Seorang pria masuk ke dalam sebuah kamar dengan membawa nampan berisi makanan untuk wanitanya. Dia menyimpan nampan itu di meja samping tempat tidurnya. Dia tersenyum pada wanita yang sekarang terduduk di tempat tidurnya. Kakinya terpasuk pada salah satu tiang tempat tidur. "Kamu belum makan ?""aku tidak membutuhkannya.""Kamu tetap harus makan, badanmu sudah sangat kurus. Kamu akan mati jika tidak makan.""Aku lebih baik mati, aktifkan saja racun ini.""aku tidak akan melakukan hal itu.""lalu apa yang kamu inginkan padaku.""menikahimu.""Aku tidak sudi."Pria itu membuang nafas kasar, dia mendekati tubuh wanita itu. Tentu saja yuta langsung mendorong pria itu tapi tenaganya tak sekuat biasannya. Karena cairan yang disuntikan oleh pria itu. Tubuhnnya menjadi sedikit kaku. "apakah kamu aku menyentuh tubuhmu agar kamu diam." "Berhenti aku mohon.""hahahaha, kamu menolakku."ucap pria itu malah dan tanpa memperdulikan air mata yang sudah jatuh. Pria itu mencium kasar yuta dengan kas
Sekarang mereka bertiga sudah berkumpul di ruangan keluarga rumah Gio. Yuta sudah duduk di samping kekasihnya. Mereka akan membicarakan hal penting. Selain itu juga yuta penasaran bagaimana kakaknya bisa berhubungan baik dengan kekasihnya. Satu hal yang dirinya tahu kakaknya menyembunyikan identitas dan memastikan tidak lagi berinteraksi dengan orang -orang yang dulu pernah dekat dengan keluargannya. Agar musuh mereka tidak menyadari keberadaan kakaknya itu. "Jadi semuanya sudah berjalan seperti rencananmu tuan Giovandro?" tanya kakak yuta. "Tentu saja tuan muda Vierth atau aku perlu memanggilmu Tuan muda Yuto. " ucap Gio dengan senyum tipis muncul di wajahnya. "Kamu bisa memanggil namaku sesukamu saja. Tuan Giovandro. Kita sudah tidak memiliki waktu lama lagi. Benda itu harus segera dikeluarkan dari tubuh adikku. Kamu benda itu seperti bom waktu pada tubuh adikku. Benda itu memang tidak aktif bila tidak dekat dengan sang pemiliknya. Tapi benda itu akan secara otomatis aktif bila 5
Yuta memilih menatap keluar mobil dari jendela di sampingnya. Banyak hal yang menghinggapi otak kecilnya. Dia tahu keberadaanya selalu mendatangkan bahaya bagi orang terdekatnya. Walaupun kejadian beberapa saat lalu karena rencana yang dilakukan pria di sampingnya. Tapi dia yakin ini semua hanya awal dari penyerangan dari orang itu. Apakah dia tidak boleh merasakan kebahagian dengan orang terkasihnya. Sebuah elusan di kepalanya menyadarkan lamunan yuta. Dia menatap pemilik tangan itu dengan tatapan sendu. Sebuah senyuman hangat dari pria itu padanya. Gio tahu kalau kekasihnya sedang memikirkan kejadian beberapa saat lalu. Dia tarik tubuh wanitanya ke dalam dekapannya. "Tidak perlu kamu pikirkan kejadian beberapa saat lalu, aku pastikan dia akan mendapatkan ganjarannya dan kita bisa menikmati hidup kita seperti dulu." ucap Gio dengan diakhir sebuah kecupan pada puncak kepala yuta. Tanpa sadar air mata jatuh dari matanya. Pertahannya hancur saat itu juga saat ingat dia tidak lagi send
Yuta terbangun dari tidur saat mendengar suara tembakan. Dia segera mengambil pistol yang sengaja dirinya sembunyikan di bawah bantalnya. Dia menyandarkan tubuhnya pada pintu dan mendengarkan suara dari luar. Tembakan yang terus terjadi bersama sejumlah langkah kaki yang terus mendekat. Rasa takut kembali menghinggapinya, ingata-ingatan masa lalu mulai menghinggapinya. Hari dimana kediamannya diserang oleh suruhan pria itu. Wanita itu sudah bersiap bila salah satu musuh masuk ke kamarnya. Pintu itu terbuka dan pistol itu tepat mengarah pada dahi pria yang masuk itu. Yuta terkejut saat melihat sosok Gio yang berlumuran darah. Bersamaan itu suara tembakan terhenti. Wanita itu masih terkejut dengan penampilan pria itu. Sedangkan Gio langsung menarik tangan kekasihnya keluar dari kamar tidurnya. Tapi langkahnnya terhenti beberapa saat setelah mengamati penampilan kekasihnya. Pria itu kembali menarik tubuh yuta ke dalam kamar. Yuta masih mencoba memahami kejadian yang terjadi beberapa wa
Gio melepaskan ciumannya, yuta masih terdiam. Dia tidak menyangkan kejadian itu belangsung dengan begitu cepat. Tidak sampai situ saja keterkejutannya. Tubuhnya tiba-tiba melayang dan pria itu meletakkannya pada mejannya. Beberapa barang di meja itu berjatuhan. Pria itu melanjutkan kegiatannya kembali yang sempat terhenti. Hal itu membuat yuta terkejut untuk kesekian kali. Dia mencoba melepaskan ciuman itu dengan memukul dada pria itu. Tapi tidak diperdulikan oleh Gio. Tenaga yuta hanya seperti elusan untuknnya, dia lebih menikmati momen keduannya. wanitanya memang selalu manis dan indah yang tak akan dirinya biarkan lepaskan. Meskipun itu harus mempertaruhkan nyawanya."Berhenti menatapku seperti itu ?""Maaf baby, aku terlalu kesal mengingat seseorang dengan berani menandaimu."Yuta menghempaskan tangan gio saat akan kembali menyentuh lukannya. Dia menatap tajam pria di depannya. "Bukankah aku sudah memberi tahu sejak awal. Kita tidak akan bisa seperti dulu. aku bukan lagi yuta yan
Yuta langsung membuka dokumen yang dicurinya. Sebuah photo-photo bukti pembakaran kediaman rumahnya. Senyuman tipis muncul di wajahnya. Hanya tersisa satu langkah lagi untuk menghancurkan mereka semua. Dia pastikan mereka akan merasakan penderitaan yang dirasakan keluargannya. Dokumen ini sangat berguna untuk memancing sang singa keluar dari kandang. "Mari kita lihat siapa yang akhirnya kalah." gumam yuta setelah menyimpan dokumen di tempat yang menurutnya aman. Setelah itu dia melangkah menuju kamar mandi.Bersamaan itu pintu kamar yuta terbuka, seorang pria masuk dan mengambil dokumen yang di simpan yuta. Setelah menemukannya dia membawa dokumen itu. Sebelumnya dia menyimpan dokumen dengan warna map yang sama. Dia tersenyum saat mendengar senandung dari dalam kamar mandi. Dia langsung keluar dari kamar itu tanpa meninggalkan suara.Yuta keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar. Tangannya memegang handuk sambil menggosok rambut panjangnya. Kakinya melangkah menuju meja rias. Dia