Sejam kemudian, kabar tentang Andini baru sampai ke telinga Surya. Para penjaga di depan tenda Andini merasa curiga karena Andini tak kunjung kembali. Mereka pun mencari di sekitar barak, tetapi tak juga menemukan sosoknya. Akhirnya, mereka buru-buru melapor kepada Surya.Surya terperanjat dari tempat tidur. Bahkan tanpa sempat mengenakan pakaian, dia langsung keluar sambil bertanya, "Ada apa ini?"Salah satu penjaga segera berkata, "Sejam yang lalu, Nona Andini bilang nggak bisa tidur dan ingin berjalan-jalan di sekitar barak. Hamba melihat beliau tak kunjung kembali, jadi mencari ke mana-mana, tapi hanya menemukan ini di lapangan latihan."Sambil berbicara, si penjaga menyerahkan dua jarum perak kepada Surya. Untung malam ini bulan bersinar terang, jarum itu berkilau di tanah sehingga dia bisa menemukannya.Surya menerima jarum itu, alisnya berkerut dalam. Itu memang jarum perak milik Andini. Di jarum itu bahkan masih ada darah!Ini gawat! Surya segera memberi perintah untuk mencari
Jika kelak mereka benar-benar menikah, Andini akan pindah kembali ke halaman kecilnya untuk tinggal di sana. Tidak masalah. Hanya saja, rasa getir di dada itu benar-benar membuatnya sulit menahan sakit.Karena tak bisa tidur, dia memutuskan untuk tidak tidur sama sekali. Dengan hati-hati, dia bangkit dari tempat tidur, takut membangunkan Laras. Dia pun mengenakan mantel dan keluar dari tenda.Waktu sudah larut. Para penjaga di luar tenda hampir saja ketiduran. Melihat Andini keluar, salah satu dari mereka bertanya, "Nona, mau ke mana?"Andini tersenyum. "Aku nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan sebentar."Mendengar itu, si penjaga mengangguk. "Kalau begitu, hati-hati. Jangan sampai keluar dari area barak!""Ya." Andini menjawab lembut, lalu menoleh ke arah tenda di sebelah. Lilin sudah padam, tenda Surya gelap gulita. Sepertinya Surya sudah terlelap. Yang banyak pikiran hanyalah dia seorang, yang tidak bisa tidur juga hanya dia seorang!Memikirkan itu, Andini tak kuasa menahan senyuman g
Setelah Kino keluar dari tenda Surya, dia pergi mencari Andini. Saat ini, Andini baru saja keluar dari tenda Aiyla.Tadi Aiyla bercerita tentang keindahan padang rumput dan gurun, membuat hati Andini diliputi rasa senang. Ketika melihat Kino, sorot matanya pun tanpa sadar dipenuhi senyuman. Mata itu seakan-akan jatuh ke dalam taburan bintang."Kak Kino, ada perlu apa mencariku?"Kino benar-benar tak mengerti, mengapa Andini bisa begitu akrab dengan Aiyla. Dia mengernyit, lalu melirik ke arah tenda Aiyla, baru kemudian bertanya, "Kamu dan Putri suku Tru itu sangat akrab?"Andini mengangguk. "Ya, kami sudah jadi teman!"Kino tak bisa menahan diri untuk menarik napas panjang, lalu mengembuskannya dengan berat. "Sekarang memang teman, tapi nanti bagaimana?"Untuk sesaat, Andini tidak memahami maksud Kino. Dia sempat termangu.Kino kembali bertanya, "Nanti kamu akan memanggilnya Kakak Ipar?"Menyebut kakak ipar berarti ... Aiyla akan menikah dengan Surya!Dahi Andini perlahan berkerut, pand
"Nona, apa yang sedang Nona pikirkan?" Laras akhirnya menyadari bahwa pikiran Andini sedang melayang. Dia tak bisa menahan rasa khawatirnya dan bertanya.Namun, Andini hanya menggeleng, tak ingin Laras mengetahui isi hatinya. "Nggak ada apa-apa. Aku juga merasa Aiyla sangat kasihan. Sekarang di barak ini hanya ada kita bertiga sebagai perempuan. Mulai sekarang, kita lebih sering menemaninya ya?""Tentu saja!" Laras mengangguk cepat, lalu menggandeng Andini berjalan menuju tenda mereka.Sejak hari itu, hampir setiap hari Andini dan Laras pergi menemani Aiyla berbincang. Kadang-kadang, bahkan terdengar tawa mereka yang jernih dari dalam tenda.Kino membawa sepiring buah segar, masuk ke tenda Surya. "Tadi aku lihat Andin pergi menemui Putri suku Tru itu lagi."Surya sedang sibuk memeriksa urusan militer, tidak menanggapi."Aku dengar mereka ngobrol dan tertawa bersama, hubungan mereka lumayan dekat!"Surya tetap tidak menoleh. Kino pun duduk di samping Surya sambil membawa buah itu. "Eh,
Melihat Andini yang menunduk sambil mengoleskan obat pada lukanya, hati sang Putri terasa hangat. Sejak kecil, mungkin hanya ibunya saja yang pernah memperlakukannya dengan kelembutan seperti ini.Tentang jalan hidupnya ke depan, dia tidak tahu harus bagaimana. Setidaknya saat ini, dengan ada Andini yang menghiburnya, hatinya terasa jauh lebih baik."Aku bernama Aiyla." Sang Putri perlahan bertanya, "Bolehkah aku menjadi temanmu?""Tentu saja boleh!" Andini segera tersenyum, suasana hatinya sedikit membaik. Mungkin karena sama-sama perempuan, dia bisa merasakan ketidakberdayaan Aiyla. Dibuang oleh keluarga sendiri dan dikirim untuk menikah demi perjanjian damai.Mungkin juga karena Aiyla terlalu cantik, kecantikan yang berbeda dari perempuan di Negara Darsa. Bagaimanapun, Andini menyukai Aiyla. Karena Aiyla mengatakan ingin menjadi temannya, tentu saja dia mau."Aku Andini. Kamu bisa memanggilku seperti yang lainnya, Andin.""Andin." Aiyla mengulanginya sekali, lalu tersenyum. "Indah s
Saat berkata demikian, Andini menunduk, menatap beberapa luka baru yang jelas terlihat di lengan sang Putri. Dia bertanya, "Lalu kamu? Kamu jelas seorang putri ....""Tapi aku bukan putri yang paling terhormat." Sang Putri perlahan berkata, "Ibuku hanya seorang budak penjaga kuda. Dia dipaksa oleh ayahku hingga melahirkanku, jadi statusku sangat rendah."Saat berkata begitu, seolah-olah takut Andini tidak percaya, dia buru-buru menarik beberapa permata di kepalanya. "Ini bukan milikku, semuanya bukan milikku. Aku nggak punya pakaian sebagus ini."Semua ini hanyalah pakaian sementara yang dipakaikan kepadanya karena dia tiba-tiba dipilih untuk perjodohan. Semua itu hanyalah untuk membuat orang-orang Negara Darsa mengira dia adalah tuan putri yang sangat terhormat.Walaupun kurang fasih, Andini tetap bisa memahaminya. Karena status ibunya yang rendah, sang Putri tidak disukai oleh pemimpin sehingga sering mendapat hinaan, bahkan kekerasan. Kemungkinan besar, dia menolak perjodohan ini. K