Share

Bercerai

Penulis: Intan Resa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-10 14:27:16

"Mau kemana kamu, Fajar?" Bu Sumi keheranan melihat wajah putranya yang tegang.

"Aku tak ingin kalau Yunita datang lagi ke rumah ini, Bu. Biar aku sendiri yang mengantar barang-barangnya ini."

Perempuan tua yang hanya punya satu orang putra itu menghembuskan napas dengan kasar. Tidak tahu mau memberikan saran apa lagi.

"Hati-hati." Hanya sepatah kata itu yang keluar dari bibir Bu Sumi. Setelah anaknya pergi menggunakan mobil tetangga yang belum dikembalikan, wanita tua itu hanya bisa pasrah dan banyak berdoa agar Fajar tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya maupun orang lain. Dia tak ingin kalau harta satu-satunya harus mendekam di balik jeruji besi.

Fajar adalah tipe suami yang penurut dan sangat mencintai pasangannya. Namun, jika sudah fatal bisa kalap.

"Maaf, dia sudah pulang, Pak. Tadi dijemput seorang temannya."

"Baik, makasih."

Fajar meninggalkan puskesmas dan segera mencari keberadaan Yunita. Dia belum menemukan petunjuk dimana ibu dari mendiang putrinya sekarang. Tak mungkin kalau menelpon wanita itu.

Media sosial Yunita. Ya, mungkin saja bisa jadi petunjuk. Aku harus periksa.

Selama di perantauan, Fajar hampir tidak pernah membuka akun facebooknya karena sulitnya jaringan. Menelpon saja harus mencari tempat tertentu agar suara tidak terputus-putus.

Hati Fajar mencelos melihat wanita yang tadi masih sempat berteriak minta maaf agar tidak ditinggalkan, tapi ternyata sekarang sedang nonton drama Korea lewat laptop di sebuah kafe.

"Jika dia hanya membuatmu menangis, aku siap menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia ini."

Caption yang ditandai sebuah akun bernama David Reza Prayoga bersama akun Yunita, lengkap dengan alamat kafenya. Ini seperti disengaja agar diketahui keberadaan mereka dengan mudah. Terlebih Yunita seperti tidak sadar kalau dia sedang dikamera. Darah kembali mendidih mengingat tentang video yang ia lihat di ponsel putrinya.

Fajar memacu mobil dan berhenti di depan sebuah kafe yang terlihat sepi. Hanya beberapa pengunjung yang duduk berpasangan, salah satunya pasangan yang belum menikah itu.

"Oh, ternyata ada yang sedang bahagia di sini," ujar Fajar dengan sinis, menahan gejolak emosi.

"Mas? Kamu di sini? Mau menjemputku, kan?"

"Jangan bermuka dua, Yun! Kamu mungkin tak mau kehilangan siapa-siapa. Serakah."

"Apa maksudmu, Mas? Aku dan Mas David tak ada hubungan spesial. Semuanya terjadi karena 'kecelakaan'. Aku pun tak pernah menginginkan hamil anak dia, makanya kugugurkan," jelas Yunita.

David tersenyum miris. Dia memang lelaki yang suka dengan tantangan. Mencintai istri atau tunangan orang lain adalah hobinya. Terakhir dia mau serius karena sudah dituntut orang tua agar menikah, ternyata Yunita yang awalnya mengaku gadis dan sudah mencuri hatinya rupanya istri orang lain. Kepalang basah, ia ingin menjadi dapatkan wanita itu bagaimana pun caranya.

Padahal, bagaimana bisa menciptakan kebahagiaan jika harus menghancurkan keharmonisan rumah tangga orang lain?

"Kecelakaan? Apa maksudmu juga tidak sadar melakukan dan merekam semua ini? Dan lebih tak bisa kucerna, kamu menyimpan video ini di ponsel putriku," bentak Fajar.

Yunita gemetaran. Semuanya sudah kandas. Secuil rasa cinta itu sudah tak ada harapan. Rekaman video call tak senonoh dengan David terpampang di depan mata, tapi ia tak pernah merasa merekamnya.

"Apa kamu yang melakukan ini, Mas? Kita kan sudah sepakat kalau hanya untuk bersenang-senang sebelum suamiku pulang. Kenapa malah kamu simpan di ponsel Hera?"

Yunita menarik kerah baju pacar yang sering dia akui sebagai sepupu kepada tetangganya.

"Karena aku ingin kalian bercerai, Sayang. Aku ingin Hera mengadu pada ayahnya. Sudahlah, lupakan dia. Kamu akan bahagia denganku," balas David dengan santai.

"Aku tak mau buang-buang waktu melihat kemesraan yang menjijikkan ini. Tapi sebagai perpisahan, mungkin kamu harus merasakan masuk rumah sakit dulu, David."

Adu fisik pun terjadi membuat kegaduhan di kafe itu. David yang lebih tinggi tegap sudah berjaga-jaga kalau akan mendapat serangan.

"Lo itu bukan tandingan gue, Bro. Udah sakit hati, jangan ditambah patah tulang," ejek David.

Bugh.

Kesombongannya tak terbukti karena satu pukulan mendarat di pipinya yang putih membuatnya oleng, disusul dengan injakan kaki Fajar.

"Kamu salah kalau mengira aku lemah. Aku kerja di perkebunan dan mengangkat benda berat itu sudah jadi santapan sehari-hari. Kalau diperturutkan, aku ingin mengangkat badanmu dan menghempaskannya dengan kasar ke lantai hingga persendianmu lepas. Tapi tenang saja. Aku kasihan pada Yunita. Dia pasti akan sedih kalau melihat kekasihnya m*ti di hadapannya."

Fajar menatap Yunita yang kelihatan takut.

"Dan kamu, Yunita binti Hariman, kamu bukan istriku lagi. Kita bercerai. Aku akan segera urus perceraian kita agar kamu menikah dengan selingkuhanmu itu. Jangan berzina lagi!" tandasnya.

Yunita lunglai. Fisiknya masih lemah karena banyak kehabisan darah akibat keguguran. Ia lebih syok melihat kemarahan lelaki yang dulu sangat memanjakannya meskipun dalam ekonomi yang belum mapan. Kemarahan yang paling mengerikan.

Fajar melempar dua koper mantan istrinya, lalu melajukan kenderaan roda empat yang ia pinjam dengan kecepatan sedang.

Sebenarnya Fajar tak ingin berurusan dengan David lagi. Kesalahan lelaki itu dan Yunita sudah tak bisa diperbaiki lagi. Namun yang membuatnya tak bisa menahan diri adalah sebuah chatingan dari kontak bernama 'Om David'.

[Kalau kalian jalan berdua sama ibumu, kalian kayak kakak adek loh, Hera]

[Kamu sih, gendut banget]

[Coba minum obat ini, ya, biar langsing dan cantik lagi. Jangan bilang ibumu, ya. Om sudah selipkan obatnya di bawah bantalmu]

Sebuah foto bungkus pil pelangsing yang sama dengan yang ia temukan tadi di rak buku Hera. Kemungkinan besar, Hera overdosis dan tidak cepat mendapatkan penanganan. Belum lagi dia kelaparan dan tak ada tempat mengadu.

Netra Fajar kembali gerimis dan langsung menepikan mobil karena pandangan sudah mengabur. Ia tak ingin kalau sampai kecelakaan. Selain membahayakan dirinya ataupun orang lain, mobil yang dipakai juga punya tetangga. Bisa menambah masalah.

"Sayang, mungkin Ayah harus merantau lagi. Ayah tak kuat di rumah sendirian. Ayah tak ingin depresi dan akhirnya punya penyakit gangguan jiwa. Ayah masih ingin waras, Nak. Kalau Ayah sakit, tidak ada lagi yang perhatian sama Ayah," lirih Fajar, lalu menangis sekali lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Akhirnya fajar menceraikan Yunita.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pulang Disambut Bendera Kuning   Selesai

    Enam bulan berlalu dengan status sebagai duda, David perlahan menjadi insan yang lebih taat. Berkat kesabaran Hardi mengingatkannya agar salat. Tak lupa juga buku tuntunan salat jadi bacaan wajib David. Karena dasarnya dia waktu kecil adalah anak yang pintar mengaji, tak terlalu susah untuk mengembalikan kepingan ingatan. Apalagi diringi niat yang kuat. "Dav, sepertinya sudah saatnya kamu pergunakan ijazah kamu, deh. Aku yang cuma lulusan SMA sederajat tak merasa pantas punya pekerja seorang sarjana," ujar Hardi suatu hari. Dia merasa kalau David sudah benar-benar berubah dan saatnya dikembalikan ke tempat yang seharusnya. "Apa aku punya salah, Mas? Sampai-sampai harus dipecat dengan alasan seperti ini? Jika pun aku cari kerja di tempat lain, belum tentu dapat bos sebaik Mas Hardi," ujar David cemas. Sahabatnya Fajar tertawa sekilas, lalu menepuk bahu pekerjanya yang paling rajin. "Kamu tak salah apa-apa, Dav. Aku tahu kalau kamu sarjana dan kebetulan ada satu perusahaan yang lagi

  • Pulang Disambut Bendera Kuning   Taubat

    "Pulang atau kopermu kubuang ke jalan!" ancam David melalui sambungan telepon. Yunita kaget, kenapa tiba-tiba suaminya yang sudah lembut kembali ke sikap aslinya. Suka marah-marah. "Oke oke. Aku balik sebentar lagi.""Sekarang.""Nanti!"Yunita mematikan ponsel sepihak. Mendengar suara musik yang hingar bingar, David tak sabar menunggu. Tak yakin kalau Yunita akan secepatnya pulang. Tak butuh lama untuk menemukan tempat tongkrongan istrinya dan pertengkaran pun tak lagi terelakkan, terlebih David memergoki Yunita sedang bermesraan dengan seorang lelaki yang kelihatan jauh lebih tua, tapi berpenampilan kaya. "Aku ini suamimu, tapi beraninya kamu bermesraan dengan kakek-kakek tua itu," sergah David. Setelah sampai rumah, tak bisa dibendung lagi kemarahan itu. Sebuah vas bunga keramik pun melayang ke lantai, sengaja dilempar agak dekat dengan Yunita hingga dia bergidik ngeri. "Kamu mau membunuhku, Mas?""Iya, daripada kamu menodai kehormatanku sebagai suamimu. Jangan-jangan kamu sudah

  • Pulang Disambut Bendera Kuning   Pil KB

    Di warung nasi goreng, Raya dilayani bagai ratu. Ya, semenjak dikabarkan hamil, dia tak dibolehkan bekerja oleh sang suami. Usaha loundry tetap berjalan lancar karena asisten kepercayaan Raya tidak pernah mengecewakan. Usaha nasi goreng Fajar pun sudah menggeliat. Tempat jualan utama kini dengan menu beragam, mengontrak di sebuah ruko yang tak jauh dari loundry milik sang istri sehingga dengan mudah mengontrol usaha itu agar tetap kondusif. Sementara warung sederhana yang dulu masih tetap beroperasi dengan dua mantan preman sebagai tukang masaknya. "Mas, aku mual," keluh Raya. Kebetulan pelanggan lagi sepi. "Ayo kita ke rumah sakit, Dek. Tunggu, aku tutup warung dulu." Fajar hampir menyuruh satu karyawannya untuk menutup warung, tapi Raya tertawa dan mencubit lengan suaminya. "Aku cuma mual, Mas, bukan sakit. Kata bidan ini biasa. Tak perlu ke rumah sakit kali. Aku cuma pengen air hangat," kekeh Raya. "Baiklah, Sayang. Tapi kalau kamu ada keluhan lain yang lebih serius, kita perik

  • Pulang Disambut Bendera Kuning   David Jadi Kuli

    "Mau kemana kita ini, Mas?" cecar Yunita dengan wajah kesal. Semua impiannya jadi orang kaya telah hancur dalam sekejap. David memang tampan, tapi tidak akan bisa membahagiakan tanpa adanya uang. "Ke kontrakan kamulah. Belum habis bulannya, kan?" tanya David. Dia tak menoleh dan terus menarik kopernya, berjalan mendahului Yunita yang agak kesulitan berjalan karena masih menggunakan high heels. "Tapi aku udah ambil semua barangku dari sana, Mas. Mas kita balik lagi?" protes Yunita. Ia sedikit berlari agar bisa menyejajarkan langkah jenjang sanah suami. "Gak apa-apa. Kita ke sana lagi. Kita gak punya uang yang cukup untuk ngontrak lagi. Setidaknya untuk saat ini tak perlu mikirin uang kontrakan."Yunita menarik napas panjang. Ibu kontrakannya termasuk nyiyir karena sering menegurnya jika ketahuan mengizinkan David masuk ke rumah itu malam-malam. Dengan angkuhnya Yunita melempar kunci pada pemilik kontrakan dan mengatakan tak akan pernah kembali ke situ lagi. Seperti menjilat ludah

  • Pulang Disambut Bendera Kuning   Kenyataan Pahit

    "Keterlaluan, kamu jahat banget sih, Raya? Aku akan balas perbuatanmu hari ini!" seru Yunita, lalu berlari ke ke kamar mandi. Rasa panas mulai menjalar di sekujur tubuh yang terkena air cabe saos itu. Belum lagi mulut yang kepedasan. Mengguyur tubuh di bawah shower sekaligus meminum air mentah jadi solusi instan. Itu belum seberapa dibanding ulahmu pada keluargaku. Dasar benalu!Raya tersenyum puas, lalu melenggang ke kamar, menyusul sang suami. Namun, dia sedikit terkejut karena Fajar berdiri di dekat pintu."Loh, kok belum tidur, Mas?" tanya Raya kikuk. Biar bagaimanapun bencinya dia pada Yunita, tetap ingin terlihat lembut di mata suami. Tak ingin kalau Fajar mengecapnya sebagai wanita yang kasar. "Mas tidak ada lagi perasaan sama Yunita, Dek. Namun, Mas tak suka kalau kamu melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain. Lebih baik menghindar dari masalah yang tak bermanfaat. Kita tak bisa mengubah seseorang seperti yang kita mau. Itu hak Allah sepenuhnya. Dinasehati dan didoakan

  • Pulang Disambut Bendera Kuning   Membalas Kesombongan Yunita

    "Aneh sekali. Bukannya kalian saling mencintai dan akan menikah? Lalu kenapa harus ada adegan pemaksaan begini? Palingan juga kalian melakukannya atas suka sama suka, tapi kamu pura-pura dilecehkan. Iya, kan?" tuduh Raya."Kamu juga perempuan, Ray. Tega sekali kamu menuduhku seperti itu," isak Yunita, masih bersembunyi di balik selimut. "Aku bicara fakta. Soalnya Mas David juga belum bangun sejak tadi, padahal sudah berkali-kali dibangunkan. Sepertinya dia kena efek pil tidur dosis tinggi," desis Raya. Benar-benar tak menyangka kalau akan terjadi kasus seperti ini, padahal kedua orang tua David sudah merestui sejak awal. Disuruh menikah secepatnya, tapi malah diundur-undur dengan alasan Raya harus duluan menikah. "Pa, banyak wartawan yang datang ke sini," ujar Fajar dan didengar oleh Raya. Dia meninggalkan Yunita dengan segala aktingnya dan menemui wartawan. Tak lupa mengunci pintu kamar dari luar karena tahu pemburu berita itu terkadang nekad. "Kami dengar, anak lelaki Pak Pratam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status