Arya mengacak rambutnya asal, saat ini dia dkk sudah berada di apart tempat dia dan rania tinggal. Sayangnya apart nya kosong, tidak ada rania didalamnya. Istrinya yang dia fikir sudah pulang ternyata salah, istrinya tidak berada di apartnya.
" Bangsat, ini semua gara gara lo rev. Kalo aja gue ga ngikutin saran lo, mungkin rania ga akan salah faham kaya gini." Arya menarik kerah baju yang revi kenakan sedikit lagi tangannya akan mengenai pipi mulus temannya jika ardan tak menghalangi niatnya.
" Lepas ya." Ardan berusaha melepas cekalan tangan arya pada kerah revi yang lumayan kuat sehingga membuat revi terbatuk karenanya.
" Uhuk uhuk, lee paash uhuk yaa."
" LEPAS BANGSAT."
" Apa hah? Ini semua juga salah kalian. Kalo aja kalian ga nahan gue buat ngejar rania, mungkin sekarang dia udah ada di apart sama gue."
" Lo juga salah ya, kalo aja lo ngikutin alur rencananya rania ga akan salah faham. Lo sendiri yang mau ngobrol sama karina. Revi ga salah, dia cuma nyuruh lo nyelidikin karina bukan berangkat promnight sama dia apalagi sampe nolongin dia yang mau jatoh, sejak kapan lo peduli sama orang hah! Mikir bangsat lo yang paling salah disini." Raka berkata dengan nafas yang memburu, dia kesal dengan sikap arya yang kekanakan.
" STOP, STOP UDAH! Mending kita cari rania sekarang." Aurel tak habis fikir dengan arya yang mengamuk tidal jelas dari tadi, bagaimana bisa dia marah pada temannya padahal dia yang salah.
" Kita cari besok."
" Bangsat lo dan, istri gue disana sendirian."
" Gue yakin rania aman, ini demi keselamatan kita. Diluar masih hujan, ada aurel juga. Kalian semua butuh istirahat. Besok ya, kita cari sama sama."
Arya menghela nafas panjang sebelum mengangguk lemah, sebenarnya dia ingin mencari istrinya sekarang tapi hujan diluar terlalu deras ditambah suara petir yang bersautan terdengar dengan nyaring.
..
Rania mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang mengintip celah gorden memasuki kamar. Perlahan namun pasti mata dengan bulu mata lentik itu kini terbuka sepenuhnya, mengumpulkan kesadaran dia memegang kepalanya yang sedikit berdenyut.
" Awsh kenapa pusing banget si."
Tunggu, rania mengingat peristiwa yang menyebabkan dia berlari dan berakhir tak sadarkan diri. Kini matanya menjelajah kamar yang sedang dia tempati dan berhenti pada piama yang sedang dia pakai. Rania meremas piama tersebut, siapa yang mengganti pakaiannya? Seingatnya terakhir dia memakai dress Navy selutut dan sekarang kenapa sudah berganti menjadi piama. Rania meremas rambutnya pelan.
" Ini gue dimana anjir."
Ceklek
Matanya memandang pintu yang dibuka dari luar dan matanya membola mendapati Zeko yang berjalan masuk dengan nampan yang berisi sarapan di tangannya.
" Lo udah bangun?"
Rania diam, matanya memandang zeko meminta penjelasan.
" Gue ga sengaja nemuin lo pingsan dijalan dalam keadaan basah kuyup, jadi gue bawa lo kesini."
" Jangan bilang lo yang gantiin baju gue." Rania memandang zeko dengan mata yang melotot seakan ingin keluar. Bukan takut, zeko malah tertawa.
" HahahaAnjir komuk lo, gue pengennya gitu ran. Tapi gue takut khilaf. Makanya bibi yang gantiin baju lo."
" Fyuh, aman."
" Sarapan ran, nanti gue anter balik."
" Thank's ya ko udah mau bantu gue." Ucap rania tulus.
" Anything for you ran." Apapun buat lo, kalopun lo nyuruh gue jadi ayah buat anak lo gue akan senang hati nurutin kemauan lo. Sayangnya kalimat itu hanya bisa zeko ucapkan dalam hati.
..
Jalanan pagi ini terlihat sepi, hanya ada beberapa muda mudi yang sedang berlari pagi. Di jam sepagi ini Arya dkk sudah menyusuri jalan untuk mencari rania, sebenarnya mereka keberatan karena memang jam baru menunjukan pukul 6 pagi. Tapi apa daya, keputusan arya tidak bisa diganggu gugat.
" Cari kemana lagi ya?"" Pencar aja."
" Oke. lo , Raka sama kavi sebelah timur. Gue sama Ardan bagian barat. Kalo ada apa apa langsung kabarin gue."
" Oke ya."
Sebenarnya arya juga bingung, kemana dia akan mencari rania nya? Karena tidak ada satupun petunjuk yang istrinya tinggalkan. Bahkan handphone istrinya ternyata tertinggal di apart mereka. Arya tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada istri dan anaknya.
..
" Biar gue anter lo balik ran."
" Gue balik sendiri aja ko." Sudah tiga kali Zeko menawarkan ingin mengantarnya pulang, tapi sudah tiga kali juga ia menolaknya. Bukan tanpa alasan rania menolak tawaran zeko, pasalnya dia tidak mau arya salah paham kepadanya.
" Huft, yaudah lo hati hati dijalan. Kalo ada apa apa kabarin gue ya."
" Hem, sekali lagi makasih ya ko."
" Sama sama, yuk gue anter kedepan sampe lo nemu taksi."
Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya rania mendapatkan taksi untuk pulang. Tadinya jika lima menit lagi taksi tak kunjung datang dengan terpaksa rania akan menyetujui ajakan zeko untuk mengantarnya pulang. Untung ada taksi, fikirnya.
" Gue duluan ya ko, sekali lagi thank's."
" Yo sama sama, hati hati ya." Zeko melambaikan tangannya seiring dengan taksi yang sudah berjalan jauh.
Sebenarnya zeko ingin menanyakan tentang pingsannya rania kemarin malam, tapi melihat rania baik baik saja membuatnya lupa menanyakan perihal tersebut.
..
" Ga ketemu ya."
" Kita udah cari ke daerah timur tapi gada."
" Balik aja, siapa tau rania udah ada di apart."
Arya menghela nafasnya pelan, tangannya perlahan memijit keningnya yang terasa berdenyut. Sudah hampir 3 jam mereka mencari keberadaan rania tapi nihil, istrinya tidak ditemukan.
" Apart."
Mereka mengikuti arya yang sudah terlebih dulu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di apart mereka langsung menghela nafas lega karena mendapati rania yang sedang menonton tv dengan baju santainya, jangan lupakan bungkus cemilan yang berjejer di mana mana.
Tanpa menunggu waktu lama, arya menghampiri rania dan langsung mendekapnya seraya menggumamkan kata maaf berkali kali.
" Maaf." Arya mengecup kening istrinya lama, tanpa memperdulikan jika sekarang mereka tengah menjadi tontonan para jomblo.
" Anjir, Pulang ajala gue."
" Bisa bisanya pamer uwwu depan jomblo."
" Makanya punya pacar."
Rania melepas paksa pelukan arya, dan langsung memfokuskan diri ke arah tv yang sedang manayangkan si Botak doang tapi ga kanker.
" Kita perlu bicara." Arya memandang teman temannya yang langsung dipahami oleh semuanya. Mereka meninggalkan pasangan suami istri yang akan memulai peperangan.
" Tatap gue ran, lo kira si botak lebih ganteng dari gue apa?"
" Percuma ganteng kalo tukang selingkuh."
" Gue ga selingkuh ran."
" Iyain."
" Waktu itu karina mau jatoh, kebetulan jatohnya didepan gue jadi gue refleks meluk dia. Itu gada unsur sengajanya, gue-."
" Apaansi lo, lo fikir gue mau tau? Terserah lo mau kaya gimana. Itu urusan lo, gue gaberhak ngatur apapun tentang lo." ya, setelah rania berfikir dia memang tidak berhak mengatur arya karena alasan utaman arya menikahinya hanya karena kasihan bukan karena cinta jadi dia harus menyadarkan dirinya untuk tidak berlaku berlebihan kepada arya.
" Kenapa ngomong gitu hm? Lo berhak ngatur gue, lo istri gue. Selagi itu baik gue juga bakal nurut sama lo." Arya menggapai tangan rania dan mengelusnya pelan.
" Basi tau ga ya."
" Intinya gue minta maaf."
" Gada yang perlu dimaafin."
" Yaudah bagus kalo gitu."
" Isss kenapa si cowo gapernah peka hiks hiks."
Arya membulatkan matanya, bagaimana bisa mood istrinya berubah dalam hitungan detik, bukankah tadi istrinya itu bersikap cuek padanya? Lalu kenapa sekarang? Arghh arya lupa jika istrinya tengah mengandung anaknya.
" Sstt cup cup, maaf maafin daddy ya mommy." arya menepuk nepuk pantat rania dengan gemas sesekali meremasnya, lumayan rezeki nomplok.
" Hiks hiks jahat, gapeka huaaa hiks."
" Mau apa hm?"
" Mau makan, laper. Gada makanan hiks."
" Anak daddy mau makan apa hm?"
" Mau sate, chicken, roti bakar, es buah, jus melon sama ketoprak." Rania mendongakkan wajahnya sehingga sekarang wajahnya sejajar dengan arya, dia memandang arya dengan mata bulatnya yang berair, hidungnya yang memerah dan bibirnya yang melengkung kebawah.
Cup
Arya mengecup sudut bibir istrinya, arghh kenapa bini gue gemesin banget anjir.
" Isss kurang lama."
" Hah?"
" Cium nya kurang lama."
" Katanya mau ma-."
Sebelum arya menyelesaikan ucapannya rania sudah terlebih dulu menciumnya, ciuman amatir yang membuat arya gemas sendiri merasakannya. Dengan tangan yang sudah berada di tengkuk rania, arya menarik nya untuk mempersempit jarak mereka, dan tanpa aba aba dia mengambil alih permainan. Menyecap bibir atas dan bawah rania secara bergantian karena terlalu gemas arya sampai harus menggigit bibir rania sehingga istrinya itu memekik dengan tertahan.
" Emhh ahs saakit."
Bukannya berhenti, arya malah semakin memperdalam ciumannya dengan lidah yang sudah mengabsen gigi rania arya membisikan kalimat yang berhasil membuat rania menegang.
" Kita lanjutin di kamar."
Arya mengacak rambutnya asal, saat ini dia dkk sudah berada di apart tempat dia dan rania tinggal. Sayangnya apart nya kosong, tidak ada rania didalamnya. Istrinya yang dia fikir sudah pulang ternyata salah, istrinya tidak berada di apartnya. " Bangsat, ini semua gara gara lo rev. Kalo aja gue ga ngikutin saran lo, mungkin rania ga akan salah faham kaya gini." Arya menarik kerah baju yang revi kenakan sedikit lagi tangannya akan mengenai pipi mulus temannya jika ardan tak menghalangi niatnya. " Lepas ya." Ardan berusaha melepas cekalan tangan arya pada kerah revi yang lumayan kuat sehingga membuat revi terbatuk karenanya. " Uhuk uhuk, lee paash uhuk yaa." " LEPAS BANGSAT." " Apa hah? Ini semua juga salah kalian. Kalo aja kalian ga nahan gue buat ngejar rania, mungkin sekarang dia udah ada di apart sama gue." " Lo juga salah ya, kalo aja lo ngikutin alur rencananya rania ga akan salah faham. Lo sendiri yang mau ngobrol sama karina
Sudah seminggu Zeko berada di Bandung, dia dan teman temannya mewakili sekolahnya mengikuti Turnamen Basket. Seharusnya dua hari lalu mereka sudah bisa pulang, tapi karena ada perubahan jadwal mereka dipulangkan dua hari lebih lama dari perkiraan. Zeko dan teman temannya berhasil meraih juara 2, jika kalian bertanya pemenang utama turnamen tersebut, jawabannya sudah pasti Highstar School. Meskipun bukan Arya dkk yang mewakili sekolahnya tapi anggota lainnya juga cukup mumpuni untuk melawan Moonschool. Saat ini Zeko tengah berada di Bashcamp Lexo, dia memandang langit langit markasnya dengan rokok yang berada diantara telunjuk dan jari tengahnya. Menghisap pelan seraya memejamkan Matanya. "Apa gue bisa rebut lo dari Arya?" "Gimana ya reaksi lo pas tau kalo gue yang salah jebak Arya sama lo." "Tapi gue tertarik buat milikin lo, Rania. Persetan sama lo yang udah hamil anak Arya. Gue bakal rebut lo dari dia." Zeko berkata dengan raut datarnya.
Pagi ini Rania sedang berkutat didapur, menyiapkan sarapan untuk nya dan em suaminya? Ah mengingat semalam pipinya mendadak memanas, dia tidak menyangka akan melakukannya untuk kedua kalinya. Lamunannya terganggu ketika sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya, badannya ditarik sedikit kebelakang sehingga tak ada jarak antara mereka. " Iss ngagetin tau ga " " Hem " arya hanya bergumam sebagai jawaban. " Lepasin dulu tangannya, aku lagi masak " " Gamau " " Lepas dulu sayang " Arya mengerjapkan matanya, dia tidak tuli kan? Rania memanggilnya dengan sebutan sayang. " Coba ulangin " " Apanya? " " Iss tadi kamu bilang apa? " " Apa nya? " Arya tidak menjawab dan malah memeluk Rania semakin kencang, tak lupa bibirnya mengecup leher jenjang yang terpampang jelas dimatanya, karena Rania menggelungkan rambutnya keatas. " Kamu mau godain aku ya? " "
Sore sudah berganti malam, Rania sekarang sedang mencak mencak tidak jelas diruang tamu. Bagaimana bisa arya belum pulang sampai sekarang. Setelah membeli sate untuk rania, arya pamit pergi lagi, karena sedang ada urusan, katanya. Rania hanya mengangguk sebagai ucapan, karena menurutnya dia tidak berhak mengatur arya. Tapi sekarang, bolehkah dia menyesal karena tidak minta arya untuk membawanya. Sungguh, dia bosan sekarang. Rania menghembuskan nafasnya berkali kali, mendudukan diri diatas sofa dengan kaki yang diangkat keatas, tak lupa bibirnya yang manyun dengan mata yang berkaca. " Iss dimana si, ko ga pulang pulang " " Udah tau istri lagi hamil, malah ditinggal sendirian " Rania mengelus perutnya yang berbunyi, dia kembali melanjutkan ocehannya. " Kamu laper ya sayang, sabar ya kita tunggu daddy " " Hikss daddy lama sayang, mamah laper huaa hiks hiks " rania menangis seperti anak kecil ketika pertunya
Hari ini rania memutuskan untuk tidak datang ke sekolah, bukan tanpa alasan dia enggan untuk datang. Pasalnya kelas Xii memang dibebaskan pasca ujian maka dari itu dia memilih untuk tidak datang kesekolah. Rania juga mengabari aurel karena memang semalam mereka melakukan vidio call. Rania tersenyum mengingat kejadian semalam. Flashback on. Jam sudah menunjukan pukul 9 malam tapi rania belum bisa memejamkan matanya padahal rasanya sangat lelah. Karena bosan dia memainkan sosmednya yang memang jarang sekali dibuka, tiba tiba arya datang dengan membawa susu hamil untuknya dan jangan lupakan tangan kiri nya yang juga terdapat laptop. " Nih minum dulu " arya menyodorkan segelas susu yang dibuatnya dan langsung di sambut oleh rania. " Makasih " Setelah nya mereka sibuk dengan kegiatannya masing masing, sampai pada arya yang mengalihkan tatapannya dari laptop ke rania. " Gue mau ngomong " " Apa? "
Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian diparkiran, sekarang tidak ada yang berani mengganggu raina karena memang tidak ada yang mau berurusan dengan anak dari pemilik sekolah, yap siapa lagi jika bukan arya. Jangankan muridnya guru saja sudah lelah memarahi nya tapi yang namanya arya tidak akan pernah kapok membuat ulah. Saat ini apartemen arya yang biasa sunyi kini terdengar ramai, itu semua karena anggota laknatnya yang bertamu sejak sore sampai malam dengan alasan Belajar bersama, karena memang besok adalah hari pertama Ujian kelulusan. " Pulang dah lo pada, pusing gue liatnya. Belajar ngga, rusuh iya. " " Iss pak bos nantilah, masih juga jam 8 biasanya juga kita pulang apa ngga lo ga perduli " revi menjawab dengan mata yang masih terfokus menonton serial boboiboy, tak hanya revi tanpi ardan, kavi dan raka pun sama. Arya memutar matanya malas, dia memejamkan matanya guna menetralisir rasa kesal yang mendera melihat respon temannya, apa