semakin bersemangat menghasilkan pundi-pundi uang untuk dihabiskan oleh wanita itu.

“Aku dengan senang hati akan memberimu semua uangku.”

“Kamu akan jatuh miskin.”

“Itu tidak mungkin terjadi. Aku sangat kaya raya.”

“Ya, ya, ya. Aku lelah. Kamu mau membiarkanku berdiri lama-lama memberi hormat pada bangunan ini?” sindir Yuta, membuat tangan kanan Gio hanya bisa meringis. Ia salut dengan keberanian wanita itu pada tuannya, tapi ia tahu tuannya hanya akan menanggapi sindiran itu dengan tawa—dan benar saja.

“Hahaha, kamu tetap andal dalam menyindir. Ayo, kita masuk,” ucap Gio sambil menggandeng tangan kecil milik Yuta.

Tindakan itu sukses membuat semua orang di lobi kantor terkejut. Apalagi, senyuman Gio tak luntur sejak mereka masuk ke dalam gedung mewah miliknya. Bukankah mereka harus mengabadikan momen ini? Tuan mereka menebarkan senyuman yang bahkan tidak muncul saat memenangkan tender bernilai triliunan.

“Kalau kamu terus tersenyum seperti itu, wajahmu akan kaku,” ujar Yuta.

“Bilang saja jantungmu berdetak kencang karena senyumanku. Bahkan pipimu sudah merona,” balas Gio, mendekatkan wajahnya ke arah Yuta.

Saat itu, rona merah muncul di pipi wanita itu. Tanpa sadar, ia menggigit bibirnya karena gugup. Tentu saja, semua tindakan Yuta tidak lepas dari pengamatan Gio. Pria itu sampai menggeram kecil melihat tingkah menggoda dari Yuta.

“Wajahmu sangat berhasil menggodaku,” ucap Gio, sambil mengacak rambut Yuta. Hal itu membuat rona merah makin jelas di wajahnya.

Rasanya Yuta ingin bersembunyi. Ke mana perginya Yuta yang dingin dan tanpa ekspresi itu? Pria itu memang berhasil membuat seorang Yuta gugup hanya dengan perlakuan-perlakuan kecil.

“Sial, dasar jantung ini tidak bisa diajak bekerja sama,” gumamnya lirih, tetapi masih bisa terdengar oleh Gio yang berdiri di sampingnya.

Rasanya Gio gemas dengan wanita di sampingnya. Mereka kini berada di dalam lift, dan beberapa pikiran nakal sempat melintas di kepala Gio—namun segera ia enyahkan.

“Dia sangat menggemaskan. Aku tidak rela pria lain melihat semua ini. Apa Yuta juga menunjukkan ekspresi ini di depan pria itu?” gumamnya dalam hati, mengingat pria yang beberapa jam lalu menghadang mereka. Pria yang selama ini menemani kehidupan Yuta setelah seluruh keluarganya dibunuh.

Rasanya sulit menerima bahwa posisinya telah digantikan oleh pria itu. Tapi takdir berkata lain—ia harus berpisah dari Yuta selama beberapa tahun.

Ting.

Suara lift berbunyi bersamaan dengan pintu yang terbuka. Gio melangkah lebih dulu tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Yuta. Yuta pun tak berniat melepaskannya. Rasanya ia tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan pria itu.

Gio menarik Yuta masuk ke ruangan pribadinya. Setelah itu, ia baru melepaskan genggaman tangan mereka. Yuta terlihat sibuk menelusuri interior ruang kerja Gio. Sementara pria itu berjalan ke meja kerja, menatap tumpukan dokumen yang perlu ia periksa. Ia membuang napas kasar—rasanya ingin sekali menghabiskan waktu bersama Yuta hari ini, tetapi pekerjaannya menumpuk. Ia tidak bisa menyerahkan semuanya pada bawahannya.

“Sepertinya kamu akan sibuk, jadi aku bisa kembali.”

“Jangan meninggalkan ruangan ini.”

“Hei, aku bukan pajangan ruang kerjamu. Aku juga punya kesibukan.”

“Kesibukan bersama pria itu,” sindir Gio.

Yuta mengerutkan dahinya. Ia bisa melihat Gio sedang cemburu pada Wil. Apa Gio lupa kalau mereka sudah tidak punya hubungan lagi?

“Mau aku dekat siapa pun, itu bukan urusanmu. Kita sudah tidak ada hubungan lagi,” ucap Yuta santai, sambil memperhatikan barang-barang di ruangan itu.

Langkahnya terhenti saat melihat potret dirinya bersama Gio, diambil beberapa tahun yang lalu. Rasa rindu menyelinap. Tapi ia tahu, ia tidak bisa kembali seperti dulu.

“Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan melepaskanmu? Kita akan tetap bersama,” ucap Gio yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.

Tangan Gio melingkar di pinggang Yuta. Ada getaran yang muncul akibat sentuhan itu.

“Aku tahu kamu masih mencintaiku, Yuta,” ucap Gio sambil menatap potret mereka berdua di depannya.

Ia masih ingat, potret itu diambil saat ia menyatakan cintanya pada wanita itu. Hari paling bahagia dalam hidupnya—karena akhirnya ia bisa memiliki Yuta.

“Gio, perasaan itu sudah hilang. Aku tidak bisa mencintaimu seperti dulu,” ujar Yuta sambil mencoba melepaskan pelukan itu, namun sia-sia.

“Tak perlu berbohong. Kamu tidak pandai dalam berbohong,” balas Gio, lalu mengecup puncak kepala Yuta.

Yuta terdiam. Ia merasakan kembali kenyamanan yang telah lama hilang. Rasanya ia tidak ingin melepaskan perasaan itu. Tapi musuhnya masih berkeliaran, dan ia tak tahu kapan nyawanya bisa membahayakan pria ini.

“Aku tidak selemah itu. Kamu tahu fakta tentang hidupku, bukan?” ucap Gio.

“Kamu akan dalam bahaya jika kita bersama.”

“Tidak. Kamu yang akan bahaya bersamaku. Aku punya banyak musuh. Tapi aku tidak ingin melepaskanmu dari hidupku. Jadi, mari kita jalani bersama,” ucap Gio dengan tenang.

Yuta tetap diam. Gio memutar tubuh Yuta, hingga kini mereka saling bertatapan.

“Kamu bisa memanfaatkan aku untuk menyelesaikan dendammu. Asalkan kamu tidak meninggalkanku,” ucap Gio dengan kedua dahi mereka saling bersentuhan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Possessive crazy mafia   Chapter 11 : Benih Dendam

    Lembut, nyaris seperti bisikan angin, tangan Gio menyusuri rambut Yuta. Sentuhan itu menyadarkannya dari lamunan. Perlahan ia mendongakkan kepala. Tatapan mereka bertemu, dalam, penuh sejarah yang tak pernah benar-benar selesai.Setetes air mata jatuh di pipi Yuta—tak diminta, tak disadari. Hanya kenangan yang datang tanpa diundang. Gio tertegun, lalu memutar tubuh Yuta hingga keduanya saling berhadapan.“Apa yang membuatmu menangis?” tanyanya lirih, menyentuh wajah wanita itu dengan hati-hati seolah takut menyakitinya.Yuta menggeleng pelan. “Hanya... kenangan buruk yang datang tiba-tiba.”Suara Gio melembut, seperti sedang berbicara dengan bayangan masa lalu. “Honey... kamu tahu aku tidak pernah menduakanmu, bukan? Wanita itu... hanya pion. Suruhan seseorang yang ingin menjebak kita berdua.”Yuta tersenyum samar, getir. “Aku tahu, Gio. Beberapa tahun lalu, aku menemukan fakta itu. Tapi saat itu... rasanya aku malu untuk sekadar menatap matamu. Aku harusnya percaya padamu... bukan?”

  • Possessive crazy mafia   Chapter 10 : Luka masa lalu

    Senyum seorang pria terbit saat ia selesai membaca sebuah dokumen yang baru saja diantar oleh bawahannya. Ia menyesap cerutunya, menyandarkan tubuh pada kursi, dan menatap ruang kosong yang ditempatinya—sebuah ruang kerja yang dipenuhi senjata favorit dan didominasi warna hitam di setiap sudutnya."Aku tidak menyangka wanita itu masih hidup," gumamnya, tatapannya mengarah pada sebuah potret yang terpajang di meja kerjanya. "Ternyata kamu sudah besar."Sebuah ketukan pelan mengembalikannya dari lamunan. Seseorang masuk ke dalam ruangannya. Tak sepatah kata pun keluar dari pria itu sampai bawahannya memulai pembicaraan."Kami sudah menemukan keberadaan keduanya, Tuan," ucap si pria sambil menunduk dalam-dalam. Tatapan tajam atasannya membuat bulu kuduknya meremang. Ia tahu, suasana hati tuannya sedang buruk."Biarkan mereka bersenang-senang dahulu. Aku suka mempermainkan peliharaanku. Setelah itu, pastikan kau menangkap wanita itu. Aku tak sabar bertemu dengan kelinci manisku," ucapnya,

  • Possessive crazy mafia   Chapter 9 : Kehangatan

    Yuta tidak pernah merasakan pagi yang seindah ini sejak kejadian itu terjadi. Ia selalu sulit tidur dan bangun dalam keadaan sangat lelah. Tapi pagi ini, ia tidak lagi merasakan hal itu. Ia merasa seperti kembali ke masa lalu. Apakah sebesar itu pengaruh keberadaan Gio dalam hidupnya? Kedua matanya menatap pria yang sedang tidur di sampingnya. Kedua tangan besar memeluknya begitu erat. Tak ada jarak yang memisahkan keduanya. Sekarang, ia bisa menikmati pemandangan indah di hadapannya. Napas pria itu menghembus ke wajahnya.Seharusnya ia berteriak dan memarahi pria itu karena telah lancang masuk ke dalam kamarnya di vila milik Gio. Tapi biarlah, untuk kali ini ia ingin merasakan kehangatan yang telah hilang beberapa tahun ini. Rasanya semua bebannya menghilang begitu saja. Rasa rindu yang ia pendam selama ini telah terbayar. Tangannya bermain di wajah pria itu, dari alis yang sangat tebal dan berbentuk indah, berlanjut pada kelopak mata dengan bulu mata hitam yang begitu lentik, hidung

  • Possessive crazy mafia   chapter 8: Penyesalan

    Yuta mengejar pelaku penembakan beberapa waktu lalu. Hampir saja dia mencapainya tapi orang itu berbalik dari melepaskan tembakan. Beruntungnya dia memiliki reflek yang baik. Peluru itu memang tidak melukainnya. Waktu bersamaan kap bergoyang karena gelombang air laut. Saat itu waktu seakan berlambat, tubuhnya terlempar dari kapal akibat kakinya yang tak seimbang. Apakah keinginannya terwujud dalam waktu dekat sebelum kebenaran terungkap sepenuhnya. Saat itu muncul rasa kesal karena dia belum bisa membalaskan dendamnya. Tapi seakan takdir sedang mempermainkannya. Tubuhnya terlempar kedalam gelombang air laut yang sedang berkecambuk. Hal yang paling dirinya hindari ialah air karena dia tidak bisa berenang. Apakah ajalnya akan datang dengan seperti ini. Rasannya dia ingin menyesal karena belum bisa mengucapkan perasaanya pada pria itu. Sekarang dia malah ingat seluruh kenangan indah dengan pria manis itu. Padahal seluruh orang disekitarnya mengatakan pria itu dingin dan sedikit bicara.

  • Possessive crazy mafia   Chapter 7 : Bermain Peran

    Sebuah tangan memeluk pinggangnya dan tangan lain menutup mulutnya yang hampir saja berteriak. Dia menyadari sosok pria yang membisikan dirinya. Pertanyaan mengisi isi kepalanya, dia bertanya-tanya bagaimana pria itu bisa mengetahui rencananya malam ini. Tubuhnya dibutar dan akhirnya sekarang keduanya saling bertatapan. Sesaat kedua mata mereka bertatapan. Tak ada satu kata yang keluar dari keduannya. Mereka saling terpesona dengan penampilan satu sama lain. Hingga pria itu mendekatkan dirinya ke telinga wanita. "Kamu sangat cantik, aku tidak lera membiarkan pria-pria itu menikmati keindahanmu." ucap pria itu yang berhasil membuat rona merah muncul di wajah wanita itu. Dia mengakui penampilan pria dihadapannya sangat menawan. Tapi dia lupa kalau pria ini memang selalu berpenampilan menawan. Rasa tak lela bila pria itu bersanding dengan wanita lain. "Tampan bukan? tanya pria itu dengan diakhiri kedipan mata pada wanita dihadapannya yang membuatnya tersadar. "Biasa saja." sambil memb

  • Possessive crazy mafia   Chapter 6 : Pemeriksaan

    Yuta membuang nafas kasar saat melihat tingkah laku pria dihadapannya. Bagaimana tidak pria itu membuat satu rumah sakit tegang karena ancamannya. Pria itu memintanya mengikuti pemeriksaan padahal dia tidak mendapatkan luka parah selain memar pada tempat tembakan. Peluru itu menancap pada pelindung yang dirinya selalu gunakan setelah kejadian beberapa tahun lalu. "Berhenti Gio, aku tidak apa-apa." ucap Yuta yang dibalas dengan tatapan tajam pria. Walaupun dia tahu wanita di depan tidak mengalami luka parah. Tapi dia tetap khawatir. Rasa takutnya melingkupinya saat ini. "Diam dan ikuti saja setiap prosedur, atau kamu tidak boleh lagi keluar dari mansion." ancam Gio yang membuat wanita itu menatap sebal pria itu. Dia tidak memiliki keberanian untuk melawan ancaman pria. Yuta sangat tahu sikap pria itu saat sedang marah. Yuta sangat ingat saat hubungan keduanya saat menjadi sepasang kekasih. Pria itu bukan tipe yang mudah marah untuk sikapnya yang menyebalkan. Tapi sekali pria itu mar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status