Aluna baru keluar dari kamar mandi, dia melihat Raka sudah duduk disofa. Mata pria itu menatap serius kearah layar laptop didepannya.‘Huft.. Untung dia sibuk, setidaknya gak gangguin gua..!’ gumam Aluna dengan sedikit lega. Dia melangkah kearah tempat tidur, baru beberapa langkah suara Raka terdengar dingin.“Lo mau kabur..? Duduk sini, kasih gua penjelasan..!” Aluna menoleh, kini matanya terkunci tatapan Raka yang cukup tajam. Wanita itu terdiam, memejamkan mata sejenak sambil menghela nafas panjang.‘Gua pikir bisa lolos, ternyata..’ batinnya.Aluna melangkah kearah Raka dan duduk disamoing pria yang menatapnya nyaris tanpa berkedip.“Lo mau tanya apa, Raka..? Gua akan jawab..” Aluna memeprhatikan Raka yang mengubah duduknya menghadapnya.“Gimana lo bisa ada i panti asuhan..?” Raka memiringkan kepalanya, tampak begitu penasaran.“Jujur aja, gua gak ingat pastinya.. Gua lupa apa yang terjadi waktu itu.. Hanya saja, Bu Nadia pernah bilang kalau ada yang antar gua ke panti asuhan set
Aluna bergeming mendengar tuduhan Kayla, Raka menoleh ke arahnya dengan penuh tanya. Aluna melepaskan tangannya dari lengan Raka, pria itu menatapnya dingin dan tajam.“Jelaskan sesuatu Aluna..” suaranya datar tapi terdengar cukup penekanan.“Jujur, aku gak tahu kalau Kayla tunangan lo itu dia, Raka.. Gua, memang di usir mereka malam saat kecelakaan itu.. Lo bisa pastikan kalau kecelakaan itu bukan sandiwara, gua juga gak pernah tahu kalau kalian tunangan..” Aluna berusaha memberikan penjelasan pada Raka.“Bohong..! Lo pasti sebelumnya sudah cari informasi tentang Raka, kan..? Jadi lo pura-pura ketabrak biar Raka bantuin lo..! Licik banget cara lo Aluna..!” Kayla menuduh Aluna dengan suara keras, menimbulkan tanda tanya besar untuk tamu undangan.“Jangan bicara sembarangan Kayla..! Aku bahkan baru bertemu kamu malam itu dan kamu datang lalu tiba-tiba saja Mama dan Papa mengusir ku..! Harusnya aku yang bertanya permainan apa yang kamu mainkan..?!” Kali ini Aluna memberanikan diri mena
Raka menoleh ke arah Aluna yang masih terdiam di depan meja Rias, pria itu menghampiri, berdiri di belakangnya. “Lo kenapa lagi, Aluna..?!” tanyanya dengan alis terangkat, menatap mata Aluna melalui pantulan cermin. “Semua karyawan di perusahaan membicarakan kamu dan wanita bernama Kayla sebagai tunangan.. Kalau tiba-tiba aku muncul, apa kata mereka..?” Aluna membalas tatapan Raka melalui cermin. “Jadi lo cemburu..?!” Raka menatap Aluna semakin intens, tangannya terlipat didepan dada memperhatikan ekspresi Aluna yang mendadak sedikit gugup. Aluna menghindari tatapan Raka, mengalihkan ke arah lain. “Ck, bukan cemburu.. Lo taukan gimana gosip di perusahaan.. Mereka bilang gua mencari perhatian lo, dan yang mereka tahu wanita bernama Kayla lah tunangan lo.. Lo ngerti maksud gua gak sih Ka..?!” Tatapan Aluna akhirnya kembali ke arah Raka. “Jangan banyak mikir dan dengerin omongan orang..! Sampai kapan telinga lo hanya berfungsi dengerin banyak mulut..?! Dengerin aja isi hati lo dan gu
“Lihat itu si Aluna, kemarin datang bareng Pak Raka, sekarang datang sendiri..” “Iyalah, kemarin kan hanya nebeng.. Biasa, anak magang cari muka ke atasan..” “Hmm.. Gak tanggung-tanggung, langsung cari muka ke Pak Raka..” “Tapi sekarang Pak Raka udah mau tunangan.. Mana mau deket-deket dia..” “Gak nyangka ya luna yang kelihatan polis ternyata wanita penggoda..” Aluna baru saja melangkah masuk ke lobby perusahaan, dia langsung mendengar beberapa karyawan membicarakannya. ‘Ternyata benar, kan.. Aku sudah jadi bahan gosip satu perusahaan.. Semua gara-gara Raka yang paksain datang bareng.. Tapi sekarang datang sendiri pun juga masih digosipin.. Hhhh.. Ya sudahlah..’ gumam Aluna dalam hati. Tidak lama terdengar suara langkah kaki berat di belakang Aluna membuat semua karyawan yang sebelumnya berbisik kini terdiam. “Kalau masih ada yang bergosip, hari ini saya pastikan ambil gaji terakhir..!” Suara Raka terdengar cukup keras dan tegas saat langkahnya berhenti di tengah-tengah lobby.
Aluna baru saja turun dari mobil, sepatu haknya menyentuh pelataran dengan pelan. Angin sore menyapu rambutnya, membuat beberapa helai menutupi wajahnya. Ia menoleh pelan ke arah Raka yang berdiri di sampingnya dengan setelan jas rapi, mata tajamnya menatap lurus ke depan nyaris tanpa berkedip.“Ayo masuk… Lo nunggu apa..? Nunggu gua gendong..?” Suaranya dingin, seperti biasa, tapi jemarinya dengan halus menyentuh punggung Aluna, memberi sedikit dorongan yang justru membuat wanita itu makin salah tingkah.“Ck, kamu yakin bawa aku pulang dan kasih tahu orang tuamu, Ka..?” gumam Aluna dengan dahi mengernyit, suaranya mengandung keraguan yang tak bisa disembunyikan.“Sudah ribuan kali lo tanya hal itu..! Ayo masuk..!” Raka langsung meraih tangannya, hangat, mantap dan menariknya perlahan masuk ke dalam rumahnya. Sentuhan itu terasa seperti sengaja menyalurkan keberanian yang Aluna butuhkan.Di ruang keluarga yang luas, Pak Dirga d
Aluna refleks mendorong dada Raka, namun pria itu tak bergeming. “Kan udah gue bilang jangan ada yang tahu dulu!”Raka menatapnya lekat, kali ini lebih serius. “Lo takut apa? Takut nama lo jelek, atau takut gua nggak bisa jaga lo? Kalau gua gak bilang Papa, apa lo mau lihat suamimu ini menikah juga dengan wanita lain..?!”Tatapan itu menusuk, tapi yang bikin Aluna lebih sulit mengelak adalah sentuhan jemari Raka yang dengan sengaja merapikan helaian rambutnya ke belakang telinga, pelan namun menggoda.“Gua bisa jaga rahasia lo, tapi gua juga nggak suka orang lain deketin lo cuma karena mereka kira lo single.. Dan gua lebih gak suka harus menikahi wanita lain sementara gua sudah punya istri..” bisiknya rendah, tangannya menyentuh pipi Aluna lembut. Wanita itu mengalihkan pandangannya, wajahnya mulai panas. “Raka… ini kantor, jangan mulai aneh-aneh.”“Gua nggak aneh-aneh,” jawabnya santai, namun ujung bibirnya tera