Beranda / Romansa / RELATIOXIC RULES / BAB 2: KEKESALAN DANISH

Share

BAB 2: KEKESALAN DANISH

Penulis: Charming Asteri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-03 14:12:58

Hari ini adalah hari yang paling menjengkelkan bagi seorang pria yang merasa paling tampan dan paling keren di seluruh dunia. Pria tersebut bernama Danish Adelio dan berusia kurang lebih 20 tahun. Bisa dikatakan paling menjelengkelkan karena Danish masih harus bekerja di tanggal 31 Desember.

“Aduh! Mau kapan selesainya? Lama banget!” Danish tidak hentinya melirik jam tangannya.

“Sabar, Lio! Namanya juga pekerjaan, ya harus mau gak mau diselesaikan dulu,” kata Pak Damar produser film.

“Pokoknya gue gak mau tau! Kayaknya cuma gue aja satu-satunya manusia di muka bumi ini yang masih bekerja di tanggal 31 Desember.” Danish cemberut.

            Pak Damar kehilangan kesabarannya. Pak Damar langsung melotot sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“Lio, situ gak liat ini saya juga lagi kerja bukan lagi santuy?” Pak Damar menjitak kepala Danish.

“Eh, iya-iya! Maaf, Pak!” Danish kehabisan kata-kata.

“Diam! Semakin kamu banyak bicara, semakin lama pekerjaanmu selesai!” Pak Damar memarahi Danish.

            Danish memang sedang membintangi film layar lebar pertamanya yang berjudul Probably not in Love. Film ini direncakanan akan tayang dalam waktu dekat, yaitu sekitar akhir Januari. Hal itu membuat Danish harus kejar tayang shooting setiap hari dari pagi sampai malam tanpa mengenal lelah.

--

                Selesai shooting, Danish buru-buru memacu mobilnya untuk pergi menuju The Siberian Café. Di sana, Danish akan menemui 2 sahabatnya, yaitu Garry dan Theo.

 “Hai, Lio!” Theo menyapa Danish.

            Danish tersenyum kepada Garry dan Theo. Setelah itu, Danish duduk di hadapan Garry dan Theo sambil cemberut.

“Kenapa tempat ini rame banget kayak pasar malem?” Danish nampak kesal.

“Aduh, Lio. Loe yang minta diajak, loe yang malah kesel. Semua tempat penuh kali kalo malem taun baru kayak gini. Salah loe juga sih kenapa datengnya pake acara terlambat segala,” kata Theo.

“Salahin produser gue kenapa lama banget beresnya!” Danish membalas ucapan Theo sambil cemberut.

            Melihat Danish yang sangat kesal, Theo memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan dan menyerahkan buku menu kepada Danish. Theo meminta Danish untuk segera memesan makanan dan minuman.

“Nih, pesen dulu! Loe rese kalo lagi kelaparan,” kata Theo.

            Danish mengangguk dan memilih menu yang terdapat dalam buku menu tersebut. Sementara itu, Garry yang semula sedang memainkan ponselnya tiba-tiba langsung tertawa. Theo dan Danish menatap Garry dengan sangat heran.

“Ada apa yang lucu?” Danish menatap Garry penasaran.

“Nih!” Garry menyerahkan ponselnya kepada Theo dan Danish.

            Danish mengernyitkan dahinya saat menatap layar ponsel Garry. Sebuah situs berita selebriti Indonesia baru saja merilis sebuah berita tentang Danish Adelio. Danish membaca judul berita tersebut.

“Danish Adelio, Playboy Kelas Lele yang Paling Tampan. Tunggu-tunggu, ini berita macam apa?” Danish kesal dan hampir saja melempar ponsel Garry.

“Eh, itu handphone gue jangan dilempar, dong!” Garry panik.

            Garry dan Theo memandangi Danish lalu tertawa terbahak-bahak. Danish semakin tidak terima dengan perlakuan kedua sahabatnya.

“Apa yang lucu?” tanya Danish kesal.

“Lio, ini beneran fakta yang lucu banget! Loe emang beneran playboy kelas lele.” Garry tidak hentinya tertawa.

“Ngaco! Gue bukan playboy! Semua cewek itu bukan pacar gue. Mereka aja yang ngejar gue dan berharap jadi pacar gue.” Danish berusaha membela dirinya.

            Garry dan Theo masih saja tertawa terbahak-bahak, seolah tidak percaya dengan pembelaan Danish. Jelas-jelas Garry dan Theo sebenarnya setuju dengan judul berita tersebut.

“Lagi pula, kayaknya semua cewek yang deket sama loe gak pernah dijadiin pacar, deh. Terus mau loe apa, Lio?” Garry menatap Danish seperti seorang detektif.

“Nanti juga di saat yang tepat akan ada yang gue pilih sebagai pacar. Berhubung seleksi buat jadi pacar Danish itu super sulit, jadi gue belum memutuskan pokoknya!” Danish masih berusaha membela dirinya.

Untungnya seorang pelayan datang membawakan makanan dan minuman yang dipesan. Danish makan dengan lahap seperti belum makan seharian. Danish nampaknya cuek dan tidak memperhatikan Theo dan Garry yang terus memandangi Danish sambil bergosip ria.

“Kalian ngomongin gue?” Danish menatap kedua sahabatnya dengan sinis.

“Eh, engga. Gue lagi ngomongin ini kentang gorengnya enak banget!” Garry menunjuk kentang goreng di hadapannya.

            Danish hanya menghela napasnya dan kembali melanjutkan makannya. Tiba-tiba, Garry angkat bicara.

“Selesai makan, ayo kita main lucky wheel. Nanti yang namanya kepilih, kita kasih tantangan sebagai resolusi tahun barunya. Kalian setuju, kan?” tanya Garry.

Danish dan Theo saling berpandangan. Danish hanya tersenyum penuh arti karena yakin tidak akan terpilih namanya. Danish terlihat santai.

“Lio, pokoknya loe harus ikut main,” kata Garry.

“Siap! Gue yakin engga akan kepilih namanya,” kata Danish santai.

“Oke deh, kita buktiin, ya! Gue puter nih. Satu, dua, tiga,” kata Garry.

            Danish tidak mempedulikan Garry. Santai saja pikir Danish, karena pasti namanya tidak akan terpilih. Namun, sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan Danish.

“Oke, nama yang muncul adalah … Danish Adelio!” Garry bertepuk tangan.

            Danish langsung pura-pura tidak mendengar dan memilih memainkan ponselnya. Garry langsung berteriak kepada Danish.

“Bagus! Loe pasti pura-pura gak denger,” kata Garry.

“Hah, masa gue kepilih? Itu lucky wheel pasti rusak!” Danish berusaha membela dirinya.

“Nih, loe liat aja sendiri.” Theo menatap Danish kesal.

            Danish menatap ponsel Garry dan langsung terdiam. Theo dan Garry kembali tertawa sampai puas. Mau tidak mau, Danish harus menerima tantangan yang akan dijadikan resolusi tahun barunya.  

“Tantangan apa yang cocok buat Lio manusia tampan?” Garry berpikir keras.

“Tantangan punya 100 orang pacar!” Theo menjawab asal.

“Ngaco! Lio bakalan terus jadi playboy kelas lele nanti,” kata Garry kesal.

            Theo hanya tertawa karena memang hanya bercanda sekaligus menyindir kelakuan Danish. Garry masih menatap Danish sambil berpikir dan pada akhirnya menemukan sebuah tantangan yang cocok untuk Danish.

“Tantangannya adalah Danish Adelio harus bawa seorang pacar sungguhan!” Garry bertepuk tangan.

“Hah? Tantangan macam apa ini? Loe ada-ada aja. Kesel gue!” kata Danish.

“Ya, Lio, kalo gue tantang loe buat berhenti marah-marah dan berhenti ngedumel gak jelas kayaknya sia-sia, deh. Gue paham banget kalau itu udah jadi watak loe dari lahir. Mending gue kasih tantangan yang lain aja,” kata Garry  santai.

            Danish akhirnya tidak menanggapi lagi perkataan Garry. Danish memasang tampang cemberut dan kesalnya. Mana bisa Danish punya seorang pacar? Sebenarnya, selama ini Danish bukannya tidak mau berpacaran, namun Danish merasa belum siap berpacaran. Selain itu, dari sekian juta wanita yang ada di dunia ini, belum ada yang benar-benar bisa memahami Danish dengan benar. Danish sepertinya butuh buku panduan akhlak untuk memperbaiki kelakuan rusaknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RELATIOXIC RULES   BAB 200: THE END

    Langit Kota Jakarta sudah benar-benar gelap sekarang. Alexa masih duduk sendirian di kamarnya. Sekali lagi, Alexa melirik gaun cantik yang telah dibelinya di butik untuk acara promnight esok hari. Alexa meliriknya berkali-kali, lalu kembali menghela napasnya. Alexa melirik jam dinding di kamarnya. Ternyata, waktu sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Alexa masih mampu mendengar sayup-sayup suara rintik hujan di Kota Jakarta. Hujan sepertinya memang tidak berhenti. Alexa berusaha menyakinkan dirinya lagi dengan cara berjalan menuju jendela kamarnya. Dugaan Alexa benar. Suara rintik hujan terdengar semakin jelas. Alexa mulai tersenyum tipis. Alexa yakin dirinya akan menang taruhan sekarang. Walau demikian, Alexa belum ber

  • RELATIOXIC RULES   BAB 199: TARUHAN

    Danish tersenyum saat masih banyak wartawan yang mengambil fotonya dan masih banyak wartawan lainnya yang bertanya kepada Danish. Danish merasa senyumnya hari ini adalah senyum yang tulus, bukan senyum yang dipaksakan alias senyum palsu. Danish tidak peduli dengan banyaknya pertanyaan wartawan pada hari ini.“Mas Danish, apa berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Danish, apa betul Mas Danish tidak jadi bertunangan?” tanya wartawan lainnya. Danish masih saja tersenyum dan masih berusaha untuk merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab semua pertanyaan dari para wartawan. Sementara itu, para wartawan juga tidak segan untuk mulai bertanya kepada Frey.“Mas Frey, apa bisa bantu jawab pertanyaan kami? Apa semua berita yang dimuat di Lambe Dojen itu benar?” tanya seorang wartawan.“Mas Frey, apa betul Danish

  • RELATIOXIC RULES   BAB 198: KABAR TERBARU DANISH

    Danish menatap Reina sambil tersenyum lebar. Danish berjabat tangan dengan Reina sambil terus memamerkan senyum tulusnya, hingga membuat Reina sedikit heran. Reina sangat jarang melihat Danish tersenyum seperti ini. “Gue benar-benar engga menyangka loe mau bantu gue,” kata Danish. Kedua mata Reina membulat karena kaget. Dengan penuh rasa canggung, akhirnya Reina membalas senyuman Danish.“Iya, sama-sama, Lio! Aku pikir bahwa sudah selayaknya aku melakukan semua ini,” kata Reina.“Loe dan gue engga pernah saling cinta. Buat apa dua hati yang engga saling cinta harus dipaksakan untuk bersatu?” tanya Danish. Reina masih berusaha untuk tersenyum di balik rasa canggungnya. Sementara itu, Reina kembali bertanya kepada Danish untuk menghilangkan rasa penasarannya.“Jad

  • RELATIOXIC RULES   BAB 197: MENENTUKAN TAKDIR CINTA

    Danish memasang ekspresi datar dan dinginnya di hadapan Reina. Reina sudah berbicara panjang lebar, tetapi Danish tampak tidak memedulikannya sama sekali. Reina masih berusaha untuk tidak ambil pusing dengan sikap Danish. Namun, Reina akhirnya merasa kesal lama-kelamaan melihat sikap Danish. Reina mulai berbicara dengan nada tingginya kepada Danish.“Jadi, gaun untuk pertunangan kita lebih bagus yang mana? Ini atau itu? Danish, kamu dengar aku bicara engga, sih?” tanya Reina kesal.“Reina, pilih saja gaun yang loe mau! Gue engga mau ikut campur. Gue engga mengerti masalah seperti ini,” kata Danish angkuh.“Danish! Sekali ini saja, tolong kamu dengarkan aku!” seru Reina. Danish masih saja bersikap tidak peduli dan malah menggelengkan kepalanya. Danish meraih ponselnya dan pura-pura sibuk memainkan ponselnya. Reina merasa semakin kesal dan memutuskan untuk

  • RELATIOXIC RULES   BAB 196: MASIH BERHARAP

    Ujian Akhir Sekolah telah berakhir. Alexa tidak menyangka bahwa hari-harinya yang paling berat selama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas telah berhasil dilewatinya dengan baik. Alexa merasa jerih payahnya tidak sia-sia selama ini. Alexa tidak pernah menyesal karena selalu menghabiskan banyak waktunya untuk belajar, terutama menjelang Ujian Akhir Sekolah. Jerih payah dan kerja keras Alexa terasa semakin bermakna saat Alexa mengetahui bahwa dirinya berhasil meraih nilai yang sangat baik untuk Ujian Akhir Sekolah. Alexa merasa sangat senang. Alexa berpikir pasti kedua orang tuanya dan Bu Siti akan bangga terhadap prestasi yang telah diraihnya.Bukan hanya mereka, Alexa yakin Danish juga pasti bangga jika mengetahui prestasi Alexa. Alexa yakin Danish pasti akan berhenti menghinanya dan mungkin akan sedikit memberi pujian kepada Alexa.Setelah Ujian Akhir Sekolah selesai, Alexa masih harus datang k

  • RELATIOXIC RULES   BAB 195: HADIAH YANG TERTUNDA

    Alexa melirik jam tangannya. Alexa baru menyadari bahwa Hari Valentine akan segera berlalu sebentar lagi. Alexa memang sebenarnya tidak rela jika Hari Kasih Sayang yang diperingati setiap satu tahun sekali ini segera berlalu. Walau Alexa seperti tidak mendapatkan cintanya pada tahun ini, Alexa memilih untuk tidak peduli. Alexa hanya ingin waktu bergulir lebih lama lagi di Hari Valentine. Alexa hanya ingin lebih lama lagi mengenang saat-saat indahnya bersama Danish pada waktu itu. Semua itu hanya ada dalam pikiran Alexa, tetapi Alexa tetap tidak peduli. Kini, Alexa sedang duduk sendirian di kamarnya sambil menatap langit. Alexa menghela napasnya sebentar, lalu tersenyum tipis.“Apa ini adalah cara terbaik supaya aku bisa melupakan seorang Danish Adelio?” tanya Alexa dalam hatinya.&n

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status