Share

Bab 3 Penolong Danastri

last update Huling Na-update: 2025-07-21 09:07:02

Dan pembicaraan itu pun terjadi. Bagas, Vero dan Genta merencanakan aksinya. Mereka menggunakan Dinara sebagai umpan untuk mengusir Danastri dari rumah warisan Daru.

Mereka sudah menyiapkan dengan matang dan tepat sasaran. Dinara sengaja membuat ribut di lantai atas karena masalah gaun yang dimiliki Danastri. Dinara merebut gaun itu dengan paksa. Dinara berpura-pura jatuh seolah Danastri yang mendorongnya.

"Dasar anak kurang ajar! Kau sungguh keterlaluan, Danastri!" Vero sang ibu berteriak marah.

"Selama ini Dinara tak pernah menganggumu. Lihat perbuatanmu membuat dia pingsan. Apa kau tidak tahu dia memiliki jantung lemah?" Sang ayah pun Bagas tak kalah marahnya.

"Bukan aku, Yah. Dinara jatuh sendiri," sahut Danastri membela diri tanpa tangisan.

"Bagaimana bisa dia jatuh sendiri? Jangan mengada-ada!" Sang kakak Genta pun ikut-ikutan menuduhnya.

"Sudah untung kami menampungmu di sini. Sekarang kamu semakin keterlaluan. Detik ini keluarlah dari rumah ini! Kau bukanlah bagian dari keluarga Wirajaya!" Bagas mengusirnya. Ketiga orang di sana tersenyum puas.

Danastri tahu ini adalah permainan mereka yang sengaja mengusirnya. Danaastri tak bodoh, dia bukan gadis penuh drama seperti Dinara yang menangis dan emosi. Dia menyunggingkan senyum.

"Baik. Jika itu yang kalian inginkan. Aku akan pergi dari sini. Ambil saja semua warisan tersebut sesuai keinginan kalian, tetapi jangan ambil mobil dan apartemen yang dibeli kakek atas namaku," kata Danastri menatap tajam ketiga orang tersebut.

"Oh silakan. Kedua hal itu tak penting bagi kami," jawab Vero mendekati Danastri lalu mendorong tubuh Danastri dengan jarinya.

"Jangan sentuh dia, Bu. Kena kesialannya bisa bahaya," celetuk Genta diikuti tawa sang ayah.

"Pergilah sekarang. Kami sudah bosan dan muak melihatmu berada terus di rumah yang seharusnya milik putri kandung kami," timpal sang ayah.

Danastri tak banyak bicara. Dia langsung naik ke kamarnya untuk mengambil beberapa pakaian lalu uang di brankas dan kunci apartemen. Seolah tahu akan adanya peristiwa ini, sang kakek sudah menyiapkan semuanya sebelum meninggal.

"Nona, mau ke mana? Ini sudah malam," ujar Sumiati mencegah majikan kesayangannya pergi.

"Mereka memintaku untuk pergi, Bi. Tidak apa-apa, Bi. Lagipula aku pun bukan putri kandung mereka," kata Danastri lirih sembari melihat wanita tua yang selama ini menjadi ibu baginya.

"Lalu di mana nona akan tinggal?" Ada raut kecemasan diri Sumiati, karena dia terus mengingat pesan sang tuan besar jika dia harus menjaga Danastri.

"Aku akan tinggal di apartemen yang dibelikan kakek, Bi. Bibi harus mengunjungi aku nanti ya."

Danastri memeluk wanita kesayangannya itu sebelum dia melangkah keluar dari rumah yang menjadi tempat bernaung. Rumah yang tak pernah dia isi dengan kebahagian.

"Oh ya aku akan menghubungi Julius. Bukankah dia pernah bicara mau membantuku jika pindahan ke apartemen?"

Julius sahabat masa kecilnya. Sahabat yang tak pernah pergi darinya saat semua orang di sekolah menjauhinya, sahabat yang selalu mendengarkan curhatannya. Julius adalah sahabat sekaligus saudara bagi Danastri.

Namun malam itu saat di tengah kesadarannya mulai menipis akibat kecelakaan, dia mendengar dua sosok yang dia kenali dari suara. Perkataan yang menyesakkan. Suara Julius dan sang kakak bergema di telinganya.

["Mas Genta harus membayarku sehabis ini. Bukankah Mas yang menyuruhku untuk membuat rem mobil Danastri blong."]

["Urusan itu mudah. Selain uang, kamu pun akan diangkat jadi pengacara di perusahaan Wirajaya,"]

Mereka tertawa bersama lalu pergi meninggalkan Danastri yang tengah sekarat dan bau bahan bakar mobil tercium menyengat. Danastri tahu tak ada yang menolong. Tak akan ada Julius yang mengulurkan tangannya kini.

Hingga tanpa dia sadari suara pintu mobil dibuka paksa dengan langkah kaki tergesa di tanah becek lalu remasan tangan hangat menggenggam pergelangan tangannya.

***

"Apa kata dokter yang menanganinya, Rif?" Seorang pria duduk di kasur rumah sakit dengan tangan kanan berbalut perban.

"Yang mana maksudmu, Dipa? Dirimu atau gadis itu yang kau tanyakan?"

"Apa perlu aku ulang pertanyaanku?" Ditatapnya sang sahabat. Sorot matanya menunjukkan dia tak suka menerima jawaban bertele-tele.

"Dia dalam kondisi mengenaskan. Kepalanya terbentur hebat di dasbor mobil dan tangan kirinya terkena pecahan kaca. Sekarang dia dirawat di kamar sebelah."

Keberuntungan berada di pihak Danastri. Putra sulung keluarga Jayanatra melihat kejadian itu. Dia segera memanggil anak buahnya demi menyelamatkan gadis itu. Dia menggendong sebelum mobilnya meledak.

"Sekarang apa yang kita harus lakukan, Dipa?" Arif mendekat dan duduk di samping Widipa.

"Sembunyikan dan jauhkan dia dari siapapun. Buat seolah-olah dia korban kecelakan dan meninggal. Jangan sampai keluarganya tahu jika dia masih hidup," ujar Widipa bersuara tegas.

"Boleh aku tahu kenapa kau begitu antusias dengan gadis yang jelas bukan anak kandung keluarga Wirajaya?"

Arif penasaran karena Widipa mau menolong Danastri. Di mata orang luar, Widipa terkenal dingin seperti es yang membeku. Tak banyak bicara dengan sorot matanya datar dan kalimat yang diucap terdengar pedas.

"Kelak kau akan tahu. Sekarang lakukan saja perintahku," ucap Widipa melihat Arif yang santai jika tak bertugas.

"Bisa tunggu sebentar. Karena kau membangunkanku di pagi buta membuatku lapar. Lagipula ada dua anak buahku yang menjaga di depan pintu," sahut Arif sembari memakan bolu pandan.

"Ya ... baiklah aku pergi sekarang. Dasar tak punya perasaan."

Widipa tak suka membuang waktu. Baginya satu detik pun sangat berarti baginya. Bahkan saat anak buahnya tak menjalankan tugas tidak becus, dia tak segan menghukumnya.

Widipa meringis sedikit ketika tangan kirinya terkena pecahan kaca saat menggendong Danastri keluar dari mobilnya. Tak ingin berlama-lama di ruang rawat inap dia segera mengganti pakaian dan berjalan keluar.

Langkah kakinya menuju ruang sebelah. Dua penjaga menunduk hormat dan membukakan pintu untuknya. Perlahan Widipa mendekat, dia memerhatikan Danastri yang belum sadarkan diri.

"Aku sudah mengawasi keluargamu sejak dulu. Memerhatikan gerak gerik kalian," kata Widipa bicara sendiri.

"Keluargamu ah ...aku lupa jika mereka bukan keluarga kandungmu, bukan?"

Diam-diam sejak pertemuan bisnis singkat di sebuah konferensi bisnis di hotel dan tak sengaja dia melihat sosok yang mengalihkan perhatiannya. Danastri sedang bermain bersama anak-anak dari rekan bisnisnya.

Gadis itu dan anak-anak tertawa gembira, tetapi saat mata mereka beradu. Widipa tahu di balik senyum gembira dan cerianya gadis tersebut memiliki tatapan yang menyiratkan kesedihan.

"Lunara Danastri Wirajaya, bangunlah. Balas dendammu pada mereka. Aku akan membantumu menghancurkan mereka." Bisikannya terdengar dingin dan menghujam.

"Jangan biarkan mereka menghancurkanmu. Ayahmu termasuk orang yang paling pertama harus kau habisi."

"Jangan sisakan satupun keluarga Wirajaya hidup terutama putri kandungnya."

Widipa diam sejenak sembari mengepalkan tangannya karena dia memendam amarah terhadap Bagas Wirajaya ayah dari Danastri. Tak akan ada pengampunan baginya dan dia akan menggunakan Danastri sebagai alat. Bukankah sama-sama menguntungkan?

"Sampai jumpa di lain hari, Danastri."

Tanpa senyuman Widipa segera meninggalkan ruang rawat inap. Dia mendapat pesan dari sang ayah jika ada surat penting yang harus dia terima dari seorang pria tua bernama Daru.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 7 Hadiah Dari Seseorang

    "Sudah sadar? Merepotkan sekali dirimu." Belum sepenuhnya sadar dari pingsannya, Danastri harus mendengar ocehan kekesalan dari sahabatnya. Mata gadis itu terbuka pelan dan melihat Julius duduk bersidekap dengan wajah terlihat marah. "Kenapa kau menolongku dan membawaku ke rumah sakit?" tanya Danastri lemah sembari bangun dan menyandarkan kepala di sisi ranjang. "Itu karena bibi Sumiati terus meneleponku hanya untuk membawamu ke rumah sakit. Apa pelayan-pelayanmu tidak bisa melakukannya sendiri?" Julius terus mengomel seraya bangkit dari tempat duduknya. "Maafkan mereka, Julius. Mereka hanya tahu dirimu yang menjadi sahabatku selama ini." Ditatapnya Julius dengan lembut hingga membuat pemuda itu tampak bersalah. "Baiklah aku akan pulang dan jangan pernah menghubungiku lagi kalau kau sakit atau hal apapun. Kau sudah dewasa bukan anak kecil," gerutu Julius mengambil jaket hendak pergi.

  • RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 6 Kisah Danastri

    [ Kisah Danastri di Masa Lalu ]Sejak kedatangan Dinara, kedua orang tua serta sang kakak lebih memerhatikan gadis itu. Semua permintaan dipenuhi bahkan merebut barang Danastri tak dipermasalahkan oleh Bagas maupun Vero.Danastri tahu diri dan selalu mengalah. Mereka menempuh pendidikan di sekolah yang berbeda, Dinara bersekolah di tempat elit agar Dinara bisa berteman dengan anak-anak para petinggi. Namun hal yang tak diketahui mereka, Danastri bersekolah di tempat para anak pandai yang memiliki IQ di atas rata-rata. Semua itu karena sang kakek Daru ikut andil.Daru Wirajaya tak pernah mengakui dan percaya jika Dinara yang ditemukan Bagas di panti asuhan luar kota adalah cucu kandungnya yang tertukar. Meski sudah ada keterangan tes darah, hati kecil Daru tetap mengakui Danastri cucu kesayangannya.Danastri hanya mendapatkan limpahan kasih sayang dari sang kakek. Dinara iri dan cemburu, karena dia tak bisa merasakan kedekatan dengan sang kake

  • RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 5 Dia Harus Menjadi Milikku

    Mobil hitam keluaran terbaru milik keluarga Wirajaya melintasi gerbang rumah peristirahatan mereka. Dari jendela belakang, Dinara menatap ke luar dengan dagu terangkat. Ia baru saja pulang dari pesta sosialita—yang lebih banyak diisinya dengan menyindir dan menjelekkan seseorang.Sopir keluarga segera membuka pintu mobil cepat agar tak kena imbas kemarahan sang nona besar. Dinara akan marah jika sopirnya lama melakukan tugasnya untuk mengantar atau menjemput dirinya ke manapun.Dinara tak pernah menghargai semua tugas yang dikerjakan pelayan di rumahnya hanya karena dia putri pewaris yang harus dihormati dan diperlakukan layaknya tuan putri kerajaan. Tindakannya tersebut membuat para pelayan tak menyukainya."Lama sekali sih buka pintunya? Pada ke mana saja kalian ini?""Maaf Nona Dinara, kami berdua sedang membersihkan kamar nona," ucap salah satu pekerja dari dua pekerja yang melayani Dinara."Dasar pembantu tak becus. Miskin pula," sahutnya sambil mendengkus kesal.Pintu harus dibu

  • RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 4 Terima Kasih Menolongku

    Sudah dua minggu lamanya Danastri dirawat di paviliun Jayanatra. Luka di kepalanya dijahit oleh dokter keluarga. Luka di tangannya mulai membaik meski kadang Danastri dihantui mimpi buruk.Jika mimpi buruknya datang Danastri demam. Setiap kali demamnya kambuh, Widipa selalu duduk di sampingnya dan ketika Danastri terbangun, pria itu sudah menghilang seperti bayangan.Di hari kelima kedatangannya di paviliun yang terletak di daerah pebukitan, Danastri tersadar dan terkejut mendapati dirinya berada di tempat yang asing. Para pekerja bungkam saat dia bertanya."Siapa yang menolongku?" Dia bertanya pada seorang pelayan wanita muda yang merawatnya selama ini."Tuan muda kami, Nona. Dia menemukan anda di dasar jurang lalu membawa anda ke sini," jawabnya tenang sembari menyiapkan obat untuk Danastri."Boleh aku menemuinya?" tanya Danastri yang ingin mengucapkan rasa terima kasihnya."Tuan muda sedang tidak ada di sini, Nona. Lebih baik anda fokus pada penyembuhan. Jika anda membutuhkan saya,

  • RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 3 Penolong Danastri

    Dan pembicaraan itu pun terjadi. Bagas, Vero dan Genta merencanakan aksinya. Mereka menggunakan Dinara sebagai umpan untuk mengusir Danastri dari rumah warisan Daru.Mereka sudah menyiapkan dengan matang dan tepat sasaran. Dinara sengaja membuat ribut di lantai atas karena masalah gaun yang dimiliki Danastri. Dinara merebut gaun itu dengan paksa. Dinara berpura-pura jatuh seolah Danastri yang mendorongnya."Dasar anak kurang ajar! Kau sungguh keterlaluan, Danastri!" Vero sang ibu berteriak marah."Selama ini Dinara tak pernah menganggumu. Lihat perbuatanmu membuat dia pingsan. Apa kau tidak tahu dia memiliki jantung lemah?" Sang ayah pun Bagas tak kalah marahnya."Bukan aku, Yah. Dinara jatuh sendiri," sahut Danastri membela diri tanpa tangisan."Bagaimana bisa dia jatuh sendiri? Jangan mengada-ada!" Sang kakak Genta pun ikut-ikutan menuduhnya."Sudah untung kami menampungmu di sini. Sekarang kamu semakin keterlaluan. Detik ini keluarlah dari rumah ini! Kau bukanlah bagian dari keluar

  • RAHASIA WASIAT PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 2 Putri Yang Tersingkirkan

    Hidup gadis berkacamata tipis itu tidak seindah seperti bayangan para tetangga di sekitar rumahnya. Sejak masih kecil, dia merasa terasing di keluarganya sendiri. Awalnya dia tidak pernah tahu alasan kedua orang tua dan sang kakak enggan peduli padanya.Lunara Danastri Wirajaya nama yang disematkan dan hanya sang kakek dari pihak sang ayah yang memberi nama saat dia terlahir di dunia. Kasih sayang dan perhatian hanya Danastri peroleh dari sang kakek juga beberapa pelayan di rumah megahnya termasuk pengasuh yang merawatnya ketika bayi.Danastri tak pernah mendapatkan perhatian maupun kasih sayang. Kedua orang tuanya cuek, tak banyak bicara dan sering meninggalkannya bersama pelayan ketika mereka pergi untuk berdinas. Sedangkan sang kakak laki-laki pun sama. Hingga suatu hari dia memahami alasan kedua orang tuanya."Mulai sekarang Dinara akan tinggal bersama kita," ujar sang ayah dengan suara tegas."Kita sudah menceritakan kepadamu mengenai Dinara, bukan? Jadi kamu akan memiliki saudar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status