Ketika Rashva membuka mata, ia sudah berada di dunia itu lagi. Dunia yang indah namun suram. Ia tidak tahu dunia apa itu. Baginya dunia itu adalah dunia mimpi belaka.
“Wah, sampai di sini lagi,” Rashva mencubit tangannya lagi. Terasa sakit.
“Kemana nih si anjing?, kok tidak muncul?” batin Rashva dalam hati.
Rashva memperhatikan, dirinya sedang berada di atas puing-puing sebuah kastil yang melayang-layang di udara. Langit saat itu cerah sekali. Berwarna hijau tosca. Matahari terbenam di ufuk timur.
“Dunia di sini rasanya terbalik semua ya?” bisiknya perlahan.
“Ya, semua memang terbalik di sini,” tiba-tiba terdengar suara yang dalam dan terkesan angker menyeramkan.
“Nah ini si anjing muncul,” tukas Rashva sambil tertawa mangkel.
“Aku bukan anjing. Aku serigala sakti tanpa tanding,” jawab Fenrir penuh kebanggaan.
“Ya tapi tetep aja wajahmu seperti anjing,” seloroh Rashva.
“Hahahaha,” Fenrir ikut tertawa. Sepertinya ia mengerti bahasa yang diucapkan Rashva.
Rashva malah mengalihkan pembicaran. “Kamu kemana saja selama ini? Di saat aku benar-benar membutuhkanmu.”
Fenrir memandangnya dengan dalam. “Aku selalu berada di sampingmu.”
“Lalu kenapa kau tidak keluar saat kupanggil?”
“Karena hidupmu sedang tidak dalam bahaya.”
“Jadi kau baru muncul saat aku sedang benar-benar dalam bahaya?” tanya Rashva.
Fenrir mengangguk.
“Kayak polisi dalam film-film India. Baru muncul kalau filmnya sudah mau abis.”
“Hahahaha,” Fenrir tertawa. “Pada akhirnya aku kan menolongmu. Menghempaskan mereka semua.”
“Kenapa gak dari awal? Kenapa harus menunggu aku sudah mau pingsan baru kau datang?” tanya Rashva sedikit menahan rasa kesal.
“Karena kau harus tahu bagaimana rasanya menjadi orang yang lemah dan tak berdaya,” jawab Fenrir dengan santai.
“Aku sudah menjadi orang yang lemah dan tak berdaya sejak dari lahir. Umur sudah segini, gak perlu lagi diajari bagaimana rasanya menjadi manusia tak berguna,” suara Rashva hampir terdengar seperti teriakan.
“Aku telah mendampingimu sejak hari pertama kau lahir. Tentu saja aku paham dan tahu apa yang kau alami.”
“Nah!”
“Tapi kau belum pernah merasakan perihnya mengalami kekerasan. Sakitnya keadaan hampir mati,” tukas Fenrir dengan suara mendalam.
“Kenapa aku harus mengalami keadaan hampir mati?”
“Karena hanya dengan begitulah kau akan menyadari keadaanmu dan ingin berubah. Sesuai dengan takdirmu!” kata Fenrir.
“Takdir? Memangnya apa takdirku?”
“Kau memiliki garis takdir menjadi satria terkuat. Orang yang akan menyatukan Mirrorverse.”
“Apa itu Mirrorverse? Sejenis alam roh?” tukas Rashva.
“Mirrorverse bukanlah alam roh.”
“Apa itu Mirrorverse? Namanya kok aneh-aneh sih, Mas Bro,”
“Mirror artinya adalah Cermin, Verse dari kata Universe,”
“Oh jadi ini dunia cermin. Mirror World. Sejenis yang ada di cerita Kamen Rider Ryuki itu?”
“Benar sekali. Hampir mirip, tapi ada bedanya juga. Cuma kalau dijelaskan terlalu panjang. Jadi, anggap saja hampir sama.”
“Jadi aku ini calon satria hebat maha tanding kayak di novel online? Lalu bagaimana Mirrorverse bisa ada? Dan kalian ini siapa? Apa yang kalian lakukan di dunia? Mohon jelaskan semuanya!” pinta Rashva dengan penasaran.
“Baiklah. Kurasa kita masih punya banyak waktu. Dengarkan baik-baik.”
Fenrir mulai berkisah, “Dunia Paralel ini ada sangat banyak. Salah satunya ya Mirrorverse ini. Dunia paralel tercipta sejak awal penciptaan semesta. Energi yang besar yang muncul dari big bang, menghasilkan kantong-kantong energi yang kemudian berubah menjadi dunianya sendiri-sendiri,” jelas Fenrir.
Lanjutnya, “Dunia ini berisi makhluknya sendiri-sendiri, dengan segala keunikan dan hukum alam yang berbeda-beda pula. Makhluk di dunia A tidak bisa berpindah ke dunia B, kecuali jika mereka memiliki kemampuan yang sangat tinggi atau tehnologi yang sangat maju.”
“Di dunia yang kau tinggal sekarang, mempunyai hukum alam yang berbeda dengan dunia lain. Di dunia yang kau tinggali sekarang, Tuhan sang pencipta alam membuatkan aturan. Bahwa setiap manusia yang lahir, ia akan didampingi oleh sesosok makhluk lain. Kebanyakan orang menyebutnya Jin Qarin. Jin yang mendampingi sampai manusianya mati.”
“Apa tugas Jin Qarin itu?” tanya Rashva.
“Sebagai pendamping, Jin Qarin akan membisikan kebaikan jika hati manusianya baik. Sebaliknya ia akan membisikkan kejahatan jika manusianya jahat. Jin Qarin dan manusianya sebenarnya saling membutuhkan. Jin Qarin menjaga manusia itu, sebaliknya manusia itu memberikan energi kepada sang Jin.”
“Energi apa?” tanya Rashva.
“Energi dari emosi manusia. Kesedihan, kesenangan, rasa takut, keberanian. Semua perasaan manusia itu adalah energi bagi Jin Qarin.”
“Apakah karena Jin Qarin tidak memiliki perasaan? Oleh sebab itu mereka hidup dengan perasaan orang lain?” tanya Rashva.
“Hahaha. Kau pintar,” jawab Rashva.
“Apakah kau adalah salah satu Jin Qarin?”
“Ya. Aku adalah salah Jin Qarin terkuat. Di dunia ini, kami menyebut Qarin sebagai Daimon. Dalam dunia Jin atau Daimon, ada tingkatannya masing-masing. Yang paling rendah adalah Beta, kemudian Sigma, kemudian Alpha. Yang paling tinggi adalah Omega. Aku adalah type Omega.”
“Jadi kau lahir pada saat aku lahir?” Rashva semakin tertarik.
Fenrir tertawa. “Aku sebenarnya bukan Daimon-mu. Aku adalah Daimon dari salah seorang leluhurmu ratusan tahun yang lalu. Leluhurmu itu adalah satria atau Kyrios terkuat. Saat ia mati, aku telah berjanji untuk akan datang kembali, mendampingi keturunannya yang paling kuat. Nah, aku kemudian mendampingi ayahmu.”
“Jadi kau mendampingi ayah? Dalam perang juga? Di mana ayah sekarang? Apakah masih hilang atau sudah….,” mata Rashva terasa mulai terisi air.
“Ya. Dia adalah salah satu keturunan terkuat. Ia tidak hilang. Ia pergi melawan para Daimon di dunia Mirrorverse. Dan ia gugur di dunia ini. Malah, sekarang kau berada tepat di atas tempat ia meninggal.”
Tak terasa airmata Rashva menetes. “Ayah…..,”
“Ceritakan lebih banyak! Aku ingin tahu semuanya, Fenrir!”
Pagi belum lagi tiba.Rashva mimpi itu lagi.Naga menelan matahari. Lama-lama ia menjadi sangat terbiasa. Karena malas untuk kembali tidur, Rashva memutuskan untuk pergi ke dapur saja untuk memasak. Selama beberapa hari ini Rikka yang selalu memasak untuk mereka. Kasihan juga jika ia selalu berkutat di dapur saja setiap hari.Saat menyusuri lorong, dilihatnya kamar Rikka ternyata masih terbuka. Ada terang cahaya lilin yang menyinari kamar itu. Ia berdiri di depan pintu kamar dan melihat gadis itu sedang menjahit sesuatu.“Rikka belum tidur? Sedang menjahit apa?”“Rikka membuatkan pakaian untuk Tuan,” jawabnya dengan pandangan yang aneh.“Untuk apa kau membuatkan pakaian untukku? Aku masih punya banyak,” tawa Rashva.“Kemarin Tuan membawa satu peti besar penuh dengan pakaian, perhiasan, dan berbagai macam benda lainnya. Tetapi Rikka lihat tak ada satu pun barang yang Tuan beli untuk Tuan sendiri.”Rashva tersenyum pahit. Katanya, “Aku memang tidak perlu banyak barang. Bagiku yang ada s
“Dalam ilmu peperangan, yang paling penting adalah data dan informasi mengenai lawan. Saya tahu saat ini kita masih buta dengan kekuatan lawan. Di mana benteng mereka, dan logistik apa yang mereka punya. Oleh karena itu saya mengajukan diri untuk mencari informasi. Kami para Kitsune mempunyai jaringan sendiri dan bisa saling berkomunikasi.”Lanjut Kitsune itu, “Nanti jika kita sudah mendapatkan informasi yang lengkap, baru kita mengirim Bhiksu Ben untuk menginfiltrasi benteng mereka melalui alam rohnya. Untuk saat ini saya perlu beristirahat satu hari penuh, dan besok sudah mulai bisa bergerak. Itu pun jika diijinkan Rashva-sama.”“Tentu saja kuijinkan, Miku. Malah aku dan teman-teman semua sangat berterima kasih atas bantuanmu,” kata Rashva.Akhirnya mereka memutuskan satu hari itu untuk “libur”. Sama sekali tidak melakukan apa-apa. Tetapi Rashva memilih berlatih di Ruang Latihan. Fenrir dan Icara duduk di samping dan hanya memperhatikan majikan mereka berlatih.“Apakah gerakanku sud
Mereka pulang.Rashva membawa satu kontainer besar yang berisi pakaian dan macam-macam keperluan mereka. Mulai dari bahan makanan, bahan bangunan, dan perobatan. Ada juga berbagai macam kain dan benang yang mahal.Rikka memilih-milih barang dengan senang. Ia sangat suka menata rumah dan juga menjahit. Itu adalah ketrampilan yang sudah dipelajarinya sejak kecil.Bhiksu Ben tidak banyak memilih barang. Ia hanya mengambil satu karpet dan sebuah sepatu kulit.Miku ternyata sudah kuat berjalan-jalan dan ia memilih-milih barang juga untuk kamar barunya yang sedang dipersiapkan Rikka. Saat ditunjukkan Kimono untuknya, matanya terbelalak.“Hikizuri ini mahal sekali!”Hikizuri adalah sejenis kimono yang biasa dipakai oleh para Geisha. Ava memperhatikan dulu saat pertama kali bertemu Miku, Siluman Rubah itu memang mengenakan Kimono jenis ini.Ada bermacam-macam kimono untuk Miku. Hampir semuanya berwarna merah. Ia memang suka warna merah. Hatinya trenyuh sekali mendapatkan semua kebaikan ini. I
“Selamat pagi Bhiksu Ben. Bagaimana hasil penyelidikan semalam?” tanya Rashva.“Masih belum mendapatkan hasil. Siang nanti saya akan pergi menyelidiki lagi.”“Baik. Kalau begitu silahkan sarapan dulu. Sambil dengarkan kami bercerita.”Rashva kemudian menceritakan tentang kejadian dengan Miku dan keadaan yang sekarang terjadi di Teranthe. Bhiksu itu mendengar dengan seksama.Setelah sarapan selesai Rashva berkata, “Ava, kau ikutlah aku pergi berbelanja ke Shangrilla. Kita juga bisa memantau perkembangan kabar saat di sana.”Gadis itu mengangguk dan mereka segera berangkat.Begitu sampai di Shangrilla, Rashva mengajak ke pusat perbelanjaan dan meminta Ava memilihkan baju untuk Miku.“Nona Miku kan selalu mengenakan Kimono. Mari kita ke tempat yang berjualan Kimono. Aku tahu tokonya,” kata Ava.Tempat yang dituju mereka ternyata sangat besar dan megah. Terdiri dari 7 lantai. Namanya Hakka, menjual segala jenis pakaian. Rashva terpesona juga saat memasuki tempat itu. Segala macam jenis pa
Matahari perlahan muncul dari balik gelap malam.Rashva tersenyum. Hari baru adalah harapan yang baru. Kesempatan yang baru. Selama ada matahari pagi, selama itu juga seluruh makhluk hidup memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik.Begitu ia menoleh kembali ke arah pembaringan, dilihatnya Nona Hayami Miku telah kembali ke wujud manusianya.Untung sebelumnya Rashva sudah menutupi tubuhnya denganselimut, tetapi tetap saja bagian-bagian tubuh nona itu sedikit terlihat.Dalam sekilas pandang itu saja, Rashva secara tidak sengaja telah melihat seluruh tubuh Nona itu. Kulitnya begitu terang seperti warna susu. Badannya montok dengan lekuk-lekuk yang begitu indah. Rambutnya kuning pirang panjang sampai ke punggung.Segera Rashva membuang muka dan bertanya, “Nona sudah pulih?”“Berkat bantuan Rashva-sama dan Rikka-chan, hamba sudah pulih 70 persen,” jawab Nona itu. Suaranya masih lemah, namun terdengar sangat merdu.“Baik. Harap Nona tunggu di sini saya akan mencarikan pakaian untuk Nona,”
Rashva terbangun karena kaget.Ia menceritakan mimpinya kepada Fenrir dan Icara.“Bagaimana bentuk jurang itu, Tuan?” tanya Icara.Rashva menjelaskannya dengan sangat detail. Karena mimpi itu terasa begitu nyata olehnya.“Saya tahu tempat itu. Jurang itu adalah salah satu tempat pelarian bagi Raja jika terjadi sesuatu. Hanya saya dan Hayami-san yang mengetahui tempat itu.” jawab Icara.“Aku tidak yakin ini hanya mimpi,” kata Rashva.“Hayami-san memang memiliki kemampuan untuk memasuki mimpi orang,” kata Icara.“Oh, ya. Aku pernah baca memang katanya Siluman Rubah ekor 9 bisa masuk ke dalam mimpi manusia.”Fenrir dan Icara sudah paham maksud tuan mereka.“Kita harus pergi ke jurang itu. Hanya sekedar memastikan bahwa mimpi itu benar atau tidak.”“Baik,” kata kedua Daimon itu bersamaan.Rashva segera mengganti baju dan berteleportasi ke tempat yang diketahui Icara itu.Benar saja.Di dalam jurang itu, terdapat sebuah gubuk kecil yang sudah reot. Tidak ada lampu yang menyala di sana teta