Hari ini adalah hari yang paling menjengkelkan bagi seorang pria yang merasa paling tampan dan paling keren di seluruh dunia. Pria tersebut bernama Danish Adelio dan berusia kurang lebih 20 tahun. Bisa dikatakan paling menjelengkelkan karena Danish masih harus bekerja di tanggal 31 Desember.
“Aduh! Mau kapan selesainya? Lama banget!” Danish tidak hentinya melirik jam tangannya.
“Sabar, Lio! Namanya juga pekerjaan, ya harus mau gak mau diselesaikan dulu,” kata Pak Damar produser film.
“Pokoknya gue gak mau tau! Kayaknya cuma gue aja satu-satunya manusia di muka bumi ini yang masih bekerja di tanggal 31 Desember.” Danish cemberut.
Pak Damar kehilangan kesabarannya. Pak Damar langsung melotot sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
“Lio, situ gak liat ini saya juga lagi kerja bukan lagi santuy?” Pak Damar menjitak kepala Danish.
“Eh, iya-iya! Maaf, Pak!” Danish kehabisan kata-kata.
“Diam! Semakin kamu banyak bicara, semakin lama pekerjaanmu selesai!” Pak Damar memarahi Danish.
Danish memang sedang membintangi film layar lebar pertamanya yang berjudul Probably not in Love. Film ini direncakanan akan tayang dalam waktu dekat, yaitu sekitar akhir Januari. Hal itu membuat Danish harus kejar tayang shooting setiap hari dari pagi sampai malam tanpa mengenal lelah.
--
Selesai shooting, Danish buru-buru memacu mobilnya untuk pergi menuju The Siberian Café. Di sana, Danish akan menemui 2 sahabatnya, yaitu Garry dan Theo.
“Hai, Lio!” Theo menyapa Danish.
Danish tersenyum kepada Garry dan Theo. Setelah itu, Danish duduk di hadapan Garry dan Theo sambil cemberut.
“Kenapa tempat ini rame banget kayak pasar malem?” Danish nampak kesal.
“Aduh, Lio. Loe yang minta diajak, loe yang malah kesel. Semua tempat penuh kali kalo malem taun baru kayak gini. Salah loe juga sih kenapa datengnya pake acara terlambat segala,” kata Theo.
“Salahin produser gue kenapa lama banget beresnya!” Danish membalas ucapan Theo sambil cemberut.
Melihat Danish yang sangat kesal, Theo memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan dan menyerahkan buku menu kepada Danish. Theo meminta Danish untuk segera memesan makanan dan minuman.
“Nih, pesen dulu! Loe rese kalo lagi kelaparan,” kata Theo.
Danish mengangguk dan memilih menu yang terdapat dalam buku menu tersebut. Sementara itu, Garry yang semula sedang memainkan ponselnya tiba-tiba langsung tertawa. Theo dan Danish menatap Garry dengan sangat heran.
“Ada apa yang lucu?” Danish menatap Garry penasaran.
“Nih!” Garry menyerahkan ponselnya kepada Theo dan Danish.
Danish mengernyitkan dahinya saat menatap layar ponsel Garry. Sebuah situs berita selebriti Indonesia baru saja merilis sebuah berita tentang Danish Adelio. Danish membaca judul berita tersebut.
“Danish Adelio, Playboy Kelas Lele yang Paling Tampan. Tunggu-tunggu, ini berita macam apa?” Danish kesal dan hampir saja melempar ponsel Garry.
“Eh, itu handphone gue jangan dilempar, dong!” Garry panik.
Garry dan Theo memandangi Danish lalu tertawa terbahak-bahak. Danish semakin tidak terima dengan perlakuan kedua sahabatnya.
“Apa yang lucu?” tanya Danish kesal.
“Lio, ini beneran fakta yang lucu banget! Loe emang beneran playboy kelas lele.” Garry tidak hentinya tertawa.
“Ngaco! Gue bukan playboy! Semua cewek itu bukan pacar gue. Mereka aja yang ngejar gue dan berharap jadi pacar gue.” Danish berusaha membela dirinya.
Garry dan Theo masih saja tertawa terbahak-bahak, seolah tidak percaya dengan pembelaan Danish. Jelas-jelas Garry dan Theo sebenarnya setuju dengan judul berita tersebut.
“Lagi pula, kayaknya semua cewek yang deket sama loe gak pernah dijadiin pacar, deh. Terus mau loe apa, Lio?” Garry menatap Danish seperti seorang detektif.
“Nanti juga di saat yang tepat akan ada yang gue pilih sebagai pacar. Berhubung seleksi buat jadi pacar Danish itu super sulit, jadi gue belum memutuskan pokoknya!” Danish masih berusaha membela dirinya.
Untungnya seorang pelayan datang membawakan makanan dan minuman yang dipesan. Danish makan dengan lahap seperti belum makan seharian. Danish nampaknya cuek dan tidak memperhatikan Theo dan Garry yang terus memandangi Danish sambil bergosip ria.
“Kalian ngomongin gue?” Danish menatap kedua sahabatnya dengan sinis.
“Eh, engga. Gue lagi ngomongin ini kentang gorengnya enak banget!” Garry menunjuk kentang goreng di hadapannya.
Danish hanya menghela napasnya dan kembali melanjutkan makannya. Tiba-tiba, Garry angkat bicara.
“Selesai makan, ayo kita main lucky wheel. Nanti yang namanya kepilih, kita kasih tantangan sebagai resolusi tahun barunya. Kalian setuju, kan?” tanya Garry.
Danish dan Theo saling berpandangan. Danish hanya tersenyum penuh arti karena yakin tidak akan terpilih namanya. Danish terlihat santai.
“Lio, pokoknya loe harus ikut main,” kata Garry.
“Siap! Gue yakin engga akan kepilih namanya,” kata Danish santai.
“Oke deh, kita buktiin, ya! Gue puter nih. Satu, dua, tiga,” kata Garry.
Danish tidak mempedulikan Garry. Santai saja pikir Danish, karena pasti namanya tidak akan terpilih. Namun, sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan Danish.
“Oke, nama yang muncul adalah … Danish Adelio!” Garry bertepuk tangan.
Danish langsung pura-pura tidak mendengar dan memilih memainkan ponselnya. Garry langsung berteriak kepada Danish.
“Bagus! Loe pasti pura-pura gak denger,” kata Garry.
“Hah, masa gue kepilih? Itu lucky wheel pasti rusak!” Danish berusaha membela dirinya.
“Nih, loe liat aja sendiri.” Theo menatap Danish kesal.
Danish menatap ponsel Garry dan langsung terdiam. Theo dan Garry kembali tertawa sampai puas. Mau tidak mau, Danish harus menerima tantangan yang akan dijadikan resolusi tahun barunya.
“Tantangan apa yang cocok buat Lio manusia tampan?” Garry berpikir keras.
“Tantangan punya 100 orang pacar!” Theo menjawab asal.
“Ngaco! Lio bakalan terus jadi playboy kelas lele nanti,” kata Garry kesal.
Theo hanya tertawa karena memang hanya bercanda sekaligus menyindir kelakuan Danish. Garry masih menatap Danish sambil berpikir dan pada akhirnya menemukan sebuah tantangan yang cocok untuk Danish.
“Tantangannya adalah Danish Adelio harus bawa seorang pacar sungguhan!” Garry bertepuk tangan.
“Hah? Tantangan macam apa ini? Loe ada-ada aja. Kesel gue!” kata Danish.
“Ya, Lio, kalo gue tantang loe buat berhenti marah-marah dan berhenti ngedumel gak jelas kayaknya sia-sia, deh. Gue paham banget kalau itu udah jadi watak loe dari lahir. Mending gue kasih tantangan yang lain aja,” kata Garry santai.
Danish akhirnya tidak menanggapi lagi perkataan Garry. Danish memasang tampang cemberut dan kesalnya. Mana bisa Danish punya seorang pacar? Sebenarnya, selama ini Danish bukannya tidak mau berpacaran, namun Danish merasa belum siap berpacaran. Selain itu, dari sekian juta wanita yang ada di dunia ini, belum ada yang benar-benar bisa memahami Danish dengan benar. Danish sepertinya butuh buku panduan akhlak untuk memperbaiki kelakuan rusaknya.
“Akhirnya liburannya selesai!” Alexa berteriak gembira.Alexa berusaha menyemangati dirinya sendiri yang masih sangat mengantuk. Hari ini adalah hari pertama kembali ke sekolah di semester 2 kelas XI alias kelas 2 SMA jurusan IPA. Semester 1 telah berlalu dan Alexa mendapatkan nilai rapor yang luar biasa bagus karena rajin belajar tanpa mengenal lelah. Alexa berhasil menjadi juara 1 di kelasnya. Otomatis, resolusi menjadi murid paling pintar di sekolahnya sudah hampir diraihnya. Namun, Alexa masih berpikir cara untuk meraih resolusi lainnya.“Alexa,bangun,dong! Ayo belajar!” kata Belle sambil mengejek Alexa.“Apa, sih? Ngantuk tau!” Alexa menjawab asal.“Eh,Ra,kapan ekskul modelling kamu dimulai lagi?” tanya Kayla.“Hmmm, sepertinya minggu depan.” Alexa menjawabnya dengan ragu. Alexa masih berusaha mengingat-ingat tentang ekskul modelling yang pernah diikutinya. Alexa sebenarnya malu bercerita pada Belle dan Kayla kalau Alexa hanya mengikuti ekskul tersebut selama 2 pertem
“Astaga, Alexandra Adrienne Amora! Kenapa kamu senyum-senyum terus hari ini?” Kayla menatap Alexa dengan penasaran.“Lagi nunggu buat dapet endorse dan jadi model terkenal, nih!” kata Alexa bersemangat.“Omaygad! Akhirnya ikutan juga,tuh? Good luck,ya! Aku yakin kamu pasti kepilih, deh! Kalo menang, jangan lupa traktir kita, oke?” kata Kayla antusias.“Traktir ramen murah mangkok jumbo plus es teh manis aja,ya! Gak usah yang mahal-mahal. Sebagai generasi muda Indonesia kita itu harus irit dan rajin menabung.” Alexa tertawa meledek.“Yah, kali-kali juga kan kita pengen makan enak kali.” Kayla memohon kepada Alexa. Alexa tidak menjawab pertanyaan Kayla, namun hanya memberikan isyarat dengan mengangguk sambil tersenyum. Kayla ikut tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya kepada Alexa. Akhirnya, sahabatnya ini bisa berani untuk mencoba hal baru yang bisa mengembangkan hobinya. Ponsel Alexa berdering. Rupanya, panggilan dari nomor tidak dikenal. Alexa mengangkat p
Alexa sudah tiba di kantor Wear Me Clothing. Di sana, Alexa disambut oleh Sisi sebagai salah satu kru yang bertugas pada pemotretan hari ini“Selamat sore, Mbak Alexa! Saya Sisi salah satu kru yang bertugas hari ini.” Sisi menyapa Alexa ramah.“Halo,salam kenal, Mbak Sisi!” Alexa tersenyum ramah. Alexa menjabat tangan Sisi, lalu Sisi memberikan pengarahan kepada Alexa. Setelah memastikan Alexa paham, Sisi mempersilahkan Alexa untuk bersiap-siap. Sementara itu, di ruangan lain Danish sedang marah-marah tidak jelas.“Aduh, bajunya jelek banget!” Danish menatap Sisi dengan tatapan sadisnya segalak setan.“Eh, Mas Lio! Emang begini kali. Ya udah deh, Mas Lio pilih aja pakaian yang dirasa cocok. Saya gak akan berkomentar lagi.” Sisi hanya menunduk pasrah.“Hmmm, Ya udah, gue pilih dulu! Awas, loe jangan komentar atau gue gak mau ikut pemotretan!” Danish semakin sadis memberikan ancaman kepada Sisi. Danish marah-marah karena pakaian yang dipilihkannya untuk pemotreta
Danish sedang duduk berhadapan dengan Lyra di sebuah restoran. Lyra adalah seorang gadis yang diduga kuat salah satu korban aksi playboy kelas lele Danish Adelio. Lyra menatap Danish dengan kesal dan tiba-tiba menamparnya.“Kamu jahat, Lio!” Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya.“Loe bilang gue jahat? Eh, selama ini kita engga pacaran. Makanya, jangan kebanyakan halu, deh!” Danish terlihat santai.“Udah berapa cewek yang kamu deketin dan engga pernah dijadiin pacar. Dasar playboy kelas lele! Aku benci kamu, Lio!” Lyra benar-benar marah pada Danish.“Eh, gue terlalu tampan buat cewek biasa aja kayak loe! Terserah loe mau pergi atau apa, gue masih punya sejuta cewek lagi yang cinta mati sama gue,” kata Danish dengan santainya. Lyra sudah tidak mampu menahan emosinya lagi dan hendak kembali menampar pipi Danish. Danish masih nampak santai dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa bersalahnya. Tiba-tiba, terdengar suara seorang gadis lagi bernama Kiara yang diduga kuat adalah
Alexa masih tidak mengerti dengan dirinya sendiri sekarang. Alexa selalu saja senyum-senyum sendiri saat terbayang aroma parfum yang dikenakan oleh Lio. Alexa juga menyadari bahwa Lio memiliki wajah yang sangat tampan dan layak dikategorikan sebagai pangeran. Lamunan Alexa terhenti saat Belle memanggilnya.“Ra, gimana pemotretannya kemarin?” tanya Belle.“Seru! Terus aku juga ketemu sama …” kata Alexa. Alexa belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan memilih untuk diam sejenak. Belle menatap Alexa heran dan menyadari perubahan raut wajah Alexa.“Ketemu sama siapa, Ra?” tanya Belle penasaran.“Ah, engga-engga. Gak ketemu sama siapa-siapa,” kata Alexa. Belle masih menatap Alexa. Belle berpikir pasti Alexa sedang menyembunyikan sesuatu dan tidak ingin menceritakannya. Alexa nampak salah tingkah. Untungnya, Kayla datang membawa cireng yang dibelinya di kantin.“Nih, cireng. Kalian mau, kan?” Kayla menyimpan cirengnya di atas meja.“Mau, ya! Makasih banyak.” Alexa me
Alexa sudah tiba di kamarnya, lalu melemparkan barang-barangnya secara asal ke seluruh penjuru kamar. Jantung Alexa berdebar sangat kencang dan Alexa tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.“Omaygad, omaygad, omaygad! Aku harus gimana sekarang? Apa aku telepon aja, ya? Danish Adelio si manusia super tampan itu. Astaga!” Kedua pipi Alexa bersemu kemerahan. Alexa hendak langsung menekan nomor ponsel Danish, namun menghentikan aksinya sejenak. Danish memang yang terlebih dahulu meminta nomor ponsel Alexa, namun Danish tidak pernah menghubungi Alexa. Sepertinya, Danish meminta nomor ponsel Alexa hanya sebagai formalitas saja.“Tapi, dia gak pernah nelepon atau chat aku,” kata Alexa kecewa. Alexa menghela napasnya dan bermaksud untuk melupakan Danish. Namun, Danish tetap saja sangat tampan dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ini adalah peluang paling menyenangkan dan sangat sayang sekali untuk dilewatkan begitu saja. Hitung-hitung iseng-iseng berhadiah
Alexa sudah tiba di depan Warung Pecel Lele Pak Sabar yang dipilihnya sebagai tempat untuk kencan perdananya dengan Danish. Alexa berkali-kali melirik jam tangannya dan merasa ragu akan kehadiran Danish. Alexa takut kalau Danish menganggapnya aneh dan memilih untuk tidak datang menemui Alexa. Kecemasan Alexa berubah menjadi keceriaan saat terdengar sebuah suara maskulin menyebut nama lengkapnya.“Alexandra Adrienne Amora!” Danish berdiri di belakang Alexa. Alexa membalikkan badannya dan melihat Danish berdiri tepat di belakangnya. Alexa terdiam dan mengamati penampilan Danish yang sangat istimewa, serta wajahnya yang begitu tampan lengkap dengan aroma parfum maskulin yang dikenakannya. Alexa tidak mampu berkata apa-apa kepada Danish. Danish menatapnya heran.“Alexa? Ada yang salah dari gue?” tanya Danish.“Engga! Kak Danish cuma …” kata Alexa. Sial! Rupanya Alexa kehabisan kata-katanya dan tidak kuasa melihat ketampanan paripurna Danish. Alexa ingat kalau semal
Danish terus menarik lengan Alexa hingga tiba di depan mobilnya. Alexa mengerang kesakitan karena perlakuan Danish yang kasar dan tidak berakhlak seperti itu.“Kak Danish, lepasin!” Alexa kesal bukan main.“Salah sendiri loe yang bikin gue kesel duluan,” kata Danish.“Jadi, Kak Danish marah sama aku? Oke, aku bakal minta maaf. Maafin aku, ya, Kak Danish yang paling tampan dan paling keren sedunia,” kata Alexa. Danish hanya mampu menggelengkan kepalanya dan menghela napasnya berkali-kali. Danish menatap Alexa lekat-lekat. Alexa terdiam dan benar-benar takut kalau Danish marah padanya.“Alexa, ikut gue sekarang!” Danish kembali menarik lengan Alexa untuk masuk ke dalam mobilnya.“Hah?” Alexa hanya bisa pasrah.-- Danish menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengemudi dalam diam. Alexa yang duduk di sebelah Danish tidak hentinya menatap Danish. Alexa takut kalau Danish marah padanya, apalagi Danish langsung diam seribu bahasa seperti ini. Alexa berdeham