Quand les opposés s'attirent

Quand les opposés s'attirent

last updateLast Updated : 2025-07-21
By:  Michel publicationOngoing
Language: French
goodnovel12goodnovel
8
1 rating. 1 review
19Chapters
943views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Lors du premier jour de classe, j'avais tout organisé. J'avais déjà classé mes livres en ordre alphabétique, mon uniforme était repassé et ranger dans mon placard, attendant seulement que je le porte. C'était la même chose depuis des années. Les garçons allaient siffler devant l'arrivée de Jeanette Green, la bimbo de l'école, les intellos seraient dans un coin en train de faire des recherches sur leurs ordinateurs, les joueurs de foot se vanteraient auprès de n'importe quelle fille prête à les écouter, la chorale répéterait leurs chansons dans un coin de la cantine et les petits nouveaux seraient dans un coin, exclus, en attendant de se faire des amis. Et moi, j'allais trainer avec mes meilleurs amis, faire la folle mais rester une bonne fille. Car quand on s'appelle Lily Parks, on a pas autre choix que de bien se comporter. Dans notre famille, nous n'avons pas de réputation qui nous suive: nous sommes comme la plupart des gens. Seul différence entre notre famille et les autres? Mon arrière grand-père était un homme très respecté dans notre petite ville perdue dans les États-Unis. On le complimentait souvent dans sa façon d'agir, en tant qu'avocat réputé. Il a enseigné les bonnes manières à ses enfants, qui eux l'ont enseignés à leurs enfants, ainsi de suite. Mes parents tenaient beaucoup à continuer la tradition, alors je suis l'incarnation même des bonnes manières. Bonnes notes, bon comportement, apparence soignée... S'il fallait que je brise ces règles! Je n'imaginais même pas... Je prévoyais toujours tout en avance pour éviter de me mettre les pieds dans les plats, pour faire plaisir à ma famille. Mais pourtant, cette année, il y avait une chose que je n'avais pas du tout prévu. Et cette chose avait un nom. Matthew Carter.

View More

Chapter 1

Chapitre 01

“Cepat sedikit! Dasar lelet!”

Bentakan Mas Bimo, suamiku, lagi-lagi menggelegar memenuhi rumah kecil kami. Padahal aku lamban karena baru saja selesai membantunya menyiapkan diri untuk acara reuni SMA-nya.

“Aku udah siap, Mas,” ucapku pelan setelah rapi, menarik napas panjang untuk menahan hati yang bergetar sejak tadi dihantam omelan bertubi-tubi.

Bimo menoleh tajam, matanya meneliti penampilanku dari atas ke bawah. Ia mendengus kasar. “Astaga, Vania! Kenapa pakai baju itu, sih? Orang-orang pasti ketawa lihat kamu kampungan kayak gitu! Bikin malu aja!”

Aku menatap diriku, lalu kembali menatapnya. “Ini bajuku yang paling bagus, Mas. Aku ‘kan nggak pernah beli baju baru ….”

Sekejap wajah Mas Bimo memerah. “Mulai lagi kamu nyindir-nyindir! Udah tahu aku lagi banyak masalah, masih aja kamu minta macam-macam!” bentaknya lagi.

Sindiran? Minta macam-macam? Aku hanya menyatakan apa yang terjadi.

Akan tetapi, takut pertengkaran ini melebar, aku pun buru-buru diam, lalu mengikuti Bimo keluar. Motor bututnya sudah menunggu di halaman.

“Cepat naik! Jangan bikin kita telat. Kalau telat gara-gara kamu, aku yang malu!”

Aku menurut. Duduk di jok belakang, memegang ujung jaketnya erat.

Sepanjang jalan menuju rumah temannya, aku hanya bisa menunduk. Rasa minder makin menggerogoti saat mobil-mobil mewah melintas menuju lokasi reuni.

Rumah besar itu akhirnya terlihat. Lampu-lampu terang membuat bangunannya tampak seperti istana. Musik riang terdengar sampai keluar pagar. Mobil-mobil mengilap berderet rapi, kontras dengan motor reyot kami yang berisik.

Hatiku ciut. Ingin rasanya kabur pulang, tapi tentu saja mustahil.

“Turun!” perintah Bimo dingin.

Aku ikut langkahnya masuk ke dalam.

Di dalam, suasana ramai. Orang-orang bersalaman, tertawa, berpelukan melepas rindu.

“Selamat datang.”

Suara bariton itu terdengar jelas di antara riuh obrolan. Seorang pria melangkah maju dengan tenang, posturnya tegap dalam balutan jas abu-abu yang sederhana tapi berkelas. Cara berdirinya saja sudah cukup untuk menarik perhatian, mantap, percaya diri, namun tidak berlebihan.

Dia adalah Galang Pramono. Tuan rumah malam ini, sekaligus kenalan lama yang sering diceritakan Mas Bimo dengan nada iri. Entah dari latar belakangnya yang luar biasa, bisnisnya yang merajalela, juga kemampuan finansialnya yang seakan tiada tara.

Di sampingnya berdiri seorang wanita bergaun merah menyala, Ratna Ayusari, istrinya yang cantik dan sama rupawannya. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, semua yang wanita itu kenakan tampak mahal.

“Bimo! Lama nggak ketemu!” Galang menyambut dengan ramah, menjabat tangan Bimo

Bimo ikut tertawa. “Iya, aku sibuk banget belakangan ini, Lang. Baru sempat datang sekarang.”

Kemudian, Galang beralih padaku, matanya menatapku dalam sebelum tersenyum sopan.

“Vania,” panggilnya, menganggukkan kepala sebagai sapaan.

Aku yang berdiri di samping membalas anggukan itu pelan, berusaha tersenyum.

Di saat itu, Ratna mendekat, senyum sinis mengembang di bibirnya. Ia mencondongkan badan, berbisik cukup keras hingga terdengar orang lain.

“Kamu nggak salah kostum kan, Vania? Ini acara reuni, loh. Bukan mau ke warung.”

Aku kaget, lalu cepat-cepat menunduk, menahan rasa malu yang menohok.

Bimo, alih-alih membelaku, justru terkekeh. “Hahaha, iya, Rat. Istriku ini emang nggak ngerti cara dandan. Sekali-kali kamu ajarin dong, biar bisa cantik dan modis juga kayak kamu!”

Mendengar suamiku sendiri menghinaku selagi memuji wanita lain, tawa beberapa orang di sekitar meledak. Mereka menatapku seolah sedang melihat sesuatu yang aneh. Aku pun menggigit bibir, berusaha menahan agar air mata tidak jatuh.

Sepanjang acara, Bimo tenggelam dalam euforia bersama teman-temannya. Ia terlihat bangga sekali bisa berada di tengah-tengah orang sukses, seolah-olah dia juga sudah sukses, meski aku tahu kenyataannya tidak seperti itu.

Sedangkan aku? Aku duduk di pojok sendirian, memegang gelas jus yang isinya bahkan tidak kusentuh. Aku hanya ingin cepat-cepat pulang.

“Eh, Van! Daripada duduk bengong sendirian di situ, mending kamu bantu-bantu sana di dapur,” suara Ratna tiba-tiba terdengar lagi. Kali ini lebih keras, membuat beberapa tamu menoleh.

Aku tersentak, tapi buru-buru mengangguk.

“Iya, Mbak.”

Aku melangkah ke dapur, mencoba menutupi rasa maluku. Lebih baik aku menghilang dari keramaian. Lagi pula aku tidak bisa membantah Ratna. Dia dan suaminya berkali-kali menolong ekonomi keluarga kami.

Di dapur, bersama dua orang pelayan, aku membantu menata piring, mengisi gelas, dan merapikan meja. Setidaknya di sini aku bisa sedikit bernapas lega. Namun, saat sibuk menuang minuman ke beberapa gelas, aku merasa ada seseorang memperhatikan. Ketika menoleh, kulihat Galang berdiri di ambang pintu.

“Kenapa kamu di sini?” tanya pria itu dengan alis tertaut. “Kamu tamu, kenapa malah ikut bantu-bantu?”

“Ah … itu … saya… hanya terbiasa beres-beres, Mas. Bosan juga nggak ada teman ngobrol, jadi lebih baik bantu-bantu ….”

Galang berjalan mendekat. “Jangan bohong. Ratna yang suruh kamu, ‘kan?” tembaknya, membuatku tersentak dan langsung menunduk. Sangat tidak enak ketahuan berbohong.

Melihatku terdiam, Galang menghela napas, lalu meraih jar berisi jus yang ada di tanganku. Setelah itu, dia menatapku dalam.

“Kamu tamu, jangan kerjain kerjaan ini,” ucapnya.

Namun, aku tersenyum tipis dan meraih jar itu kembali. “Saya sudah biasa, Mas ….”

Pancaran matanya sedikit menggelap, sekilas, sebelum dia lanjut berkata, “Aku lihat Ratna dan teman-teman yang lain tadi agak keterlaluan ke kamu. Aku wakilin istriku minta maaf, kuharap kamu nggak ambil ucapannya ke hati.”

Aku memaksakan senyum dan langsung menggeleng cepat. “Nggak apa-apa, Mas. Saya sudah kebal.”

Dia menatapku lama, dalam, seolah ingin menyingkap isi hatiku. Sedikit canggung, aku jadi agak salah tingkah dan ingin buru-buru pergi.

“Saya … lanjut kerja dulu, Mas,” ucapku buru-buru.

Galang hanya mengangguk samar, lalu berbalik pergi.

Tak lama, Ratna masuk dengan suara tajam. “Van, minuman sudah siap? Jangan bikin tamu nunggu!”

Aku cepat membalas, “Iya, Mbak.”

Kuletakkan beberapa gelas di atas nampan, lalu mengangkatnya hati-hati. Berat, tapi kupaksakan.

Aku keluar dapur, menyusuri lorong. Musik masih berdentum, tawa bersahutan. Aku fokus menjaga nampan agar tak goyah.

Tapi tiba-tiba—

“Eh!” Aku terkejut saat tanpa sengaja menabrak seseorang. Nampan hampir terlepas, tapi sebuah tangan kokoh segera meraih pergelangan tanganku, menahan tubuhku agar tidak jatuh.

“Kamu nggak apa-apa?” suaranya rendah, selagi tangannya menggenggamku hangat.

Terkejut, aku menoleh cepat, dan mataku bertemu dengan sorot mata tegas itu, begitu dekat.

Galang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Bienvenue dans Goodnovel monde de fiction. Si vous aimez ce roman, ou si vous êtes un idéaliste espérant explorer un monde parfait, et que vous souhaitez également devenir un auteur de roman original en ligne pour augmenter vos revenus, vous pouvez rejoindre notre famille pour lire ou créer différents types de livres, tels que le roman d'amour, la lecture épique, le roman de loup-garou, le roman fantastique, le roman historique et ainsi de suite. Si vous êtes un lecteur, vous pouvez choisir des romans de haute qualité ici. Si vous êtes un auteur, vous pouvez obtenir plus d'inspiration des autres pour créer des œuvres plus brillantes. De plus, vos œuvres sur notre plateforme attireront plus d'attention et gagneront plus d'adimiration des lecteurs.

reviews

soumayasobabe
soumayasobabe
j'aime ce livre
2025-08-12 07:50:13
0
0
19 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status