Share

Presdir Tampan Itu Ayah Anakku
Presdir Tampan Itu Ayah Anakku
Penulis: VERARI

Malam Panas

"Pak, tolong berhenti!"

Vina mencoba melepaskan diri. Mendorong dada bidang Rangga dengan tangan mungilnya, meskipun usahanya berakhir sia-sia. Pria itu terlalu kuat baginya. Rangga semakin erat merapatkan tubuhnya.

Rangga pun mulai menyapu leher Vina dengan kecupan-kecupan ganas. Sang CEO yang biasanya bersikap kaku, berubah drastis karena gairah yang membara.

"S-saya bisa membantu Anda, tapi ... tidak sampai seperti ini," lirih Vina sambil meronta-ronta.

Rangga tak menggubris ucapannya dan mulai menanggalkan kemeja. Kesempatan Vina untuk pergi menjauh.

Vina berlari ke arah pintu setelah berhasil menyambar ponselnya yang terjatuh. Tapi, Vina kalah cepat. Rangga dapat dengan mudah menangkap Vina lagi.

Kali ini, Rangga menyeret tangan Vina dengan kasar. Kemudian, melemparkan Vina ke ranjang.

"Pak! Sadarlah!" pekik Vina.

Rangga membungkam Vina dengan bibirnya. Vina spontan menampar wajah Rangga. Tak terima oleh tindakan atasannya itu.

"Cukup, Pak! Bapak sudah sangat keterlaluan!"

Perbuatan dan ucapan Vina justru membuat Rangga murka. Dalam sekejap saja, Rangga telah berada di atas tubuh Vina. Menguncinya rapat-rapat. Vina pun tak dapat lagi mengelak.

Butiran air bening mulai mengalir deras melalui ekor matanya. Tubuh Vina serasa hancur luluh lantak.

Rasa sakit yang mendera tubuhnya tak sebanding dengan rasa nyeri di hati. Hilang sudah kesucian yang selama ini Vina lindungi.

***

Getaran ponsel membangunkan Vina. Tangannya meraba-raba nakas, sementara matanya masih terpejam erat.

"Vin, kenapa belum sampai kantor?" tanya pria di balik telepon.

"Ya? Ini siapa?" jawab Vina dengan suara parau.

"Kamu masih tidur? Astaga! Ini sudah jam berapa? Kamu tidak berangkat kerja? Bagaimana dengan Pak Rangga semalam? Dia baik-baik saja, bukan?"

Rentetan pertanyaan Dion mengusik telinga Vina. Tetapi, hanya ada satu kalimat tanya yang Vina dengarkan.

"Vina!! Kenapa diam saja?"

Kesadaran Vina mulai kembali. Vina lantas mematikan ponselnya begitu saja.

Dadanya bergemuruh hebat seketika. Rasa sedih, marah, dan bersalah bercampur aduk menjadi satu.

Mata nanarnya memandangi tubuh polos pria yang berbaring di sampingnya. Rangga masih tampak begitu tenang di alam mimpi.

Wajah tampan Rangga terlihat tanpa dosa. Dan pemandangan itu berhasil membuat Vina semakin gusar.

Vina tak menyangkal jika dia memiliki kekaguman besar pada Rangga. Dan wanita mana yang tidak tertarik oleh sosok pria berwibawa, CEO sukses nan tampan?

Akan tetapi, semua perasaan itu hilang dalam semalam. Ketika pria yang telah lama dikaguminya menorehkan luka yang mendalam.

"Awww!" rintih Vina.

Kedua kaki Vina gemetaran dan susah beranjak dari tempatnya. Vina mengayunkan langkah kaki sedikit memaksa. Menahan rasa sakit di tubuh bagian bawahnya.

Vina tidak ingin Rangga melihatnya masih ada di kamar ketika bosnya itu terbangun. Diambilnya pakaian yang berserakan di beberapa tempat. Lalu, Vina masuk kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat.

Di bawah pancuran air dingin, adegan-adegan panas menyakitkan dan berulang-ulang terus berputar layaknya video panjang. Vina menelusuri awal mula terjadinya kesalahan itu.

Ingatan Vina kembali saat Dion, asisten pribadi Rangga tiba-tiba saja menghubungi dirinya saat hampir tengah malam. Dion memohon pada Vina agar mau menggantikannya untuk mendampingi Rangga bertemu dengan salah satu investor di sebuah bar.

Sesampainya di bar, Rangga ternyata tidak sendiri. Bukan bersama investor yang disebutkan Dion, Rangga justru sedang bersama seorang wanita berpakaian mini.

Wanita itu melingkarkan lengan Rangga ke bahunya. Lalu, menarik Rangga keluar dari bar. Vina lantas membuntuti mereka. Dalam elevator yang sama, Vina segera tahu jika wanita itu terus menggoda dan merayu.

Rangga beberapa kali menolak bisikan manja si wanita. Tapi, wanita itu gigih memaksa dan berhasil menyeret Rangga masuk ke dalam kamar. Raut wajah Rangga pun terlihat aneh. Bukan seperti orang mabuk pada umumnya.

Merasa ada kejanggalan, Vina bergegas menghentikan pintu yang hampir tertutup sempurna. Wanita itu tampak terkejut oleh kehadiran Vina.

Setelah pertengkaran kecil, Vina berhasil mengusir wanita itu. Vina buru-buru merogoh ponsel untuk menghubungi dokter perusahaan. Namun, Rangga tiba-tiba menarik Vina ke dalam kamar sebelum Vina berhasil melakukannya. Dan terjadilah kesalahan besar yang tak semestinya Vina lakukan.

'Mungkinkah Pak Rangga memang sengaja menyewa perempuan itu? Aku seharusnya membiarkan mereka melakukan apa saja yang mereka mau. Kalau tidak, aku seharusnya lebih gigih memanggilkan dokter malam tadi! Kenapa aku bodoh sekali?!'

Vina memejamkan mata dan mendongak ke arah pancuran. Berharap dia dapat menghapus kenangan pahit itu seiring aliran air yang melewati tubuhnya.

Vina menangis tanpa suara, menarik-narik rambutnya sendiri, dan terkadang memukuli dadanya yang sesak. Badannya terasa sangat kotor meskipun telah menggosoknya berulang kali.

Hingga setengah jam berlalu, buku-buku jarinya sampai terasa membeku. Tapi, Vina justru memutar keran agar air semakin deras membasahinya.

Dia tak peduli lagi jika hidupnya berakhir sekarang juga. Untuk apa terus bertahan jika kebanggaannya sebagai seorang wanita telah dirampas paksa oleh atasannya sendiri!

Namun, Vina segera tersadar ketika wajah ibunya muncul dalam benak. Dia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri. Dia bekerja keras selama ini karena menjadi tulang punggung keluarga. Tanpa Vina, orang tuanya juga pasti kesulitan bertahan hidup.

'Aku tidak boleh menyerah! Aku harus bangkit dan melupakan ini semua. Biarpun mungkin tidak akan ada lagi pria yang menerima perempuan kotor dan hina sepertiku.'

'Brak! Brak! Brak!'

Terdengar suara pintu kamar mandi dipukul-pukul dengan kasar. Seseorang di balik pintu sepertinya tak bisa menahan sabar.

"Keluar!!"

Vina menjerit dalam hati ketika mendengar teriakan kemarahan Rangga. Jantung Vina berpacu sangat cepat karena terlalu takut menghadapi pria itu.

Vina menarik napas panjang, kemudian mengembuskan perlahan. Berulang kali Vina melakukannya sambil meyakinkan diri sendiri jika semua akan baik-baik saja.

Gebrakan kedua pada pintu membuat Vina melompat ke belakang. Dia bergegas memakai pakaian dan mengeringkan rambut ala kadarnya.

Langkah Vina tertahan di depan pintu. Sekali lagi, Vina menyemangati diri sendiri. Kemudian, Vina memutar kenop walaupun masih membawa rasa ragu.

"P-pak ..."

Ketika Vina keluar dari kamar mandi, sedikit keberanian yang susah payah dikumpulkan bermenit-menit lalu menguap begitu saja. Sorot mata hitam pekat Rangga mengingatkan Vina akan kejadian semalam.

Vina spontan menunduk untuk menghindari tatapan Rangga. Tubuh Vina bergetar hebat. Tanpa sadar, Vina perlahan memundurkan kaki.

“Kenapa …” Ekspresi wajah Rangga mengeras. “kamu ada di sini?” Rangga menghampiri Vina dan memojokkan wanita itu ke tembok. "Apa yang kamu lakukan di sini?! Apa yang telah terjadi?!"

Komen (20)
goodnovel comment avatar
Ogir 92
sangat menarik
goodnovel comment avatar
Odel Luki
hemmmmmmmm
goodnovel comment avatar
Peny Valerea
bagus ceritanya...sangat menarik..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status