Share

Chapter 2

Acara berlangsung meriah. Semua rakyat bahagia. Bahkan beberapa kerajaan juga merasa senang. Namun, seketika Raja Agresto mendapatkan kabar dari penasehatnya jika kerajaan sudah di serang oleh bangsa penyihir. 

Raja Agresto memilih untuk pulang untuk menghentikan perlawanan. Namun, sebuah panahan dari Harei, si penyihir kematian membuat Raja Agresto tewas saat itu juga. 

Deandrre yang menyaksikan itu hanya terdiam. Ia tidak ingin melibatkan diri berurusan dengan para penyihir itu. Denvio juga diam saja melihat Zeline di tarik paksa oleh salah satu penyihir yang terkenal kejam di kerajaannya. 

 “Tutup semua pintu istana. Beri pengumuman kepada rakyat untuk tidak panik dan pergi dengan damai tanpa ada rasa takut. Jangan sampai penyihir itu murka dengan kerajaan kita!” Ucapan Deandrre membuat seluruh pengawalnya mengangguk paham dan menjalankan perintah.

Ia menyuruh istrinya kembali ke kamar, dan membawa Denvio ke dalam kamarnya. 

Ia juga meminta maaf kepada tamu undangan yang merasa panik dengan kedatangan penyihir itu. 

 “Maafkan aku, Agresto. Aku tidak bisa menolongmu,” ucap lirih Deandrre. 

---OoooO---

Fairy Castle adalah sebuah kerajaan peri yang terletak di dalam hutan bayangan sebelah barat hutan larangan. Fairy Castle ini merupakan kerajaan kecil, namun memiliki banyak peri-peri yang unggul dalam memenangkan pertarungan. 

Afroid; salah satu pemimpin di Fairy Castle. Ia sudah menikah namun tidak memiliki seorang anak. Namun ia memiliki dua orang anak angkat bernama Rie dan Kie. Anak kembarnya yang ia jadikan seorang peri penyelamat dan pelindung. 

Namun wujud Rie terkadang berubah menjadi seekor kijang kecil jika ia berkeliaran di hutan larangan.Sementara Kie, akan berubah menjadi seekor burung kecil berwarna biru. 

 “Dad, Rie terluka. Ia terkena panahan emas yang hanya keluarga Seolth Kingdom yang memilikinya,” adu Kie saat Kie membawa Rie kehadapan Afroid. 

 “Im fine, Kie.”

 “Kau terluka, bodoh.”

Rie memutar bola matanya lagi. 

Sementara Afroid langsung meminta Kie mengambilkan air suci di dalam goa Maheru dengan beberapa teman-temannya.

Kie mengangguk. Kemudian, ia mengajak temannya pergi. 

Afroid membaringkan Rie di kasurnya. 

 “Im okey, Dad.” Rie mencoba untuk menyakinkan jika dirinya tidak apa-apa. 

 “Bagaimana bisa panah itu mengenai tubuhmu, Rie?” tanya Afroid. 

 “Aku sedang melihat sebuah pesta pertemuan di Northen Kingdom, namun salah satu pangeran Seolth Kingdom memanah kakiku dan mengurungku di penjara itu,” kata Rie menceritakan. “Aku tidak bisa memakai kekuatanku untuk keluar. Aku tidak ingin ia curiga dan membawaku kepada para penyihir itu.”

Afroid berusaha mencerna ucapan Rie. 

 “Untung saja ada Shaenette yang menyelamatkanku dari pangeran Lucas, dan aku selamat.”

 “Shaenette?” tanya Afroid. 

 “Yes. She is princess Paper Royal Castle.”

Afroid terdiam lagi. 

 “Dad? Are you okey?” tanya Rie. 

 “Fine.” Afroid memanggil Lucia dan meminta salah satu peri mengintip kerajaan Paper Castle.

Sementara Rie hanya diam mendengar pembicaraan Lucia dan Afroid. Namun ia tidak berani untuk bertanya. Ia memutuskan untuk diam. 

 “Istirahatlah, Rie.”

Rie mengangguk. Kemudian ia memejamkan matanya. 

Afroid dan Lucia meninggalkannya sendiri. 

---OooO---

 “Kie! Ada perempuan di sini,” teriak Liora. Salah satu teman Kie yang ikut ke goa maheru. Kie berjalan ke arah Liora, dan menemukan Shaenette yang sudah tertidur di atas air suci itu. 

“Dia Princess Shaenette. Bagaimana ia bisa di sini?” Kie bertanya pada dirinya. 

Kemudian ia meminta Liora menampung air suci itu ke dalam kendi, dan Kie membawa Shaenette untuk kembali ke Fairy Castle.

 “Kie, Afroid akan marah jika kau mengajak manusia ke dalam castle,” ucap Oin.

 “Dia masih hidup, Oin. Urusan Dad, aku yang mengurusnya.”

Oin mengangguk. Menentang Kie juga percuma, ia tahu keras kepalanya laki-laki itu. 

 “Sudah dapat air suci untuk Rie, Liora?” tanya Kie. 

Liora mengangguk. 

Setelah itu, mereka kembali ke Castle sebelum para penyihir datang dan memusnahkan mereka semua. Kie meminta Oin dan Liora membuatkannya sebuah kereta kencana untuk membawa Shaenette. 

“Dad, aku membawa seorang manusia yang tertidur di dalam goa maheru. Ia terlihat seperti manusia terkena kutukan,” kata Kie yang kembali teriak saat sampai di depan gerbang Castle.

Lucia yang berada di luar terkejut melihat wajah pucat Shaenette. “Malang sekali anak ini,” kata Lucia lagi. “Bawa dia ke kamar. Aku akan memanggil Afroid dan meminta bantuannya.”

Kie mengangguk. 

Ia memindahkan Shaenette ke kamar Lucia dan memanggil Afroid. 

Lucia mengelus wajah Shaenette. “Kau sangat malang, Shaenette. Aku akan membantumu.”

Lucia mengeluarkan kalungnya, kemudian memberikannya kepada Shaenette. Ia tidak tahu, kenapa hatinya terketuk untuk membantu Shaenette. 

Seperti sudah direncanakan alam, Lucia memiliki ikatan batin dengan Shaenette.

 “Lucia, apa-apaan kau ini?!” 

Lucia terkejut mendengar suara Afroid. Ia langsung mendekati Afroid, kemudian memegang dadanya. “Anak malang itu terbaring lemah. Jadi, aku menolongnya dengan kalung itu. Kau juga harus membantunya.”

Afroid diam. 

 “Bantu anak itu, Afroid.”

 “Untuk apa? Ia manusia, berbeda dengan kita.”

Lucia memegang tangan Shaenette dan memberitahu tanda elf di tanganya. “Ia memang terlahir manusia, Af. Tapi, alam sudah memberikan tanda jika ia akan masuk ke dalam keluarga elf.”

Afroid diam lagi. 

Memikirkan tanda itu, ia kembali mendekati Shaenette. 

 “Apa ia gadis yang berasal dari Paper Royal Castle?” tanya Lucia. 

 “Shaenette!” pekik Rie. “Dad, dia yang menyelamatkanku. Ia juga princess dari Paper Royal Castle.”

Lucia melihat Rie yang berjalan pelan. 

Afroid kembali melihat Shaenette yang tertidur.

 “Selamatkan dia, Dad.”

Kie mendekat, kemudian memberikan sebuah pesan burung yang entah dari mana ia dapat. 

Ia memberikan kepada Afroid. 

Selamatkan Shaenette karena kelak, ia yang akan menjadi seorang putri dari tiga kerajaan sekaligus.

Afroid memperintahkan Kie untuk membawakan sisa air suci yang ia berikan kepada Rie, kemudian meminumkannya kepada Shaenette. Lucia tersenyum, dan Rie hanya melihat Afroid mengobati Shaenette agar sembuh. 

 “Kenapa dengannya, Afroid?” tanya Lucia. 

 “Ia terkena kutukan penyihir,” balas Afroid. “Ia bisa bangun, tapi ia melupakan semua tentang kehidupannya. Namun, ketika nanti ada lelaki yang membawakannya sebuah panah emas, ia akan mengingat lagi.”

 “Panah emas?” tanya Rie. 

Afroid mengangguk. “Iya. Itulah cara satu-satunya agar Shaenette terbebas sepenuhnya dari sihir jahat Agezo.”

 “Apa mungkin penerus kerajaan Seolth Kingdom akan memberikan Shaenette panah emas itu? Semua tidak mungkin, Afroid.” Lucia mencoba menerawang kejadian yang akan datang, namun ia tidak menemukan titik terang. 

 “Biarkan alam yang memberitahu caranya, Lucia. Kita hanya bisa memberikannya bekal untuk melawan penyihir dan musuh peri.”

Lucia mengangguk samar. Rie hanya bisa diam kembali. 

 “Dan ia yang akan menggantikanku kelak, Lucia. Ia titipan dari alam.”

Lucia melihat Afroid dengan tatapan tidak percaya.

 “Jika nanti aku mati, ia yang akan menggantikanku.” Afroid melihat Kie dan juga Rie. “Jadilah teman untuk Shaenette, Kie. Rie.”

Kedua anak kembarnya itu mengangguk. Pandangan mereka melihat ke arah Shaenette yang masih tertidur di kasur Lucia. 

 “Apa waktunya itu sudah datang? Apa kau akan ikut dalam peperangan besar melawan para penyihir?” tanya Lucia. 

 “Aku akan mengajari Shaenette terlebih dahulu, setelah itu aku akan mengikuti perang bersama bangsa peri. Kau harus mengajarkannya kebaikan kepadanya, karena Shaenette adalah satu-satunya incaran penyihir. Ia memang tidak mudah untuk dibohongi, karena logikanya selalu bermain dengan tindakannya. Jika penyihir itu tahu Shaenette masih hidup, ia akan membunuh Shaenette.”

Lucia mengangguk dan kemudian terdiam.  

 “Kenapa bisa Shaenette menjadi incaran, Dad?” tanya Kie. 

 “Karena Shaenette satu-satunya manusia yang dapat berkomunikasi langsung dengan bangsa peri. Ia juga yang akan menduduki tiga kerajaan sekaligus saat usianya genap dua puluh tahun.”

Hah?

 “Kau harus tahu, Kie. Shaenette bukan gadis biasa. Sikapnya memang angkuh, tapi ia rapuh. Wajahnya cantik, tapi ia selalu merasa buruk dibandingkan saudarinya.” Afroid lagi-lagi menceritakan tentang jati diri Shaenette. 

 “Apa ia yang akan kami jaga sesuai perintah sang Dewi, Dad?” tanya Rie.

 “Yes.  Shaenette akan menjadi bagian dari kita dan kamu harus menjaganya sesuai perintah sang Dewi.”

Rie mengangguk paham. 

 “Besok ia akan terbangun. Jadi, tolong siapkan kamar untuknya dan pakaian untuk princess kita,” kata Afroid. 

Rie mengangguk lagi. 

Lucia melihat Rie, kemudian melihat luka di kakinya itu sudah menghilang. “Lukamu sudah hilang, Rie.”

Rie mengangguk. “Sudah, Mom.”

 “Hati-hati jika ingin keluar castle. Banyak yang ingin memburu kita, termasuk kamu, Rie.” Lucia menasehati anaknya itu.  

Rie mengangguk saja. 

 “Mulai sekarang, jangan pergi jika aku tidak mengizinkanmu.”

 “Baik Mom.”

---OooO---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status