Bab 14
"Tolonglah Mas Arya ke butik miliknya, ini alamatnya, pasti ia ada di sana saat ini, tolong berikan minuman ini untuknya. Ya, aku ingin ia tidak cerai dengan suaminya, lalu menikah dengan Mas Taka, itu sangat menyakitkan untukku, nanti setelah aku selesai mediasi kan gantian dia," tuturku pada Mas Arya.
"Ini hanya obat tidur kan? Bukan racun?" tanya Mas Arya menyelidik.
"Bukan, Mas. Mana berani aku ngeracunin," timpalku.
Setelah memberikan minuman itu pada Mas Arya. Akhirnya ia pun pergi, setelah itu barulah aku menghubungi Mas Reno. Ia harus tahu rencanaku ini bisa membuatnya tidak kehilangan Amira. Untuk saat ini, aku menginginkan Mas Taka kembali ke pelukanku.
"Halo, Mas. Kamu sudah siap-siap mediasi?" tanyaku.
"Satu jam lagi," jawabnya.
Bab 15Perselingkuhan itu awalnya indah, namun setelahnya akan ada bencana yang menyiksa. Tidak heran orang yang berselingkuh akan mengalami kehancuran di ujung jalannya."Mas Taka bilang apa?" tanyaku menyelidik."Ya, suamimu itu sangat cinta padamu, hingga ia tidak ingin kamu masuk bui, cinta itu memang tidak harus memiliki, meskipun ia telah tersakiti, masih ada hati untuk tidak menjatuhkan kamu, Diana. Berhentilah untuk mempertahankan, sebab semakin engkau memaksa, maka emosi dan dendam akan muncul. Akui kesalahan dan mulai hidup yang baru," tutur Amira panjang lebar. Aku tidak butuh nasihat darinya, yang aku inginkan hanya Mas Taka kembali padaku."Ada satu hal yang perlu kamu tahu, aku juga tidak menginginkan ini, tapi Mas Reno yang lebih dulu menggodaku," sahutku di hadapannya."Oh, jadi kamu menya
Bab 16"Perhatian! Kalau Anda sekalian mau tahu, owner dari butik yang Anda singgahi ini adalah seorang pelakor, ia telah memeras suamiku untuk berinvestasi di butik ini. Kalau bukan karena suamiku, ia takkan mampu punya butik!" sindirku di hadapan para pembeli yang datang. Aku tertawa sambil menyorot dari ujung ke ujung. Mereka semua jadi berisik menggunjing Amira yang kusebut pelakor."Diana! Kamu sudah gila, ya! Playing victim!" tegasnya."Aku punya bukti bahwa kamu telah menggoda suamiku agar mau berinvestasi!" timpalku lagi. Kemudian, aku keluarkan ponsel yang berisikan foto mereka ketika duduk bersama. Ya, para hadirin pasti percaya dengan foto ini."Wah, Bu Amira jahat ya, jangan-jangan nanti suami kita juga digoda!" teriak salah seorang pembeli yang membawa suami."Pantesan, kok bisa pegaw
Bab 17Aku tunggu di restoran, sambil menunggu kabar mengenai kondisi Amira dan karyawannya di butik.Satu jam sudah setelah aku memberikan racun yang kutaburkan di sambal yang ada di makanan tersebut. Aku berharap cara ini berhasil. Jangan sampai terulang lagi kegagalan pada waktu itu.Aku duduk sambil menunggu kabar di sosial media miliknya. Bahkan butik yang baru launching sudah memiliki akun sosial media pribadi, tentunya akan memberikan berita mengenai wanita itu. Namun, setelah dua jam ojek online itu mengirimkan makanan, justru Asri yang mendapat telepon.Aku mencoba mendekati, untuk sekadar menyelidiki siapa yang bicara dengannya. Kudengar Asri sangat terkejut dan rasa tak percaya, lalu menutup teleponnya.Lalu aku bersembunyi di balik pintu, setelah mendengar ia akan berangkat ke satu tempat. Entahlah ia akan berangkat ke mana."Halo, Mas. Tolong pulang sekarang! Ini gawat, kita ha
Bab 18Sekarang aku mau berkelit seperti apa? Saksi sudah memojokkan aku, meskipun bukti tidak ada di tangan. Namun, jika aku mengaku, maka tamatlah riwayatku."Bohong, ini fitnah," ucapku sambil menggelengkan kepala."Bu Diana, ikut kami ke kantor, silakan jelaskan di kantor," ujar Pak Polisi."Nggak, saya nggak mau ditahan!" teriakku. Namun, mereka memaksaku sampai akhirnya aku tidak bisa lagi menghindar. "Asri, Mas Arya, aku tidak salah, kalian kan tahu sendiri Amira telah mengambil Mas Taka dariku, ia yang salah!" teriakku ketika petugas membawaku ke mobil. Namun, Asri hanya menatapku nanar, tanpa berkata-kata sedikit pun kepadaku.Aku menghela napas berat, rasanya ingin memaki Amira yang selalu menang, kenapa aku selalu kalah? Apakah tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang singgah dalam hidupku?Kemudian setelah tiba di lokasi, aku diinterogasi oleh petugas yang berwajib. Semua ia tanyakan dari hal kec
Bab 19"Pak Tristan Adrian?" Aku terperanjat melihat foto yang ia tunjukkan. Seorang pengusaha ternama. Ada apa dengannya hingga rela membantuku? Apa lelaki tersebut naksir terhadapku? Aku hempas jauh-jauh pikiran itu. Mana mungkin ia naksir dengan ibu rumah tangga sepertiku?"Ya, itu beliau yang meminta saya untuk meringankan hukuman Anda." Pengacara berkata seperti itu, berati aku akan mendekam di penjara, hanya saja hukuman akan lebih ringan."Untuk apa orang asing membantu saya, adakah embel-embel?"tanyaku menyelidiki."Setiap perbuatan tentu ada balasan, begitu juga dengan perbuatan Pak Tristan, ia pasti mengharapkan balasan," sahutnya membuatku menyandarkan tubuh ini di sandaran kursi."Sudah kutebak, pengusaha sepertinya tak mungkin membantu jika tidak ada keinginan," jawabku tertawa kecil.Aku diam sejenak, kalau aku tidak terima tawarannya, bisa membuatku semakin menyiksa. Jika terbukti aku
Bab 20Aku tinggalkan mereka, tapi Mas Taka berusaha meneriakiku."Diana! Tunggu!" teriaknya. Aku pun berhenti. Sedari tadi aku menunggu Mas Taka bicara, tapi ia justru cuek. Sekarang setelah aku hendak meninggalkannya, ia baru menyapaku."Apa, Mas? Bukankah Amira sudah cukup membuatmu nyaman? Bukankah kamu tidak membutuhkanku lagi?" tuturku."Aku cuma mau bilang, besok tidak dapat hadir dalam persidanganmu, karena harus menghadiri persidangan cerai kita," terangnya sangat menyakitkan.Aku menghela napas panjang, lalu menyodorkan tangan ini padanya. "Selamat, Mas. Kamu menang, selamat menempuh hidup baru dengan Amira," ucapku kemudian meninggalkan mereka berdua.Rasa gengsi ini masih menjadi-jadi, gengsi untuk meminta maaf pada mereka berdua membuatku terkurung di balik
Bab 21"Uang? Rasanya kebahagiaanku sudah hilang, jadi meskipun disodorkan dengan gepokan uang sekalipun takkan membuatku bahagia," jawabku menolak ajakannya. "Sadarlah Reno, jangan terus menerus mengikuti egomu, sekarang kamu sudah mapan, tunjukkan pada dunia, bahwa kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dari Amira," tambahku.Kemudian, Mas Reno termenung, lalu aku bangkit hendak kembali ke sel tahanan. Namun, tanganku ditarik olehnya."Ya, wanita itu adalah kamu, Diana. Aku akan tunggu kamu sampai keluar dari bui ini," ucap Mas Reno membuatku tertawa kecil. Bisa-bisanya ia mengeluarkan senjata itu lagi. Aku tahu betul seberapa buayanya Mas Reno."Sudahlah, jangan becanda. Aku tahu siapa kamu," tepisku sambil balik badan dan meninggalkan Mas Reno. Namun, lagi-lagi ia menghentikan langkah kaki ini.
Bab 22Aku menghampiri pengunjung yang datang, dan ternyata mantan mertuaku dan Diva yang datang. Aku meraih punggung tangan mantan mertuaku. Begitu juga dengan Diva ia sangat sopan terhadapku.Kemudian, mereka duduk bersebelahan. Sedangkan aku berada di depannya. Sudah lama aku tidaj bertemu dengannya, terakhir ketika putusan sidang, tapi sekalinya bertemu, mereka mengunjungiku di penjara.Mama menggenggam tanganku. "Kamu hamil, Diana? Apa itu anak Taka?" tanyanya. Aku tahu pasti ia menanyakan hal itu, pasti dikarenakan perselingkuhan itu."Aku yakin ini anak Mas Taka, tapi bukan berarti aku minta balik lagi kok, Mah," ucapku sambil mengembangkan senyuman."Ya, Mama tahu itu, Mama ke sini hanya untuk memastikan bahwa kandunganmu baik-baik saja," ucap mama sambil bangkit. Ia menghampiriku lalu duduk di sebelahku. Setelah itu