Alana hanya bisa terdiam, saat mendengarkan semua yang Eric katakan. Tubuhnya terasa membeku, hanya detak jantungnya saja yang terus bergerak dengan kencangnya. Iblis di hadapannya ini sangat menakutkan, hingga tidak ada celah baginya untuk melawannya.“Bangun, dan ikut denganku!” Eric kembali menggenggam dengan kuat pergelangan tangan Alana dan memaksanya untuk bangun. Ringisan itu terdengar kembali saat Eric kembali memaksa Alana untuk ikut dengannya. “Ahhh sakitt.”Namun, sepertinya Eric tidak memedulikan hal itu, dia hanya terus menarik Alana sampai di tempat tujuannya.Hingga mereka tiba di sebuah ruangan, Eric membuka pintu ruangan itu dan membawa Alana untuk masuk ke dalam.Brukk! Eric menutup pintu ruangan itu dengan kerasnya saat dia dan Alana sudah berada di dalam ruangan itu. Lagi-lagi Eric menghempaskan tangan Alana dengan kasarnya hingga dia kembali tersungkur ke lantai.“Ahhh,” ringis Alana lagi. Karena memang lututnya sudah terluka, sehingga gesekan lututnya pada l
Siang berganti malam, sinar matahari sudah berganti dengan sinar rembulan. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Alana masih terkurung di kamar itu. Dia duduk meringkuk dengan memeluk erat kedua lututnya, dan punggungnya yang menyandar ke sisi depan ranjang tempat tidur. Dengan air matanya yang masih berlinang, Alana melihat ke sisi kanan dan kirinya. Dia merasa sangat takut, rumah ini benar-benar menakutkan. Alana lalu membenamkan wajahnya pada sela-sela kedua lututnya. Air matanya masih terus menetes, karena mengingat ucapan terakhir ayahnya.2 hari lalu.Alana tampak baru saja pulang dari bekerjanya. Di tangannya sudah ada sebuah kantung keresek hitam berisi makanan yang dia tenteng.“Ayah, aku pulang,” ucapnya. Alana masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju kamar ayahnya untuk memberikan makanan yang dia bawa. “Ayah ini makanan untuk Ayah,” lanjutnya. Alana melihat ayahnya yang masih menutup mata. Sepertinya ayahnya itu masih tertidur.Dia duduk di samping ayah
Kini, tangan Eric sudah menjalar ke setiap inci tubuh Alana dan membuatnya tersentak. 'Tidak, aku tidak mau diperlakukan seperti ini. Cukup sekali aku melakukan kesalahan, sekarang tidak lagi, bagaimana pun caranya. Aku harus bisa terlepas dari genggaman iblis ini,' batinnya.“Hah, hah, hah.” Nafas Eric terdengar sudah memburu, sepertinya nafsu sudah menyelimutinya saat ini. Sehingga dia tidak bisa menghentikan apa yang sekarang dia lakukan, rasanya tubuhnya tidak mau berhenti dan ingin menuntaskan semuanya.Berbeda dengan Eric yang tidak bisa berhenti atas tindakannya saat ini, kepanikan Alana justru semakin memuncak, terlebih ketika dia mendengar nafas memburu dari Eric, membuat tubuhnya bergetar seketika. Air matanya menetes, dia sungguh tidak mau melakukan hal ini. Dia tidak mau membuat kesalahan untuk yang kedua kalinya. “Berhenti, kumohon. Kumohon jangan lakukan ini,” pintanya sambil menangis. Namun, Eric tidak mendengarkannya. Rasa amarah sekaligus nafsu yang bercampur men
Dengan menggendong Alden yang masih tertidur, Mely membuka pintu rumahnya, dia lalu masuk ke dalam kamarnya dan membangunkan suaminya yang sepertinya sudah tertidur lelap.“Ayah, bangun Yah,” ucapnya seraya menepuk-nepuk lengan suaminya itu agar terbangun.Tak butuh waktu lama, akhirnya sang suami pun bangun, dia mengucek-ngucek matanya agar bisa segera tersadar sepenuhnya.“Ada apa Bun? Kok malam-malam gini udah bangunin Ayah?” tanyanya. Dia lalu melihat Alden yang berada di gendongan istrinya, “loh kok Alden ada sama Bunda? Memangnya Alana belum pulang?” Lanjutnya.“Itu dia Yah, Alana masih belum pulang sampai sekarang, padahal dari tadi Alden udah nunggu di luar rumahnya sendirian. Dan ini sudah malam Yah, mustahil jika Alana belum pulang bekerja sampai sekarang. Bunda khawatir Yah, gimana kalo sekarang kita ke tempat kerjanya Alana dan memastikan keberadaannya. Kasian Alden Yah, udah pengen ketemu mamanya,” jelas Mely.Andri pun mengangguk, dia lalu bergegas turun dari tempat
Hari semakin gelap, Mely dan suaminya juga Alden masih terus mencari keberadaan Alana. Mereka menyusuri jalan raya, berharap Alana ada di sana. Di jalanan itu memang masih banyak orang-orang yang sedang berlalu lalang dengan berjalan kaki walaupun sebenarnya hari sudah tengah malam, mungkin mereka sedang menikmati indahnya malam di kota Jakarta ini.Mely berharap, Alana ada di salah satu orang-orang yang berjalan kaki itu. Tapi ternyata harapannya itu nihil, karena dia tidak melihat wanita dengan ciri-ciri seperti Alana. ‘Na, kau dimana,' batinnya.Mely menoleh ke arah samping kirinya, melihat Alden yang sangat mengkhawatirkan mamanya. Melihat raut wajah Alden saat ini, membuatnya tidak tahan. Dia kasihan dengan anak kecil di sampingnya ini. Bagaimana di usia sekecil ini, dia harus mengalami ini semua. Tidak memiliki ayah dan hanya tinggal bersama mamanya yang sangat dia sayangi. Tapi sekarang, justru mamanya juga tidak ada, menghilang entah kemana. Takdir macam apa ini sebenarnya.
Alana terus menatap pintu yang sudah tertutup dengan rapatnya itu. Dia tidak tahu, apa yang akan terjadi padanya ke depannya. Sekarang saja, Eric sudah memperlakukannya dengan sangat buruk, entah bagaimana dirinya bisa keluar dari sini dan pergi menemui anaknya.“Alden, maafkan mama. Bukannya mama mau meninggalkanmu, tapi mama juga tidak berdaya. Tolong tunggu mama, mama pasti akan kembali. Dan kita akan hidup bersama lagi,” gumamnya.Alana menoleh ke arah foto ayahnya, air matanya turun tanpa bisa dia bendung. “Ayah,” ucapnya lirih.***Mely melihat ponselnya yang baru saja terhubung dengan Alana. Sekarang perasaannya sudah sedikit lega karena bisa mendengar suara sahabatnya itu. Setidaknya dia tahu, bahwa Alana baik-baik saja.“Bunda, bagaimana? Apa yang Alana katakan?” tanya Andri yang memang dari tadi mendengarkan percakapan Mely dan Alana. Tapi dia tidak bisa mendengar apa yang Alana katakan.“Alana bilang dia baik-baik saja Yah. Dia sedang berada di suatu tempat. Katanya d
Pernikahan itu telah dilangsungkan, dan semua prosesnya sudah berakhir dengan cepatnya. Tidak ada apa pun dan siapa pun di sana. Hanya ada Eric, Alana dan juga para pelayannya yang menyaksikan upacara pernikahan itu.Ini hannyalah sebuah pernikahan rahasia yang singkat, yang dilakukan Eric demi balas dendamnya. Pernikahan yang diiringi oleh air mata kesedihan dan bukannya sebuah senyuman kebahagiaan. Semuanya sudah berakhir, pernikahan ini adalah awal dari penderitaan Alana. Dan selamanya, dia tidak akan bisa lepas dari sangkar mengerikan ini.Alana duduk melamun di ruang tamu setelah acara pernikahannya selesai. Dia tengah mencerna semua ini. Dia tidak mengerti, jika hanya balas dendam. Kenapa iblis itu harus menikahinya. Terlebih, pernikahan ini adalah pernikahan yang sangat buruk. Dulu, sewaktu dirinya masih remaja. Alana selalu bilang kepada ayahnya. Bahwa dia ingin menikah dengan pesta yang begitu besar, mengundang semua teman-temannya. Waktu itu dia bermimpi menikah dengan ses
Sorot mata itu semakin tajam, menusuk hingga ke jantung Alana yang saat ini melihat dari jarak dekat.“Karena aku ... ingin kau masuk ke dalam keluargaku,” jawab Eric.Alana mengernyit, dia masih tidak mengerti dengan jawaban yang Eric berikan. Apa hanya itu alasannya. Apa jika dia masuk ke dalam keluarganya, itu adalah pembalasan dendam yang mengerikan? Memangnya ada apa dengan keluarganya? Bingungnya.Smirk terlihat di bibir Eric, saat melihat reaksi yang Alana tunjukkan. “Asal kau tahu, keluargaku itu adalah keluarga sampah.” Lanjutnya yang menggambarkan keluarganya dengan kata-kata kasar. Hingga membuat Alana tersentak mendengarnya.“Keluargaku adalah keluarga yang mengerikan. Jika kau masuk ke dalamnya, akan aku pastikan kau juga akan berakhir menjadi sampah. Jangan pernah mengatakan kata-kata seperti cinta kasih sayang di sini. Karena kami ... tidak pernah mengenal hal itu. Jadi, selamat datang Mrs. Eric Filbert Carlson. Nikmatilah menjadi nyonya besar di sini. Karena aku in