Tiba-tiba, aku merasa terkejut, kedua bola mata Kinan terbuka perlahan. Dia menatapku. Gegas kuhapus air mata yang menetes di kedua pipi.''Kinan, akhirnya kamu sudah sadar,'' ucapku sembari tersenyum menatapnya.''Di mana aku?'' tanya Kinan. Sorot kedua matanya memandang ke seluruh penjuru ruangan picu ini. Kemudian, ia hendak berusaha bangkit. Namun, gagal.''Sekarang kamu berada di Rumah sakit, Kinan. Kamu barusaja melakukan tindakan operasi secara Caesar,'' jelasku memberitahunya.Seketika, raut wajah Kinan tersenyum. Aura kebahagian terpancar dari sudut wajahnya.''Lalu, bayiku mana? Apakah dia sehat? Laki-laki atau perempuan?'' tanyanya antusias. Aku tersentak mendengar ucapannya. ''Setya, ada apa? Jawab pertanyaanku!'' Kinan membentak. Mulutku kelu seakan tak kuasa memberitahu yang sebenarnya bahwa janin yang di kandungan Kinan sudah meninggal dunia. Tetapi, jika aku tak mengatakan Kinan pasti akan nekad.''Bayi kamu ... sudah meninggal dunia, Kinan.'' Ucapan itu, akhirnya kel
''Setya, apakah aku salah mengharapkan janinku kembali? Selama aku mengandungnya, aku sangat menyayangi. Tetapi, kenapa Tuhan mengambilnya, padahal belum sempat aku melihat wajah dan merawat anakku sendiri,'' lirihnya. Air matanya tak berhenti menetes."Anak hanya titipan Kinan, kapan pun bila Tuhan berkehendak pasti akan kembali. Kita harus sabar, ikhlas menghadapi cobaan. Kamu harus kuat dan sembuh. Perjalanan hidupmu masih panjang.'' Aku berucap kembali. Seketika Kinan terdiam. Dia tak menangis kencang seperti tadi. Nampaknya ia mulai berusaha meredakan rasa sedih dan amarahnya. Aku yakin, Kinan adalah wanita kuat, ia mampu melewati cobaan buruk menjadi bersinar kembali.Perlahan, aku mengusap air mata yang menetes di kedua pipinya. Kinan begitu tenang sekarang. Aku tersenyum melihatnya yang nampak tegar. Tak lama berselang, Kinan meminta izin untuk terlelap hingga kondisinya kembali stabil.***Jam di pergelangan tangan telah menunjuk ke arah pukul 05:15 WIB. Waktu telah hampir m
Apakah ini adalah akhir dari ceritaku? Entahlah, aku bingung, kenapa hingga sekarang Kinan belum siap menerima aku untuk menjadi laki-laki terakhir di hatinya.''Setya, kamu kenapa?'' tanyanya sembari menepuk pundak membuatku tersadar. ''Ah, tidak! Hmm ... aku izin ke toilet sebentar, ya, Kinan. Perutku mulas.'' Tanpa mendengar jawabannya aku lantas berdiri dan berlari kecil menuju toilet umum. Baru sekarang aku pergi meninggalkan Kinan. Aku terpaksa meninggalkannya dan berkata bohong, padahal sebetulnya aku tak benar-benar ingin pergi ke toilet.Langkah kakiku sekarang terhenti, aku duduk di taman belakang rumah sakit. Nampak banyak sekali orang yang berlalu larang orang melangkah dan sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Pun denganku. Sekarang, aku sendiri bingung akan perasaan ini. Apakah aku sanggup pergi meninggalkan Kinan dan melupakan tentang apa yang sudah pernah kami lalui? Saat ini, aku hanya bisa menarik nafas gusar, entah kejadian apalagi yang akan menantuku nantiny
PoV KinanHari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagiku, selepas semuanya kejadian yang terjadi sebelumnya akhirnya bisa dilalui dengan suka cita, canda tawa dan bahagia. Selepas sebulan lalu aku di operasi, saat ini aku hanya bisa beraktivitas di rumah. Apalagi luka jahitan yang membekas masih terasa sangat ngilu. Masih terbayang jelas diingatanku ketika menatap sendiri bayi mungil yang barusaja aku aku lahirkan dengan bantuan para medis. Semoga saja bayiku tenang di alam sana. Aku yakin, saat ini bayiku tenang bahagia berada di pangkuan sang maha pencipta.Saat ini, aku tengah berada di rumah. Rumah sederhana yang sekarang sudah menjadi tempat tinggalku seorang diri. Terkadang, Setya yang selalu menemaniku. Tanpa dia aku sama sekali nggak bisa melakukan apapun.''Kamu mau makan, Kinan?'' tanya Setya.Aku menggeleng. ''Aku belum lapar, Setya.''''Kalau begitu kamu mau apa? Aku buatkan sekarang?'' tanyanya perhatian.Aku tersenyum senang menatapnya.''Aku hanya ingin kamu ber
RAHASIA SUAMIKU''Sayang ... pagi ini Mas akan berangkat ke luar kota. Selama Mas tidak ada di rumah, kamu jangan kemana-mana, ya.'' Mas Reza mengecup keningku dengan penuh lembut.Aku mengangguk, ''Baik Mas, aku tidak akan kemana-mana. Paling hanya keliling komplek saja, atau berbelanja. Tapi aku harap Mas pulangnya jangan lama-lama, ya. Jika sudah selesai tugasnya langsung pulang. Soalnya aku tidak mau terus-terusan jauh dari kamu. Di rumah ini 'kan tidak ada siapa-siapa lagi,'' ujarku pada Mas Reza.''Mas tidak akan lama kok, hanya dua minggu saja. Setelah itu Mas akan langsung cepat-cepat pulang jika pekerjaan di luar kota sudah selesai,'' lirihnya. ''Ya sudah, kamu hati-hati ya di jalan. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan.'' Aku memperingati, karena sangat khawatir Mas Reza kenapa-napa.''Pastinya aku akan selalu ingat nasihat kamu, Sayang. Kamu juga jangan sampai telat makan dan harus jaga kesehatan, ya. Mas berangkat sekarang.'' Mas Reza mengulurkan tangan, aku segera menc
Subcribe cerita ini ya, sebelum membaca💖RAHASIA SUAMIKU (2)Aku melangkah cepat ingin mengetahui siapa gerangan yang telah mengirim pesan misterius padaku, sampai pada akhirnya aku telah sampai di sebuah taman minimalis. Terlihat seorang lelaki tengah duduk santai sembari menatap pancoran air yang mengalir. 'Apa dia yang mengirim pesan padaku barusan? Tapi sepertinya aku mengenali pakaian yang ia kenakan, sepertinya ... tubuh lelaki itu sangat mirip dengan lelaki yang mengambil ponsel suamiku di ruang kerja.' gumamku dalam hati.Aku mencoba menelepon ke nomer si pengirim pesan, namun nyatanya nomer itu sudah tidak aktip. Dilihat lagi lelaki itu masih tetap duduk terdiam, seperti tengah merenungkan sesuatu yang ada di pikirannya. Dalam hati aku begitu takut, karena aku tak tahu siapa dia, bagaimana jika lelaki yang duduk itu benar si pengirim pesan dan ia hendak akan melakukan tindak kejahatan padaku?Tapi aku masih penasaran, si pengirim mengatakan bahwa ia mengetahui rahasia yang
RAHASIA SUAMIKU (3)''Tunggu!'' ucapnya menghentikan langkah, tubuh ini enggan untuk berhadapan kembali dengannya.Tiba-tiba ... suara langkah kaki mendekat dan berada tepat di belakangku. Lalu, sebuah tangan kekar menyentuk lengan kananku.''Kinan, aku minta kamu pisah dengan Rizal, karena aku tidak ingin kamu terus-terusan dibodohi olehnya. Rizal itu bukan lelaki yang baik, ia penjahat kelas kakap. Sudah banyak sekali korban yang menderita karena ulah suamimu.'' ucapnya meminta.Plak!''Jangan pernah mengatakan bahwa suamiku penjahat, dia suami yang baik, bertanggung jawab. Bisa jadi kamu yang jahat, baru kali ini bertemu tapi sudah memberitahu kabar yang sama sekali tidak benar adanya. Apa kamu mau dijebloskan ke penjara dengan tuduhan pencemaran nama baik?'' ucapku mengancam, ia malah menyunggingkan senyuman.''Kita memang baru pertama kali bertemu, aku hanya takut saja ada korban baru yang nantinya akan menjadi gila karena suami penjahat itu. Ingat Kinan, asal kamu tahu, dia itu
RAHASIA SUAMIKU (4)''Rupanya kamu berada disini, saya kira sudah tenggelam dari bumi ini,'' ucapnya acuh mendelikkan sebelah matanya.''Maksud anda apa apa ya? Datang-datang sudah seperti orang kesetanan saja. Lagi pula ada perlu apa datang ke rumah ini?'' tanyaku tak suka dan langsung menghampiri sembari menyilangkan kedua tangan di dada.Dia adalah Mona, mama tiriku. Sejak usiaku menginjak lima belas tahun aku hidup dengan wanita jahat ini. Namun, sewaktu usiaku berumur tiga belas tahun aku sudah tidak mempunyai kedua orang tua kandung karena mereka mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa dan semuanya terungkap ketika usiaku menginjak delapan belas tahun. Ternyata dalang dari sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuaku adalah Mama tiriku sendiri.Dulu, sebuah bukti telah kudapatkan, tapi nyatanya polisi enggan untuk mengusut kasus kecelakaan secara tuntas dan membuat perasaan sakit hati membuncah karena perbuatannya.''Saya datang ke sini ingin meminta suatu imbalan