Share

Bab.7 Demo dan Ciuman

Jenet masuk ke kamar mandi yang luas itu lalu menaburkan bubuk ke dalam bathub yang sebelumnya ia isi air. Lalu meletakkan satu persatu alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk memandikan Niken. Setelah itu ia keluar dari kamar mandi untuk menjemput calon bintang di Flower Club besok malam.

"Nona cantik, mari, " dengan dengan lembut membimbing Nike ke kamar mandi.

Niken tak mau telanjang bulat di depan Jenet seperti tadi di terpaksa di depan madam Sonya.

Makanya saat diminta berendam di bathub yang berbusa, ia perlahan menenggelamkan dirinya perlahan ke dalam busa, sambil mengangkat melepas daster dari tubuhnya.

"Maaf ya cantik ..." ujar Jenet menyentuh rambut Niken yang digelung, lalu digerai jatuh pundak gadis yang tampak menurut itu.

Lalu tanpa bersuara Jenet mulai menyemprotkan vitamin rambut sambil memijit kepala Niken. Lalu mulai melulur gadis itu dan memerisa kuku kaki dan tangan. Mencukur alis Niken supaya lebih berbentuk.

Alis dicukur tak ada dalam kamus Niken. Tapi ia lagi lagi hanya menurut pada Jenet. Walau tangan Jenet tampak besar, tapi gerakannya lembut tak menyakiti kulit Niken. Bahkan saat harus membilas rambut gadis itu, tangannya sangat piawai memijat tengkuk dan sekitarnya.

"Cantik lulur sudah, creambath sudah, cukur alis juga sudah. Nah sekarang naik ya bilas pakai daun bunga ini. Kalau cantik malu sama aku, biar aku balik badan, " ujar Jenet sambil menunjuk air penuh bunga pada Niiken, " Ini handuknya ya cantik, " setelah itu ia balik badan membelakangi Niken.

Niken sebenarnya risih mandi ada orang lain. Tapi inilah yang terjadi kini. Maka segera membilas tubuhnya dengan air wangi kembang.

Setelah Niken membalut tubuhnya dengan kimono handuk, barulah Jenet berbalik.

"Wah kelihatannya segar ya cantik ...?" Jenet tersenyum lebar pada Niken yang memang merasa segar tubuhnya setelah berendam vitamin dan dilulur. Kepalanya pun begitu ringan.

"Terima kasih, Mbak, " , bagaimana pun Niken masih memiliki kesantunan.

"Ait ... no cantik jangan panggil mbak dong, tapi Zus, gitu lho ..."

"Terima kasih Zus ..." Niken meniru Jenet.

"Zus Jenet, " ujar Janet.

"Zus Jenet. " Niken mengikuti si Jenet.

"Ayo duduk dulu cantik biar lebih bercahaya, biar auranya memancar pas nanti pembuatan video ..."

"Video?!" Niken menatap Jenet.

Jenet mengangguk, "Ya dong supaya acara lelang originil Non cantik lebih cetar membahana ..." tersipu Jenet.

Niken bergidik.

"Ya Allah mohon mukjizatmu ya Allah, mohon lindungilah hamba dari kebrutalan para pereguk dosa yang Engkau larang ..." batin Niken .

"Ayo cantik .."

Tak lama kemudian tangan Jenet sudah mulai memoleskan cream untuk pengangkat debu di wajah dan leher Niken, lalu disambung dengan face tonic. Tak cukup itu saja. Secara bergantian penyegar dan vitamin kulit khusus wajah singgah menyapu pori pori wajah Niken, hingga gadis cantik polos seorang Niken kini merona dan bercahaya.

Setelah selesai ritual di kamar mandi, diteruskan dengan mike up untuk shooting promosi.

Wajah Niken telah dimake up tipis, tapi auranya begitu keluar. Cantik mempesona. Dalam balutan baju transparan warna orange, dengan payet dan rendah di seputar pinggang dan bagian bawah roknya. Jumsuit warna kulit yang membentuk siluit membayang. Kerudung yang sewarna dihias taburan beling beling, membuat prnampilannya gebyar dan mewah.

Suasana pengambilan gambar untuk promo sudah siap. Seorang penata gaya sekaligus sutradara memberi contoh gaya yang harus dilakukan Niken.

Beberapa kali Niken gagal membuat gerakan seperti yang diajarkan sutradara. Kikuk dan jengah serta merasa gerakannya itu tabu yang kelak akan mendatangkan hukuman jika tiba waktunya ia menghadap Sang Pencipta.

"Ya Allah bagaimana ini. Haruskah berlaku liar yang Engkau murkai, Ya Ilahi ... ?"

Mau menangis rasanya harus melakukannya.

"Dik tak usah malu? Biasa saja ini juga pekerjaan .. " bimbing si sutradara dengan sabar.

Niken walau berat hati mencoba melakukan yang diminta sutradara, dan yang dimaui madam Sonya.

Niken bagai dipecut saat Anggodo datang menonton. Seketika terbayang ayahnya digantung. Bukan cuma sang ayah yang siap dieksekusi, tapi ibunya juga siap diikat lehernya

"Tidak ayah dan ibuku tak boleh disiksa. Aku harus bisa melakukannya. Harus." Batinnya cemas jika Angodo mencari orang tuanya jika ia tak segera melakukan apa yang mereka mau.

Terdiam sesaat. Lalu bak orang kesurupan ia mulai beraksi.

Arahan sutradara satu persatu mulai diperagakan. Nyawa orang tua adalah segalanya.

Ada gaya Niken harus khayang dengan sebelah kaki terangkat, sehingga terlihat belahan pahanya yang seakan tanpa lapisan. Tentu membuat gayanya jadi erotis.

Sekali waktu Niken harus memeluk model cowok yang dipersiapkan dari manaken. Dengan gaya liar Niken harus mencumbu. Pada adegan itu Niken melempar kerudungnya dan menarik belahan baju bagian dadanya.

Tentu saja baju yang memang hanya diberi perekat itu terbuka, hingga belahan dadanya terlihat. Dan dengan gaya nakal menggesekkan dadanya pada dada cowok manaken itu.

Tepuk tangan mengakhiri adegan pertama. Dan Anggodo yakin kalau Niken memiliki nilai jual yang tinggi.

Adegan selanjutnya bersetting di jalan sunyi. Tak perlu ke jalanan betulan untuk pengambilan foto. Tapi cukup di halaman rumah Angodo yang luas disulap sebuah jalanan.

Niken didandani ala wanita berkelas. Rambutnya disanggul dan ditutupi topi lebar warna cream. Sedangkan gaunnya brokat sewarna topinya. Gaunnya panjang yang memiliki belahan di tengah tengah kedua dadanya. Lengan panjang. Menenteng tas warna hitam. Sepatu hak tinggi.

Adegan di sebuah sudut jalan. Niken berdiri sendirian. Lalu berhenti sebuah mobil. Turun lelaki mengenakan setelan jas warna hitam.

Si lelaki tak ditunjukkan mukanya. Berjalan membelakangi camera mendekat pada Niken.

Niken menyambut uluran tangan si lelaki. Tanpa diduga lelaki itu menarik Niken dan membopongnya. Bukan itu saja di lelaki dengan gaya tak sabar langsung mencium bibir Niken.

"Cut ..." sutradara berteriak.

Adegan berakhir.

Dengan kikuk Niken langsung turun dari bopongan lelaki lawan mainnya yang sedetik barusan sudah sempat mendaratkan ciuman ke bibirnya.

Tergesah Niken melap bibirnya dengan punggung tangannya. Sedangkan sang aktor lelaki yang sempat mendaratkan bibirnya itu melirik dengan senyum.

"Hebat sayang ..." madem Sonya memeluk Niken, "Ahah kamu kok sedingin es, sih?" Tertawa madem Sonya.

Anggodo mendekat. Madam Sonya langsung menjauh.

"Punya bakat jadi artis kamu. Hebat. Kalau kamu bisa hoki tak sampai lima tahun aku lepas ..." pelan suara Anggodo. Tapi cukup menghujam jantung Niken.

Gadis itu hanya menunduk tak berani mengangkat wajahnya. Sebenarnya lebih tepatnya tak sudih memandang manusia serakah tak berprikemanusiaan seperti Anggodo.

*

Andre keluar dari gedung perkantoran yang megah. Mobil Sport sudah menunggu di depan lobby.

"Selamat malam, Pak, " sambut satpam yang memberikan kunci kontak mobilnya.

"Malam, " tanpa berbicara lagi segera mengambil kunci mobilnya dan masuk ke mobilnya, lalu tancap gas meninggalkan kantor milik orang tuanya, yang kelak akan jatuh pada dirinya sebagai anak tunggal.

"Huh gara gara ambil job shooting tadi siang jadi lembur ..." gerutunya dalam hati. "Tapi nggak juga, sih, lumayan kenal model yang masih ting ting.

Tersenyum lelaki muda ganteng itu teringat kecupan singkat yang didaratkan ke bibir si model. Masih diingatnya, saat bibirnya mengecup si model, seketika dia terkejut dan menggigil dalam pelukannya.

Tapi

"Cut ..." teriakan sutradara yang juga teman karibnya terdengar.

Andre adalah model cowok yang tadi siang shooting adegan ciuman bersama Niken.

Ciuman sedetik hanya pada permukaan bibir Niken sangat berkesan di hatinya.

"Namanya Niken ..."

Hapenya berdering.

"Halo Bro ..." sambut Andre. Yusril si sutradara sahabatnya yang menghibungi.

"Bos aku terjebak dosa, " keluh Yusril.

"Judul film apa lagu?" Andre tertawa.

"Shooting tadi ternyata untuk prostitusi kelas kakap ..."

"Hah?!" Andre berteriak.

"Ya, aku tak tahu jika gambar tadi untuk penarik hidung belang yang gila selangkangan muda!' Dumel Yusril, "Menyesal deh ..."

"Jadi Niken?!' Terbelalak Andre.

"Kalau lihat ekpresinya dia dalam tekanan ..."

"Maksudmu bukan maunya dia, gitu?"

"Dijebak dia,"

"Aku mau dia. Aku mau yang pertama, tolong Bro cari jalan untuk booking dia, "antusias Andre. Entah nafsu atau perasannya yang mengomando untuk membooking Niken yang telah memberinya kesan pada ciuman seper setengah detiknya tadi itu.

"Serius, Bos?"

"Sejuta serius, "

"Wina bagaimana?" Yusril agak ragu.

"Jangan banyak omong kau, buru booking dia berapa pun harganya pada madem Indomu itu "

"Ayo bertemu di Flower Club ..." ajak Yusril.

"Sekarang?," Andre setidaknya pulang dulu ke rumah, mandi, ganti baju.

"Kalau lambat keburu dimulai promo dan lelangnya ..."

"Promo, lelang ...?"

"Lelang duren Bos ..." Yusril tertawa dan memutus teleponnya.

Apa boleh buat Andre memutar mobilnya tak jadi pulang. Ia tak boleh kehilangan lelang gadis yang ia rasa masih polos dan ranum itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status