Aston meminta Zia untuk tidak dekat-dekat dengan Nowel, tidak perduli dengan alasan apa pun Zia tidak boleh berdua dengan bajingan itu, menurut Aston. Dan Zia berkata akan mengusahakannya.
Zia turun dengan Aston dari dalam mobilnya didepan sebuah restoran Indonesia di London.Zia memang sangat mencintai Indonesia, dan ini adalah restoran favoritnya. Aston sudah membooking restoran ini untuk dirinya. Aston tahu kalau Zia tidak suka berita kedekatan mereka menjadi bahan perbincangan nantinya, sehingga jika mereka jalan berdua Aston akan menyiapkan tempat private.Saat akan memasuki restoran, mata Zia membulat melihat Vanya keluar bersama seorang wanita paruh baya. Dari balik kaca mata hitamnya Zia berpikir mungkin itu adalah ibu nya Vanya. Aston menggenggam tangannya dan Vanya menatap tajam kedirinya."Lihat lah, beruntung sekali wanita yang dikencani seorang bilioner muda itu Vanya. Harusnya kau bisa juga menaklukan Reikhan". Suara ibu Vanya hanya dapat didengJadi aku sekarang kekasihmu hmm? "Reikhan tersenyum tapi jantungnya berdebar mendapat tatapan intens dari Zia. "Maaf, aku hanya tidak ingin kakakku terus menganggumu. "Zia akhirnya mengangguk paham. Dia menutup mata nya untuk meredam kemarahannya pada Aston. Bisa-bisanya dia hampir membongkar identitas Zia. Lihat saja jika bertemu nanti, pikir Zia. Reikhan memarkirkan mobilnya dibasement dan mereka turun dengan hanya saling diam. Zia sibuk dengan pemikiran bagaimana dia bisa mendapatkan surat perjanjian itu, dan Reikhan sendiri sibuk dengan perasaannya yang tak menentu jika melihat Zia. "Kenapa kau pergi ke club jika sedang sakit?""Aku hanya ingin bertemu temanku sebentar tadi. Dan sialnya bertemu dengan tuan Nowel. Ah.. Sangat menyebalkan. "Zia benar-benar kesal dengan kejadian malam ini. Semoga tidak ada para wartawan yang tahu kalau dia adalah Zia. "Ya sudah istirahatlah. Selamat malam "Reikhan masuk kedalam kamarnya, begitu juga Zia. Didalam k
Mereka berdua pergi bersama kekantor. Reikhan melingkarkan tangannya dipinggang Zia, semua anak buahnya melihat mereka saat masuk kedalam kantor bersama dan wajah juga ekspresi keduanya menandakan mereka sedang kasmaran. Zia dan Reikhan masuk kedalam lift, didalam lift Reikhan menatap lekat dua mata indah milik Zia dan mengecupnya. Zia mendorong tubuh Reikhan karena malu. Reikhan sengaja menggoda Zia karena baginya wajah Zia sangat lucu jika sedang kesal seperti ini. Satu harian ini Reikhan selalu tersenyum dan terlihat sangat bahagia. Saat biasanya dia akan mengamuk jika ada kesalahan dari bagian audit keuangan, hari ini dia sangat lembut mengatakan kepada pak Eko bagian keuangan untuk merevisi kesalahan yang ada. Pak Eko bahkan sampai tidak percaya jika Reikhan yang biasa selama ini kaku dan disiplin bisa tersenyum seperti ini. Sudah tiba jam makan siang dan Reikhan memanggil Zia dari telpon ruangan kerjanya. "Sayang..." Zia ditempatnya geli men
Zia mengetik dengan kecepatan yang luar biasa diatas keyboard. Reikhan sedang ke Skotlandia dan malam ini baru akan kembali, Zia tidak ikut karena harus mengurus meeting di London. Zia mengetahui hari ini adalah hari ulang tahun Reikhan dan sebenarnya ulang tahunnya juga. Tapi dia tidak tahu apakah Reikhan akan ingat. Ponselnya berdering dan dia segera mengangkatnya. Happy birhday sweet heart... I love you. Zia tahu itu pasti Aston, dia tersenyum karena baru kali ini Aston telat mengucapkannya. Biasanya tengah malam dia adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. "Terimakasih kak, aku pikir kau lupa." Aston dikamarnya memandangi foto Zia dan dirinya disebuah bingkai. "Tidak pernah sedikitpun aku melupakan semua tentangmu. Nanti malam aku tunggu direstoran tempat biasa kita bertemu oke." "Ehm.. Kak maaf. Aku ada janji dengan Reikhan, lagi pula kita tidak bisa bertemu untuk sementara waktu ini." Aston mengg
Zia berjalan keruangan Reikhan sambil membawa sebuah map dan tablet seperti biasanya. Reikhan tidak mendengarkan penjelasan Zia, dia hanya menatap wajah yang sedang menunduk membaca semua kegiatannya hari ini. Zia yang merasa tidak direspon oleh Reikhan melihat kearah pria itu. Akhirnya Zia memutari meja Reikhan dan duduk dipangkuan Reikhan. Mata mereka bertemu, ada rasa khawatir didalam hati Zia jika suatu saat Reikhan tahu kalau yang dia lakukan ini adalah sebuah kebohongan. Zia melepaskan kaca mata Reikhan dan mengusap rambut Reikhan. Reikhan menciumnya dalam dan menghanyutkan, ciuman itu berakhir saat ponsel Zia bergetar. Zia melihat ponselnya dengan Reikhan yang memperhatikan Zia. Aku ada dikantor kekasihmu itu. Temui aku sekarang di toilet wanita. Dan tenang saja, aku sudah menyamar. Lihat lah pintu yang tertutup, aku berada disana. Zia sangat takut saat ini. Bagaimana bisa Aston melakukan hal seperti ini. Pria ini benar-benar ingin mengacaukan se
Zia sedang berada di salah satu department store. Dia tahu ada yang mengikutinya dan dia mencoba untuk sesantai mungkin. Setelah selesai dengan urusannya Zia keluar lagi mencari sebuah cafe. Dia meletakan uang untuk pembayaran ice chocolate nya diselipan tisu yang ada. Zia ke toilet dan mengganti bajunya dengan cepat. Memakai topi dan menggerai rambutnya, dengan begini pasti orang yang mengikutinya tidak tahu kalau dia sudah keluar dari cafe itu. Dia datang ke tempat dimana dia mendengar Reikhan ingin bertemu Paman yang di sebut Reikhan. Mata Zia mencari dimana keberadaan Reikhan dan dia mendapati Reikhan sedang duduk berhadapan dengan seorang Pria yang seumuran dengan Ayah nya. Kebetulan restoran Jepang itu tidak terlalu ramai jadi Zia bisa dengan leluasa melihat apa yang dilakukan Reikhan meski dia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Reikhan. Reikhan menerima sebuah map berwarna merah dan dia berjabat tangan dengan pria itu. Zia
"Apa? ""Mau kah kau menikah denganku? ""HAH... "Zia seperti terkena serangan jantung. Dia mengerjap mendengar kalimat itu. Reikhan menatapnya serius dan Zia memilih melihat kedepannya. Tidak menghadap Reikhan lagi. "Kamu gak mau?" "Apa sih, kita juga baru pacaran juga. Lagi pula masa melamar-nya begini. Gak romantis."Alasan Zia sepertinya cukup masuk akal untuk menolak Reikhan. Bukannya sedih karena lamarannya ditolak, Reikhan malah tertawa membuat Zia bengong lagi melihatnya. "Kamu ngerjain aku ya?" Cubitan Zia mendarat diperut Reikhan. Bel apartement mereka berbunyi. Mungkin saja pengantar makanan yang dipesan Reikhan. Zia bangkit untuk mengambil pesanan Reikhan sedangkan Reikhan ke kamarnya mengambil dompet. Zia membuka pintu apartement nya dan terkejut ternyata Nowel berada disana. Juga dengan pengantar makanan. "Anda?" "Kenapa kau terkejut? Harusnya aku yang terkejut melihat mu sudah tinggal di Apartement a
"Surat apa?" "Surat perjanjian papaku dan paman Alvian." Deg, jantung Zia memberikan respon yang luar biasa saat dia mendengar alasan dia disini, alasan dia berada sedekat ini dengan pria dibelakangnya ini. Perlahan dia membalik tubuhnya menatap Reikhan dengan raut wajah yang tak bisa Reikhan tebak. Reikhan menarik tangan Zia dan membawa wanita itu keluar dari apartementnya setelah memakai kan Zia jaket yang tergantung di gantungan mantel dekat pintu apartementnya. Mobil Reikhan membelah sungai Thames dan mereka sampai di South Bank London. Zia turun dari mobil setelah Reikhan membukakan pintu. Mereka berjalan kearah rerumputan yang juga pasangan ataupun anak-anak muda berkumpul disana. Sambil melihat London Eye semua orang sibuk bercengkrama dengan teman ataupun keluarganya. Reikhan duduk dirumput itu dan Zia mengikutinya. Malam ini cukup dingin karena memang London masih musim dingin. Mata Reikhan menerawang ntah kemana, pandangannya tertuju pada lampu-lamp
Zia mencubit perut Reikhan untuk menghindari pertanyaan dari pria itu. Zia ahlinya jika ingin menghindari pertanyaan semacam itu. "Kau jangan mengalihkan pembicaraan, aku sedang kesal dengan kakakmu." Reikhan memeluknya dan menciumi wajah Zia membuat Zia geli. "Apa sih !" kata Zia berusaha menjauh tapi tertawa. "Kau sangat menggemaskan jika sedang kesal. Mau makan sesuatu?" Zia teringat akan perihal perutnya yang kosong. Dan dia mengangguk antusias. "Baiklah kita cari makan disekitar sini."Mereka bergandengan tangan mencari tempat makan untuk mengisi perut mereka. Reikhan sudah menceritakan apa yang Zia mau, hanya tinggal langkah Zia selanjutnya. Bagaimana cara Zia mengambil surat itu. Waktunya hanya tinggal satu bulan. Mudah bagi Zia mendapatkan tanda tangan Reikhan, karena dia adalah sekertaris Reikhan, tapi sangat sulit untuk mengetahui password kunci berankas itu. Dan lagi pula pihak bank pasti akan memberitahunya jika Zia datang kesana