Share

Bab 2. Permintaan Liana

last update Huling Na-update: 2025-10-18 00:25:22

Beberapa saat kemudian, dokter masuk bersama suster dan juga Karin. Karin cemburu begitu melihat Evan yang memeluk Liana dengan erat di depan matanya. Baginya, dialah orang yang pantas dipeluk oleh Evan. Karena Evan adalah pacarnya.

"Pak, bisa tolong keluar sebentar. Kami akan memeriksa kondisi pasien," ujar sang dokter.

"Baik Dok," sahut Evan melepaskan pelukan mereka.

"Evan, kamu mau kemana. Jangan tinggalin aku, Evan. Kamu tetap di sini saja ya," pinta Liana seakan tidak mau ditinggal oleh Evan.

"Kamu harus diperiksa dulu. Setelah selesai diperiksa, aku akan masuk lagi. Aku tunggu di luar ya," bujuk Evan melepaskan tangan Liana.

"Evan, Evan," tolak Liana.

"Ayo Karin," ajak Evan.

Karin mengikuti Evan dari belakang. Sebelum keluar dia sempat melirik ke arah Liana. Tersenyum puas melihat Liana yang sangat terpukul ditinggal Evan.

"Evan! Evan!" teriak Liana.

Setelah Karin dan Evan keluar dari ruangan, Liana berhenti berteriak. Ruangan yang ditempati merupakan ruangan yang kedap suara. Oleh karena itu, walaupun dia berteriak maka suaranya tidak akan terdengar sampai keluar jika pintu sudah tertutup rapat.

Dokter dan suster terheran-heran sendiri melihat pasien yang bisa berubah sikap dalam sekejap. Tadi Liana berteriak keras, lalu beberapa detik kemudian dia duduk dengan tenang dalam diam menatap pintu. Mereka takut jika pasien juga mengalami masalah kejiwaan.

"Bu, Ibu tidak apa-apa?" tanya dokter dengan pelan.

"Saya tidak apa-apa Dok," sahut Liana setelah menghela nafas berat.

Seumur hidup baru kali ini Liana berakting. Dia tadi juga gugup kalau akan ketahuan. Benar kata orang, saat terdesak semua kemampuan bisa keluar begitu saja.

Dokter dan suster saling pandang. Mereka mendapatkan pasien yang sangat aneh.

"Bu, saya periksa kondisi Ibu ya," pinta Dokter mengecek kondisi Liana.

Liana mengangguk kepala dengan pelan. Dia mempersilahkan dokter memeriksa keadaannya. Semoga saja kondisinya baik-baik saja.

Dokter tidak menemukan ada yang aneh dengan kondisi Liana. Semua terlihat normal.

"Bagaimana Dokter?"

"Kondisi Ibu baik-baik saja. Hanya ada luka ringan di kepala. Sebentar saja bakalan sembuh," sahut dokter.

"Syukurlah, saya baik-baik saja," ujar Liana menghela nafas lega.

"Dokter, apa boleh saya bisa minta tolong sama Dokter?" pinta Liana.

Liana ingin mengajak dokter kerja sama dengannya. Tanpa kerja sama dengan dokter semua kebohongan yang dia buat akan ketahuan.

"Maksudnya Ibu?"

"Dok, tadi saya tidak sengaja mendengar percakapan suami dan sahabat baik saya. Mereka ngobrol tanpa tahu saya sudah sadar. Ternyata selama ini mereka menginginkan harta saya. Sahabat baik saya jadi selingkuhan suami saya, Dokter. Tadi saya sengaja berpura-pura tuli agar mereka tidak tahu kalau saya mendengar semua ucapan mereka," ujar Liana dengan tatapan sendu dan kosong.

Siapa yang tidak akan sakit hati mengetahui suami selingkuh. Ditambah dengan orang yang paling dipercaya. Lalu berusaha memanfaatkan apa yang dimiliki untuk kesenangan mereka.

Dokter dan suster prihatin dengan yang dialami oleh Liana. Mereka berdua juga sama-sama perempuan yang sudah menikah. Jika mereka mengetahui sang suami selingkuh apalagi dengan sahabat mereka, mereka juga akan terluka.

"Jadi apa yang bisa saya bantu, Bu. Saya sesama perempuan juga tidak akan membiarkan jika suami saya berselingkuh," kata Dokter yakin.

"Iya Bu, kalau saya jadi Ibu tadi, mungkin saya sudah mencakar teman Ibu tadi. Enak aja dia bersikap santai di depan Ibu," sambung suster ikut emosi.

"Tidak, saya tidak boleh melabrak mereka sekarang. Saya harus mengetahui semua rahasia dibalik motif mereka dulu. Untuk itu saya ingin Dokter bekerja sama dengan saya. Tolong nyatakan jika pendengaran saya bermasalah. Buat seolah-olah saya ini tuli, Dok," pinta Liana.

"Tapi ini cukup sulit. Ini menyangkut tentang profesi saya sebagai dokter," sahut dokter dilema.

"Saya tahu, Dok. Biar semuanya saya yang tanggung. Saya juga bukan ingin menipu atau berbuat sesuatu yang jahat. Saya hanya ingin membongkar rahasia suami saya," mohon Liana.

"Kecelakaan Ibu tidak cukup parah. Mereka akan curiga jika saya memvonis Ibu tuli."

"Dokter bisa bilang kalau saya hanya tuli sementara saja. Biar mereka juga takut jika suatu saat saya bisa mendengar lagi."

"Baiklah, saya akan membantu Ibu. Saya melakukan ini karena kita sama-sama perempuan," putus Dokter.

"Terima kasih Dokter. Saya sangat berterima kasih kepada Dokter yang mau membantu saya," ujar Liana penuh syukur menemukan orang baik yang membantu disaat lagi dikhianati.

"Sama-sama Bu. Semoga Ibu bisa membongkar semua rahasia suami Ibu dan mendapatkan keadilan."

"Terima kasih Dokter."

"Suster, sekarang suster sudah boleh panggil mereka masuk," suruh dokter menghembus nafas dengan keputusan membohongi keluarga pasien.

Suster segera menuju ke depan pintu sesuai perintah dokter.

"Bu, saya suntikan Ibu vitamin ya. Obat ini juga akan membuat Ibu akan mengantuk," ujar dokter mengeluarkan obat untuk Liana.

"Baik Dokter," balas Liana.

Liana segera berbaring kembali di atas tempat tidur. Dia menyaksikan dokter yang menyuntikkan obat ke selang infusnya. Beberapa detik kemudian dia mulai merasakan kantuk saat obatnya sudah mulai bekerja. Dia sempat menatap ke arah pintu, menatap sang suami dan sahabat baiknya masuk ke dalam ruangan sebelum dia menutup mata sepenuhnya.

***

Evan dan Karin keluar dari kamar rawat Liana. Mereka mondar-mandir di depan kamar menunggu hasil pemeriksaan dokter.

"Evan, apa benar Liana tuli?" tanya Karin berhenti bolak-balik.

"Sepertinya dia memang tuli. Aku tadi sempat tes dia, dia tidak merespon sama sekali," sahut Evan berdiri di depan Karin.

"Jadi, dia tidak mendengar percakapan kita tadi kan?" tanya Karin menggigit jari, takut ketahuan.

"Kamu tenang saja. Dia tidak mendengar apapun," kata Evan meraih tangan Karin.

Evan mencium tangan karin dengan mesra untuk menyakinkan karin. Tangan perempuan yang dia cintai.

"Bagus deh kalau dia benar-benar tuli. Kita bisa lebih leluasa memanfaatkan dia sampai habis. Aku sudah muak bersama dengannya. Dia terus berlaga polos dan mencoba merebut kamu dari aku. Aku kan juga ingin tinggal berdua sama kamu," ujar Karin dengan sebal.

"Sekarang kamu juga bisa tinggal di rumah Liana kalau kamu mau. Kita bisa tinggal satu atap," bujuk Evan.

"Terus bagaimana dengan Liana. Aku takut kita ketahuan," sanggah Karin.

"Aku janji kita tidak akan ketahuan. Kita bisa tinggal di rumah Liana sambil menunggu rumah kita selesai dibangun. Kita masih memerlukan dana yang banyak agar rumah itu selesai dan ada isinya. Setelah rumah itu selesai, kita akan tinggal bersama tanpa Liana lagi," tambah Evan.

"Kenapa kamu lama sekali memperoti Liana. Aku sebal tinggal di kos mulu," ujar Karin dengan manja.

"Kamu sabar ya. Sebentar lagi impian kita akan terwujud. Setelah rumah dan perusahaan berdiri kita akan berdiri kuat, kita bisa tinggal bersama. Aku akan menceraikan Liana," ucapan Evan mencium tangan Karin lagi.

"Iya deh, aku akan berusaha sabar."

Bersambung ….

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 6. Mengambil Alih Perusahaan

    Pada sore hari, barang-barang Karin sudah tiba di depan rumah Liana. Liana menatap barang Karin dengan muka datar dari balik jendela. Di sana juga ada Evan yang menyuruh para pembantu untuk mengangkut barang-barang milik Karin ke dalam kamar tamu. Barang milik Karin tidak bisa dibilang sedikit. Persis seperti orang pindah rumah saja.Dengan langkah pelan perempuan itu berjalan ke arah Karin dan Evan yang tidak menyadari kehadirannya. Dia dengan sengaja berdiri sejajar dengan mereka. Biar mereka menyadari kehadiran dia. Hanya beberapa detik Evan dan Karin menyadari ada Liana di samping mereka."Liana," ujar mereka berbarengan."Karin, kenapa barang kamu cepat sekali sampai. Apa kamu memang sudah bersiap-siap sebelumnya, sebelum mau menginap di sini?" pancing Liana."Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu. Apa ada yang aneh," ujar Evan mendekat ke arah Liana. "Evan, apa kamu lupa kalau aku tidak bisa dengar?" tanya Liana menatap Evan. "Dasar, sangat menyusahkan saja," gumam Karin yan

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 5. Obrolan Evan Dan Karin

    "Akhirnya, aku bisa tinggal di rumah mewah seperti ini. Dulu aku hanya bisa nginap sekali-kali saja," gumam Karin menatap kondisi kamar ruang tamu.Karin duduk di atas kasur setelah selesai memeriksa kondisi kamar. Kamar yang tidak kalah jauh dari kamar Liana. Dulu saat dia menginap di rumah itu, dia tidur satu kamar dengan Liana. Itu sebelum Evan dan Liana menikah. Sejak mereka menikah sudah jarang dia bertamu. Menghindari Liana yang bermesraan dengan Evan."Sayang, rumah kita kan hampir selesai. Nanti kita juga punya rumah yang mewah," kata Evan ikut duduk di sebelah Karin."Itu beda. Rumah ini jauh lebih besar dan mewah daripada rumah yang kita bangun itu." "Apa kamu mau mengambil rumah ini juga? Kalau kamu mau, aku akan mencobanya." "Tidak perlu, terlalu beresiko kalau kita mengambil rumah ini. Yah, kecuali kalau Liana mau menyerahkan rumah ini kepada kamu secara sukarela.""Sukarela ya," pikir Evan mencari jawaban dari perkataan Karin."Ah, bagaimana kalau kita suruh Liana buat

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 4. Kembali Ke Rumah

    Mereka bertiga keluar dari mobil dan berjalan ke arah rumah Liana. Liana dengan sengaja menggandeng tangan Evan untuk membuat Karin cemburu. Mungkin ini juga yang dirasakan Karim selama dia bersama dengan Evan."Kenapa pake gandeng-gandeng segala sih," cibir Karin yang berjalan di belakang Liana dan Evan.Karin tidak takut berbicara dengan suara keras. Baginya Liana tidak bisa dengar. Jadi bisa mencela Liana tanpa khawatir ketahuan.Liana yang mendengar cibiran Karin semakin menjadi. Menyandarkan kepala di bahu Evan dengan mesra. Dia sendiri tidak suka melakukan itu, namun sengaja ingin membuat hubungan Evan dan Karin renggang. Setidaknya mereka ada bahan pertengkaran."Evan, kamu jangan mau Liana manja seperti itu," protes Karin menatap Liana yang bersandar dengan tajam."Karin, kamu yang sabar," sahut Evan tanpa melihat ke arah Liana atau Karin. Pandangan lurus ke depan."Sabar apaan. Kamu jangan cari kesempatan.""Karin ….""Evan, apa kamu bicara sesuatu sama aku. Atau kamu sedang

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 3. Pura-pura Tuli

    Evan dan Karin kembali masuk ke ruangan Liana setelah dipanggil oleh suster. Mereka melihat Liana yang sudah tenang di atas tempat tidur."Dokter, apa yang terjadi sama istri saya?""Pak, istri Bapak secara keseluruhan baik-baik saja.""Baik-baik saja?" tanya Karin tidak suka. Bukankah Liana sudah tuli."Maksudnya untuk luka yang dialami Bu Liana. Tapi tidak dengan pendengarannya.""Maksudnya, Dokter?" tanya Evan melirik ke Karin."Istri Bapak mengalami masalah dengan pendengaran.""Apa itu akan permanen Dokter?" "Bapak tenang saja, gangguan pendengaran Ibu Liana hanya sementara. Jika Ibu Liana rajin pemeriksaan dan terapi, maka Ibu Liana bisa sembuh."'Kenapa nggak sekalian tuli permanen saja sih. Dengan begitu aku ada alasan untuk meninggalkan dia setelah aku berhasil mengambil seluruh hartanya. Aku tidak mau hidup dengan perempuan bodoh seperti dia terus,' batin Evan kecewa dengan pernyataan dokter."Pak, apa Bapak tidak apa-apa," tegur dokter ketika Evan melamun.Karin menyenggol

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 2. Permintaan Liana

    Beberapa saat kemudian, dokter masuk bersama suster dan juga Karin. Karin cemburu begitu melihat Evan yang memeluk Liana dengan erat di depan matanya. Baginya, dialah orang yang pantas dipeluk oleh Evan. Karena Evan adalah pacarnya."Pak, bisa tolong keluar sebentar. Kami akan memeriksa kondisi pasien," ujar sang dokter."Baik Dok," sahut Evan melepaskan pelukan mereka."Evan, kamu mau kemana. Jangan tinggalin aku, Evan. Kamu tetap di sini saja ya," pinta Liana seakan tidak mau ditinggal oleh Evan."Kamu harus diperiksa dulu. Setelah selesai diperiksa, aku akan masuk lagi. Aku tunggu di luar ya," bujuk Evan melepaskan tangan Liana."Evan, Evan," tolak Liana."Ayo Karin," ajak Evan.Karin mengikuti Evan dari belakang. Sebelum keluar dia sempat melirik ke arah Liana. Tersenyum puas melihat Liana yang sangat terpukul ditinggal Evan."Evan! Evan!" teriak Liana.Setelah Karin dan Evan keluar dari ruangan, Liana berhenti berteriak. Ruangan yang ditempati merupakan ruangan yang kedap suara.

  • Pura-Pura Tuli Untuk Membongkar Rahasia Suamiku   Bab 1. Kejahatan Suami Dan Sahabat

    "Apa yang terjadi sama Liana?""Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kata suster, Liana mengalami kecelakaan. Dia ditabrak mobil.""Terus, sekarang kita harus apa. Bagaimana kalau terjadi sesuatu sama Liana? Kita tidak bisa memanfaatkan dia lagi. Aku tidak mau hidup miskin.""Karin, kamu harus tenang. Kalau terjadi sesuatu sama Liana, aku yang akan mengurus semua hartanya. Harta dia akan menjadi milik kita semua.""Kamu kan tahu, Liana masih memiliki wali, pamannya. Pamannya tidak akan membiarkan kita memiliki semua harta itu. Apalagi kalian tidak mempunyai anak. Kita akan ditendang keluar.""Masalah paman Liana biar aku urus juga, ya.""Baiklah. Apa kata dokter tentang Liana.""Kata dokter, kepala Liana mengalami benturan yang cukup keras. Kita harus menunggu dia sadar dulu untuk mengetahui perkembangannya.""Aku pikir dia beneran akan mati.""Dia tidak boleh mati dulu sebelum kita mengambil alih semua hartanya. Kamu sabar ya. Aku pasti akan usahakan semua hartanya menjadi mili

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status