Home / Rumah Tangga / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 180. Melek Matamu

Share

Bab 180. Melek Matamu

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-06-11 17:03:26

Entah pagi yang ke berapa, Asisten Dito datang untuk melihat kondisi Sena. Sudah beberapa hari ini tidak berkunjung dan yang menggantikan pria itu adalah Bibi. Asisten Dito tidak sama sekali datang karena ada pekerjaan keluar kota atas perintah Gama.

Zoya yang sedang hamil muda tak membuat Gama tega meninggalkannya. Gama memilih menghandle semua pekerjaan yang ada di sini. Walaupun harus lembur-lemburan tetapi itu jauh lebih baik dari pada meninggalkan Zoya sendirian.

Mau diajak, tetapi takut nanti Zoya mengeluh, apalagi Zoya tengah hamil muda seperti ini. Pastinya ada saja yang dikeluhkan. Walaupun sampai sekarang cukup baik-baik saja tetapi Gama tentu saja sangat khawatir.

Kini Asisten Dito terdiam memperhatikan wanita yang tengah menunduk dengan rambut berantakan dan pakaian yang telah usang.

Sudah lama Sena tidak berganti pakaian. Terlihat sangat miris dan kasihan sekali persis seperti orang tidak waras yang tak terurus di jalanan. Hanya saja yang membedakan adalah, jika
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
hdeuhh ga abis ahh cape udahan bacanya..ga menarik lg thor.mikir dong klo mau jd penulis.kira2 pembaca bosen ga.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 200. Jangan Buang Aku!

    Zoya terdiam menatap penuh wajah Bibi yang terlihat sangat gelisah. Beliau pun terlihat kecewa tetapi tidak ada kemarahan di sana. Zoya harap, Bibi pun mengerti kenapa suaminya sampai melakukan ini. Hanya saja Zoya pun paham andai Bibi kecewa karena yang dilakukan suaminya tentu saja sangat tidak manusiawi. Namun mengingat kesalahan yang Sena lakukan, tentu saja semua orang ingin Sena jera dan menyesal, kecuali paman Bara yang justru sangat keras menyikapi ini semua. "Tidak ada Ibu yang tidak sedih saat tau putrinya diperlakukan seburuk itu, Zoya. Tentu saja Bibi sangat sedih sekali tetapi Bibi paham kenapa Gama melakukan itu. Tidak apa asal Sena menjadi manusia yang lebih baik lagi. Jangan sampai Sena melakukan hal-hal yang bisa merugikan orang lain. Bibi harap Sena bisa menjadi baik walaupun dengan Bibi malah memusuhi." Zoya justru tambah sedih mendengar jawaban dari Bibi Santi. Dia pun memeluk Bibi Santi dan memberikan kekuatan untuk beliau. Zoya sendiri sampai meneteskan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 199. Jangan Menghalangi!

    "Mas kenapa Sena menyalahkan Bibi dan Paman? Sena tau dari mana? Apa mungkin ..." "Mungkin Dito yang memberitahukannya. Biarkan saja!" "Tapi Mas, kasihan Bibi ..." Zoya terus memperhatikan dengan kedua mata yang memerah. Melihat Sena yang menaruh kebencian pada ibunya sungguh membuat hati Zoya teriris jadinya. Dia yang sudah lama ditinggal ibunya merasakan betul bagaimana rasanya kehilangan tetapi Sena justru terkesan memusuhi orang yang sudah melahirkan wanita itu. "Jika kasihan mungkin sekarang memang sudah waktunya tetapi kesalahan itu sudah sejak lama dipupuk hingga Sena menjadi anak yang pembangkang dan juga nekat. Bukan salah kita! Boleh iba tetapi bukan terus dikasih hati." Zoya mengangguk paham. Paham jika Gama tengah mengingatkan padanya untuk tidak terlalu memberikan hati dan agar lebih berhati-hati juga. Memang Zoya terlalu baik hingga terkadang kebaikannya dimanfaatkan oleh orang lain tetapi kali ini berbeda. Zoya sangat iba melihat Bibi Santi diperlakukan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 198. Nenek Mati

    Santi pun ikut masuk ke dalam mobil setelah Gama memperbolehkan ikut. Itu pun karena bujukan Zoya yang tak mungkin meninggalkan Bibi Santi di sana sendirian. Kedua mata beliau bengkak, terlihat sangat sedih dan juga bingung karena suami beliau yang tiba-tiba pergi. Alhasil Zoya pun berhasil membawa Bibi ikut pulang. Mereka segera menuju rumah besar keluarga Atmanegara dengan mobil Gama yang melaju mengikuti mobil ambulan. Di depan sana mobil ambulan membawa jenazah Nenek. Tadinya Bibi mau ikut mobil itu tetapi Zoya tidak melarang. Kasihan Bibi sendirian di sana sedangkan dia jelas dilarang oleh Gama. Surat-surat sudah komplit dan administrasi pun sudah terselesaikan dengan baik. Semua pun Gama yang mengurusnya hingga tuntas sedangkan di rumah sudah banyak para tamu yang datang melayat setelah tadi Bibi menyebarkan berita kematian Nenek pada ketua RT di sana dan juga tersebarnya kabar dengan mudah dari mulut ke mulut serta media sosial atas nama Atmanegara company. Sampai di

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 197. Pesan Nenek

    "Gama, ingat pesan Nenek!" Secarik kertas bergoyang di tangan Gama yang gemetar. Kabar dari dokter dan juga surat wasiat terakhir yang Nenek berikan membuat semua histeris termasuk Gama yang saat ini kembali menitikkan kedua air mata. Zoya pun segera berlari masuk untuk melihat Nenek bersamaan dengan Santi yang juga segera melihat sendiri bagaimana kondisi Nenek sekarang. Beliau sudah tak bernyawa. Sudah lebih dari lima menit lalu semua alat yang terpasang di tubuh beliau tak lagi menempel membantu. "Nenek!" seru Zoya dengan derai air mata membasahi pipi. Pertemuan yang membingungkan hingga perkenalan yang sudah menarik hati Zoya sangat membekas di kalbu. Sikap Nenek yang baik pun sangat dikenang dan akan tetap diingat selalu. Isakan lirih dari Zoya dan juga Santi yang mana mantu sangat terdengar menyedihkan sedangkan kedua pria yang bergelar keluarga kandung berdiri lemah mematung masih tak menyangka jika beliau berpulang secepat itu. Gama melirik Bara yang kini tertun

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 196. Melek Mata Loe, Bara!

    "Nek jangan bilang begitu! Nenek harus kuat." Zoya memeluk Nenek tetapi beliau seperti kesulitan bernafas dan semakin lama semakin melemah. "Mas! Mas! Nenek, Mas!" pekik Zoya kemudian Gama pun beranjak dan meraih tubuh Nenek. "Nek kuat, Nek! Gama belum bisa membahagiakan Nenek. Bangun! Jangan pergi dulu!" kata Gama yang kemudian memeluk Nenek seraya mengusap kepala beliau. Zoya menangis melihat itu sedangkan Santi dan Bara segera mendekati kemudian meraih tubuh Nenek. Semua panik, Gama juga sudah menitikkan air mata dan Zoya mengusap pundak suaminya untuk menguatkan pria itu. "Nek! Aku mohon." Gama terlihat sangat sedih sekali kemudian menoleh ke arah Zoya. "Sayang panggil dokter sekarang!" perintah Gama dan Zoya segera keluar karena tombol yang menghubungkan pada dokter tak kunjung membuahkan hasil sedangkan Bara dan Santi tidak ada pergerakan sama sekali. Mereka panik sampai dimana Dokter yang Zoya panggil pun segera datang untuk segera memeriksa kondisi Nenek. "Silahkan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 195. Titip Gama!

    "Tapi aku tidak setuju! Bagaimana bisa Ibu meminta keluargaku terusir dari keluarga Atmanegara? Aku pun berhak menjadi anggota dari keluarga itu. Aku justru anak Ibu. Tidak sepantasnya aku yang harus terbuang dan kalah dengan seorang cucu yang baru ditemukan." Bara menunjukkan kembali taringnya. Otaknya entah kemana sampai-sampai Zoya menggelengkan kepala kemudian melirik Gama yang masih diam. "Ibu tidak tau bagaimana sikapnya. Ibu pun tidak tau bagaimana perangainya. Sekarang anakku menjadi korban dan akan bagaimana nanti? Aku dan keluargaku pun akan menjadi korban selanjutnya? Ibu justru mengijinkan kami dibuang olehnya. Apa memang ini rencana Ibu untuk menendang keluargaku dari keluarga Atmanegara?" " Ibu sudah muak denganku. Begitu, Bu? Dengan perantaranya dan dengan mudahnya Ibu meminta dia mengusirku dari keluarga yang sejak dulu aku jaga. Ibu sakit tetapi aku tidak habis pikir jika Ibu justru memintanya untuk mengeluarkanku dari keluarga besarku sendiri." Sontak semua m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status