Share

Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku
Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku
Author: Andriani Keumala

Bab 1. Kejahatan Suami Dan Sahabat

last update Huling Na-update: 2025-10-18 00:24:41

"Apa yang terjadi sama Liana?"

"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kata suster, Liana mengalami kecelakaan. Dia ditabrak mobil."

"Terus, sekarang kita harus apa. Bagaimana kalau terjadi sesuatu sama Liana? Kita tidak bisa memanfaatkan dia lagi. Aku tidak mau hidup miskin."

"Karin, kamu harus tenang. Kalau terjadi sesuatu sama Liana, aku yang akan mengurus semua hartanya. Harta dia akan menjadi milik kita semua."

"Kamu kan tahu, Liana masih memiliki wali, pamannya. Pamannya tidak akan membiarkan kita memiliki semua harta itu. Apalagi kalian tidak mempunyai anak. Kita akan ditendang keluar."

"Masalah paman Liana biar aku urus juga, ya."

"Baiklah. Apa kata dokter tentang Liana."

"Kata dokter, kepala Liana mengalami benturan yang cukup keras. Kita harus menunggu dia sadar dulu untuk mengetahui perkembangannya."

"Aku pikir dia beneran akan mati."

"Dia tidak boleh mati dulu sebelum kita mengambil alih semua hartanya. Kamu sabar ya. Aku pasti akan usahakan semua hartanya menjadi milik kita secepatnya"

"Kamu janji."

"Iya, aku janji."

"Jangan lama-lama. Aku tidak tahan melihat kalian saling menempel."

"Iya-iya. Sekarang kita keluar dulu. Kita jangan ngobrol di sini lagi. Nanti Liana bisa bangun," ujar Evan melirik ke arah Liana.

Evan begitu terkejut ketika melihat Liana yang sudah duduk di atas ranjang tempat tidur. Begitu pula dengan Karin, perempuan yang tadi sibuk bicara dengan Evan, suami Liana. Apakah Liana mendengar semua obrolan mereka tadi. Seharusnya Liana masih dibawah obat bius. Tidak secepat itu bangun.

"Li-liana, kamu sudah sadar, sayang. Sejak kapan kamu bangun. Aku kok nggak tau," tanya Evan dengan gugup.

Evan sekali-kali melirik ke arah Karin. Karin berdiri di sampingnya dengan wajah datar. Beda dengannya yang kalangan kabut.

Liana sudah sadar dari tadi. Dia mendengar semua percakapan antara sang suami dan sahabat baiknya. Sama sekali tidak ada dalam bayangannya jika Evan berani selingkuh di belakangnya. Apalagi selingkuhan itu adalah sahabat baik yang sudah dianggap seperti saudara sendiri.

Kemudian suami dan sahabatnya juga berkomplotan untuk mengambil semua hartanya. Harta yang ditinggalkan oleh almarhum kedua orang tuanya. Mau hidup enak tapi menggunakan cara yang kotor.

'Aku tidak akan membiarkan mereka mengambil uang aku satu sen lagi. Aku akan membalas semua perbuatan mereka. Aku juga harus mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Semua hak yang ada pada Evan harus aku ambil kembali. Aku harus pura-pura tidak dengar obrolan mereka. Ya, aku sekalian pura-pura tuli saja,' batin Liana dengan raut wajah masih datar berbeda dengan isi hatinya.

"Evan kamu bilang apa. Suara kamu sangat kecil. Aku tidak bisa dengar," ujar Liana mengerut kening.

Istri yang baru saja mengetahui penghianatan memutuskan untuk berpura-pura tuli agar mereka tidak mengetahui jika dia sudah mendengar semuanya. Sekalian mencari tahu sejauh mana hubungan mereka berdua.

"Liana kamu tidak bisa mendengar suara kami?" tanya Karin ingin memastikan Liana.

Tatapan Liana berfokus pada Evan. Sehingga otomatis dia tidak merespon pertanyaan Karin. Seakan dia tidak mendengar suara Karin.

"Evan!" seru Liana.

"Liana, kamu baik-baik saja?"

"Evan kamu jangan berbisik. Aku tidak bisa mendengar suara kamu bahkan suara lain. Apa yang terjadi sama aku. di sini sangat sunyi, Evan. Evan, aku takut," gumam Liana memeluk tubuhnya seolah menunjukkan gerakan ketakutan.

Evan dan Karin saling bertatapan. Mereka saling memberikan kode jika ada yang tidak beres dengan Liana. Bagaimana mungkin Liana tidak mendengar suara apapun. Keadaan dalam kamar memang sepi, tapi masih ada suara AC dan orang-orang yang lewat.

"Kamu tunggu di sini dan jaga Liana, biar aku panggilkan dokter," suruh Karin.

Evan mengangguk kecil. Setelah itu Karin segera keluar mencari dokter. Hingga tinggal mereka berdua saja di dalam ruangan.

"Evan, kenapa Karin pergi."

"Liana."

"Kamu jangan diam saja Evan," tangis Liana memaksa air mata keluar.

"Liana, apa kamu bisa dengar suara aku?" tanya Evan menatap lekat ke arah Liana.

"Evan, kamu jangan nakutin aku. Kamu bicara yang keras. Jangan buat aku takut Evan," teriak Liana dengan suara keras dengan putus asa.

"Liana, hei Liana. Kamu dengar aku?" ulang Evan menjentikkan tangan di samping telinga Liana.

"Kenapa aku tidak bisa mendengar suara kamu. Apa kamu mau bercanda sama aku. Kamu jangan seperti itu, aku takut Evan," ujar Liana memegang kedua tangan Evan.

"Jangan-jangan dia bener-bener tuli. Dari tadi kami tidak nyambung," gumam Evan yang bisa didengar oleh Liana.

"Evan!"

'Aku harus mengetes dia dulu.'

"Liana apa kamu tahu, kalau aku mencintai Karin sahabat kamu," kata Evan dengan takut-takut.

Evan gugup dengan pertanyaannya sendiri. Pertanyaan yang bisa menjebak diri sendiri. Jika nanti Liana merespon, alasan aja itu hanya candaan saja.

"Evan! Evan! Tolong aku, aku takut Evan," teriak Liana masih berpura-pura tidak dengar dan memeluk pinggang Evan dengan erat.

Hati Liana seakan tertusuk dengan tombak. Dia sangat yakin jika tadi Evan sengaja mengetesnya. Namun dia lebih yakin lagi jika pertanyaan Evan tadi bukan bohongan semata. Hatinya sungguh kecewa dengan sang suami dan juga Karin.

'Kamu harus kuat Liana. Kamu tidak boleh goyah. Kamu harus bisa pura-pura tuli agar semua rahasia suami kamu bisa terbongkar,' batin Liana menguatkan diri. Semakin memeluk Evan dengan erat.

Evan puas dengan reaksi Liana. Liana sama sekali tidak merespon pertanyaannya. Artinya Liana tidak mendengar percakapan dia dengan Karin tadi.

"Bagus, ini bagus sekali. Kamu tetap saja seperti ini, ya Liana," kata Evan mengelus punggung Liana.

Evan melepaskan pelukan Liana. Lalu merubah raut wajah sesedih mungkin untuk menyakinkan Liana jika dia ikut sedih. Membingkai wajah Liana dengan kedua tangan agar pandangan mereka bertemu.

"Evan! Evan!" histeris Liana dengan air mata yang bercucuran.

Evan kembali membawa Liana ke dalam pelukan. Bersikap seolah sedang menghibur Liana. Namun dia tertawa keras di belakang Liana.

"Liana, Liana. Semoga saja kamu tuli permanen. Biar aku lebih mudah mengambil semua milik kamu. Tahu gini sekalian saja kamu buta gara-gara kecelakaan tadi," bisik Evan sambil mengelus punggung Liana.

Liana meremas kedua tangan di balik punggung Evan. Sangat sakit hati mendengar perkataan Evan. Apakah Evan sama sekali tidak mempunyai hati. Mereka sudah menikah selama setahun lebih dan mengenal lebih dari tiga tahun. Apa waktu selama itu hati Evan tidak bisa digoyahkan sedikit pun. Sampai hati menginginkan hal buruk menimpanya.

Liana sudah memberikan apapun yang dimiliki untuk Evan. Sudah begitu banyak perhatian dan cinta. Lalu tidak terhitung lagi modal untuk usaha Evan yang juga tidak membuahkan hasil.

Bersambung ….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 6. Mengambil Alih Perusahaan

    Pada sore hari, barang-barang Karin sudah tiba di depan rumah Liana. Liana menatap barang Karin dengan muka datar dari balik jendela. Di sana juga ada Evan yang menyuruh para pembantu untuk mengangkut barang-barang milik Karin ke dalam kamar tamu. Barang milik Karin tidak bisa dibilang sedikit. Persis seperti orang pindah rumah saja.Dengan langkah pelan perempuan itu berjalan ke arah Karin dan Evan yang tidak menyadari kehadirannya. Dia dengan sengaja berdiri sejajar dengan mereka. Biar mereka menyadari kehadiran dia. Hanya beberapa detik Evan dan Karin menyadari ada Liana di samping mereka."Liana," ujar mereka berbarengan."Karin, kenapa barang kamu cepat sekali sampai. Apa kamu memang sudah bersiap-siap sebelumnya, sebelum mau menginap di sini?" pancing Liana."Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu. Apa ada yang aneh," ujar Evan mendekat ke arah Liana. "Evan, apa kamu lupa kalau aku tidak bisa dengar?" tanya Liana menatap Evan. "Dasar, sangat menyusahkan saja," gumam Karin yan

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 5. Obrolan Evan Dan Karin

    "Akhirnya, aku bisa tinggal di rumah mewah seperti ini. Dulu aku hanya bisa nginap sekali-kali saja," gumam Karin menatap kondisi kamar ruang tamu.Karin duduk di atas kasur setelah selesai memeriksa kondisi kamar. Kamar yang tidak kalah jauh dari kamar Liana. Dulu saat dia menginap di rumah itu, dia tidur satu kamar dengan Liana. Itu sebelum Evan dan Liana menikah. Sejak mereka menikah sudah jarang dia bertamu. Menghindari Liana yang bermesraan dengan Evan."Sayang, rumah kita kan hampir selesai. Nanti kita juga punya rumah yang mewah," kata Evan ikut duduk di sebelah Karin."Itu beda. Rumah ini jauh lebih besar dan mewah daripada rumah yang kita bangun itu." "Apa kamu mau mengambil rumah ini juga? Kalau kamu mau, aku akan mencobanya." "Tidak perlu, terlalu beresiko kalau kita mengambil rumah ini. Yah, kecuali kalau Liana mau menyerahkan rumah ini kepada kamu secara sukarela.""Sukarela ya," pikir Evan mencari jawaban dari perkataan Karin."Ah, bagaimana kalau kita suruh Liana buat

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 4. Kembali Ke Rumah

    Mereka bertiga keluar dari mobil dan berjalan ke arah rumah Liana. Liana dengan sengaja menggandeng tangan Evan untuk membuat Karin cemburu. Mungkin ini juga yang dirasakan Karim selama dia bersama dengan Evan."Kenapa pake gandeng-gandeng segala sih," cibir Karin yang berjalan di belakang Liana dan Evan.Karin tidak takut berbicara dengan suara keras. Baginya Liana tidak bisa dengar. Jadi bisa mencela Liana tanpa khawatir ketahuan.Liana yang mendengar cibiran Karin semakin menjadi. Menyandarkan kepala di bahu Evan dengan mesra. Dia sendiri tidak suka melakukan itu, namun sengaja ingin membuat hubungan Evan dan Karin renggang. Setidaknya mereka ada bahan pertengkaran."Evan, kamu jangan mau Liana manja seperti itu," protes Karin menatap Liana yang bersandar dengan tajam."Karin, kamu yang sabar," sahut Evan tanpa melihat ke arah Liana atau Karin. Pandangan lurus ke depan."Sabar apaan. Kamu jangan cari kesempatan.""Karin ….""Evan, apa kamu bicara sesuatu sama aku. Atau kamu sedang

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 3. Pura-pura Tuli

    Evan dan Karin kembali masuk ke ruangan Liana setelah dipanggil oleh suster. Mereka melihat Liana yang sudah tenang di atas tempat tidur."Dokter, apa yang terjadi sama istri saya?""Pak, istri Bapak secara keseluruhan baik-baik saja.""Baik-baik saja?" tanya Karin tidak suka. Bukankah Liana sudah tuli."Maksudnya untuk luka yang dialami Bu Liana. Tapi tidak dengan pendengarannya.""Maksudnya, Dokter?" tanya Evan melirik ke Karin."Istri Bapak mengalami masalah dengan pendengaran.""Apa itu akan permanen Dokter?" "Bapak tenang saja, gangguan pendengaran Ibu Liana hanya sementara. Jika Ibu Liana rajin pemeriksaan dan terapi, maka Ibu Liana bisa sembuh."'Kenapa nggak sekalian tuli permanen saja sih. Dengan begitu aku ada alasan untuk meninggalkan dia setelah aku berhasil mengambil seluruh hartanya. Aku tidak mau hidup dengan perempuan bodoh seperti dia terus,' batin Evan kecewa dengan pernyataan dokter."Pak, apa Bapak tidak apa-apa," tegur dokter ketika Evan melamun.Karin menyenggol

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 2. Permintaan Liana

    Beberapa saat kemudian, dokter masuk bersama suster dan juga Karin. Karin cemburu begitu melihat Evan yang memeluk Liana dengan erat di depan matanya. Baginya, dialah orang yang pantas dipeluk oleh Evan. Karena Evan adalah pacarnya."Pak, bisa tolong keluar sebentar. Kami akan memeriksa kondisi pasien," ujar sang dokter."Baik Dok," sahut Evan melepaskan pelukan mereka."Evan, kamu mau kemana. Jangan tinggalin aku, Evan. Kamu tetap di sini saja ya," pinta Liana seakan tidak mau ditinggal oleh Evan."Kamu harus diperiksa dulu. Setelah selesai diperiksa, aku akan masuk lagi. Aku tunggu di luar ya," bujuk Evan melepaskan tangan Liana."Evan, Evan," tolak Liana."Ayo Karin," ajak Evan.Karin mengikuti Evan dari belakang. Sebelum keluar dia sempat melirik ke arah Liana. Tersenyum puas melihat Liana yang sangat terpukul ditinggal Evan."Evan! Evan!" teriak Liana.Setelah Karin dan Evan keluar dari ruangan, Liana berhenti berteriak. Ruangan yang ditempati merupakan ruangan yang kedap suara.

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 1. Kejahatan Suami Dan Sahabat

    "Apa yang terjadi sama Liana?""Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kata suster, Liana mengalami kecelakaan. Dia ditabrak mobil.""Terus, sekarang kita harus apa. Bagaimana kalau terjadi sesuatu sama Liana? Kita tidak bisa memanfaatkan dia lagi. Aku tidak mau hidup miskin.""Karin, kamu harus tenang. Kalau terjadi sesuatu sama Liana, aku yang akan mengurus semua hartanya. Harta dia akan menjadi milik kita semua.""Kamu kan tahu, Liana masih memiliki wali, pamannya. Pamannya tidak akan membiarkan kita memiliki semua harta itu. Apalagi kalian tidak mempunyai anak. Kita akan ditendang keluar.""Masalah paman Liana biar aku urus juga, ya.""Baiklah. Apa kata dokter tentang Liana.""Kata dokter, kepala Liana mengalami benturan yang cukup keras. Kita harus menunggu dia sadar dulu untuk mengetahui perkembangannya.""Aku pikir dia beneran akan mati.""Dia tidak boleh mati dulu sebelum kita mengambil alih semua hartanya. Kamu sabar ya. Aku pasti akan usahakan semua hartanya menjadi mili

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status