Share

Bab.6 Calon Ladang Berlian

Baju yang diberikan pada Niken daster panjang untuk tidur.

"Terima kasih, Mbak, "

"Sama sama, Non ,"

Melewati malam pertama sangatlah tersiksa sebenarnya bagi Niken. Tapi demi orang tuanya ia harus tetap di kamarnya sampai tiba dijemput untuk dirudapaksa menghasilkan uang.

Walau pun dirinya sadar akan dijual pada laki laki, tetap saja Niken tak berniat kabur.

Hidup manusia di tangan Allah. Ia pasrah jika harus jadi pembela orang tuanya.

Pekerjaan itu memang menjijikkan. Tapi harus dijalaninya. Ia sudah menyerahkan diri untuk pembebasan ayahnya.

Kandas cita citanya untuk jadi pendidik. Karena besok ia akan menjadi pelacur. Akan digilir lelaki entah dari mana.

*

Ferdi dan isterinya masih berada diangkutan umum untuk meninggalkan tempat tinggalnya, sesuai dengan arahan Jodi untuk menghindari lawan bisnis mereka dulu.

Tiba tiba saja Ferdi minta diturunkan. Isterinya nurut saja.

"Kita berhenti di sini?" Norma menatap suaminya.

Ferdi meletakkan koper di tepi jalan, di bawah sebuah pohon.

"Aku kepikiran sama Niken " raut muka Ferdi menunjukkan rasa cemas.

"Aku juga, " angguk Norma merasa senang suaminya ingat putri mereka. Sebenarnya dirinya tak ingin pergi tanpa Niken.

"Aku akan minta tolong bung Jodi supaya Niken dibebaskan biar aku saja yang tetap jadi kurir."

"Ayo kita mememui Niken, pak, " ajak Norma.

"Ayo ..." tapi baru saja Ferdi mengangkat kopernya dari ujung jalan motor besar sedang menuju kearahnya.

"Kelompok Elang ..." desis Ferdi cemas. Mereka sudah pasti melihatnya. Tak mungkin bisa lagi menghindar.

"Siapa mereka?" Norma melihat ketegangan di raut muka suaminya.

"Mereka geng pengedar lawan.Cepat kamu lari. Cepat mumpung mereka belum sampai ke sini ...'

"Tapi, Pak ..." Norma berat meninggalkan suaminya sendirian.

Tapi Ferdi marah, "Cepat pergi kataku, diantara kita harus bertemu Niken ..." tangan Ferdi mendorong isterinya.

Saat suamimya menyebut nama Niken, maka segera Norma berlari untuk minta bantuan orang.

Tapi begitu Norma kembali ke tempat dimana ia meninggalkan suaminya, lelaki itu sudah tak bernyawa dengan luka sabetan benda tajam menyilang dari dada ke perutnya. Darah berhamburan.

"Bapak ...!' Pekik Norma.

"Ibu tahu siapa mereka?" Tanya salah seorang dari rombongan yang datang untuk menolong Ferdi.

Norma menggeleng. Ia masih ingat suaminya tadi menyebut elang geng lawan bisnisnya. Tapi ia harus tutup mulut. Mereka tak boleh tahu tentang suaminya yang pernah jadi kurir barang terlarang.

Ferdi dimakamkan oleh warga setempat. Dan untuk sementara Norma menumpang di salah satu rumah warga.

*

Jodi geram dan marah dalam diam. Mata mata melaporkan kalau geng Elang telah membunuh Ferdi.

"Niken harus dilepaskan, " gumam Jodi mondar mandir gelisah. Ia ragu Anggodo akan melepaskan gadis itu.

"Bagaimana ini?"

Gogon mendekat.

"Cari cara untuk menculik Niken, "

"Baik, Bos, " angguk Gogon.

"Besok malam dia mau dibawa ke Flower Club bersama Madem Sonya. Selain sopir pasti ada pengawalnya. Kita main cantik jangan berkelahi, gunakan obat bius, "

"Baik, Bos, " angguk Gogon.

"Persiapkan segala sesuatunya dengan cermat."

*

Madem Sonya memandang Niken dengan senyum tersembunyi. Ia sudah punya rencana.

"Buka bajumu sayang, " pintanya dengan gaya merayu.

Niken tercekat ragu.

Madem Sonya tampak maklum. Biasa anak baru. Apalagi Niken tampaknya gadis kalem. Pasti bukan maunya jadi gadis penjajah diri. Dan soal itu madem Sonya tak mau ikut campur darimana bosnya mendapat gadis ibarat porselin dari Cina ini.

"Sayang ayo ..." bujuk madem dengan kerlingan matanya.

Karena Nike masih diam. Maka tangan si madem yang bergerak. Mulai dari kerudung yang ditariknya lembut, sehingga tampak rambut gadis di depannya yang digelung, dan lehernya yang jenjang bersih. Kemudian tangannya mulau bergerak membuka resluiting baju tidur Niken.

Sungguh Niken gugup dan tegang serta meremang bulu kuduknya saat hanya berdiri mengenakan celana dalam dan beha.

"Wow indah nian ...," berdecak madem Sonya dalam ketar ketir perasaan Niken.

Ingin Niken lari tapi orang tuanya pasti jadi korban.

"Ayo dibuka semua sayang ..." bujuk madem Sonya.

"Oh jangan ...!" Reflek tangan Niken menghalangu madem Sonya yang sudah menarik tali behanya.

"Sayang nanti kamu akan telanjang di depan seribu laki laki yang menggilir membelimu. Madem hanya akan melihat dagangan madem harus bagus dan wangi ..."

Niken ingin menjerit saat tangan perempuan itu mulai membuka satu persatu pakaian dalamnya. Hingga ia kini bagai manaken yang polos tanpa sehelai benang pun. Lalu kedua pahanya menyilang menutupi organ intimnya, serta kedua lengannya menyilang di dadanya untuk menyembunyikan buah dadanya yang ranum.

"Cantik ayo buka pahamu, dan lepaskan kedua lenganmu." Madem langsung beriaksi membuka paha yang menutup organ intim Niken serta kedua lengan gadis itu.

"Wow mulus tampa cela. Bagai porselin dirimu ..." madem Sonya sangat puas menatap tubuh telanjang Niken.

Niken hanya berdiam pasrah. Ia menahan rasa keberatannya. Karena sesungguhnya pada sesama jenis pun tak boleh menunjukkan kemaluannya. Apalagi pada ribuan laki laki.

Merinding.

Dosa dan dosa akan membawanya kelak ke neraka, pada hari perhitungan amal baik dan buruknya saat kematian mengantarnya kelak ke haribaanNya.

"Hem kamu indah sayang. Ramping berisi. Tubuhmu molek, " lalu dengan lembut madem Sonya mengenakan baju tidur Niken tanpa beha dan celana dalamnya.

"Tak usah resah dan canggung sayangki. Duduklah karena dirimu akan dilulur dan berendam ramuan. Sebentar lagi ada yang akan mengurusmu, " ujar madem.

Perempuan itu memang teliti. Walau masih besok malam lelang dan eksekusi Niken, tapi semua harus dipersiapkan sejak hari ini. Perempuan yang profesional masalah selera konsumen akan boneka hidupnya itu, memang detail dan rapih dalam penyajian jualannya.

Niken bagai patung menurut didudukkan di sofa. Hatinya jangan ditanya. Rasa takutnya pada sang pencipta jangan pula diragukan. Tapi apa dayanya?

"Akan kubiarkan kamu tampil tertutup cantik. Aku akan kenakan kamu gaun lebar transparan gemerlap, lalu lapisnya jumsuit warna kulitmu yang kuning langsat. Kerudung rumbai rumbai dihiasi permata. Wah akan jadi mahal penampilanmu sayang." Tangan madem Sonya membelai pipi Niken, "Ladang berlianku, " batinnya berseru.

Madam Sonya sudah penuh dengan bayangan rupiah benaknya. Dua puluh persen komisi dari Anggodo dari setiap transaksi Niken, ditambah bonus dari setiap lelaki yang akan memakai jasa Niken. Huh barang baru yang masih original.

Masuk seorang wanita yang bertubuh sekel dan berpenampilan ala atlit. Ia membawa seperangkat keperluan untuk 'membenah' diri Niken untuk menuju malam spektakuler yang akan digelarnya besok malam.

"Jenet,"

"Ya Madam, " tangkas perempuan berbadan atlit itu mendekat.

"Segera beresi gadis ini, aku mau buat demonya, harus ada thrilernya biar lebih menggigit pengunjung ..." madam Sonya yang berperawakan tinggi dan blaster Indo itu berdecak membayangkan promosi yang akan dilakukannya nanti malam tentang pendatang baru yang akan disulapnya menjadi berlian mahal itu.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status