Share

6. tak lagi

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 16:22:05

"Siapa dia?" tanya Gerald sambil berusaha menghalau sinar yang silau ke wajahnya.

"Kamu gak tahu Yusuf Akbar?" tanyaku berdebar.

"Siapa?"

"Dia preman."

"Terus kenapa ngikutin kita?" 

"En-enggak tahu," jawabku gugup.

Kulihat wajah Yusuf Akbar menatapku dengan tajam, bahkan sangat tajam, namun tidak ada ekspresi apapun setelah itu, dia menjauh dan memacu motornya dengan kencang, membuatku bingung sebenarnya apa dan kenapa dengannya.

Sesampainya di tempat pesta, kami membaur dan bercengkerama dengan beberapa orang yang kami kenal, Kak Gerald berpencar denganku setelah teman seangkatannya datang dan mengajaknya membaur ke  meja lain, tinggallah aku bersama beberapa teman,  duduk dan menyaksikan pentas seni yang sedang berlangsung.

Sebenarnya tanpa Kak Gerald  pentas seni ini semuanya biasa-biasa saja dan terkesan membosankan. Aku mulai mengantuk dan ingin pulang, namun  di penghujung acara tiba-tiba musik menghentak di setiap lampu yang tadinya terang benderang diganti dengan sinar redup   dari tembakan lampu berwarna-warni.

Para mahasiswa yang ada disana diundang untuk menari di lantai dansa dengan pasangan mereka atau teman yang mereka sayangi.

Suasana menjadi riuh tawa dan kebahagiaan, beberapa siluet tubuh terlihat begitu mesra saling memeluk dan mendekap hangat, aku turut bahagia untuk itu, namun ketika lampu dinyalakan lagi aku begitu terkejut karena disana ada Kak Gerald dan Kak tari yang terlihat begitu mesra saling memeluk dan Kak Sari meletakkan kepalanya di dada Kak Gerald.

Seketika perasaan bahagia dalam hatiku luruh, aku terkejut, dan saking terpananya aku bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata.

Baru saja, beberapa jam lalu dia menjemput dan membuatku terbang ke nirwana, namun sekarang dia menghempasku ke lembah penuh kegelapan dan duri. Kutekan dadaku menahan sakit, mengedarkan pandangan perlahan mundur menjauh dari tempat itu.

Sambil mengusap sudut mata yang basah aku menggumam dalam hati bahwa tidak seharusnya aku begitu bahagia mendapat rayuan receh seperti tadi, untung saja teman-temanku tidak berada disini karena jika saja iya, mereka pasti akan menertawakanku.

Aku berlari, tak tentu arah, meninggalkan aula kampus sambil terisak menahan sesak di dada.

"Tunggu Hassa ...." Dibelakangku seseorang berusaha memanggil namun suaranya jauh, 

Tentu itu adalah gerald tapi aku tahu dia tidak akan menyusulku.

Aku menangis sepanjang trotoar sambil melirik jam tangan, waktu menunjukkan pukul 10 malam dan aku tahu tidak ada lagi angkot atau bis kota yang akan lewat, karena jam operasional mereka sudah berakhir. Aku berusaha untuk memesan ojek online, sementara di langit suara petir mulai bergemuruh namun tidak ada driver yang tersedia, jadi,  terasa lengkap sudah penderitaanku malam ini.

Sambil menangis dan membenamkan wajah dari balik lengan, aku meratapi nasib sialku malam ini.

Aku menyesal termakan ajakan dan kata-kata manis  dia yang ternyata setelahnya mengabaikanku di pesta.

Kuhentikan langkah di sebuah halte, duduk di sana, sementara hujan mulai turun dengan derasnya, pakaianku basah terkena siraman hujan berangin,  karena halte tidak berdinding, hatiku makin remuk redam dengan kesenduan malam ini.

Sembari terisak-isak sedih, tiba tiba aku tak merasakan siraman air hujan lagi di tubuh ini, setelah kuangkat kepala ternyata seorang pria berdiri di belakangku dan melindungi tubuh ini dengan air hujan.

Aku tersentak kaget karena mengira itu adalah orang jahat, ternyata dia yusuf dan  dia memang penjahat. Ah, dadaku sesak.

"Ada apa? Kenapa mengikutiku?" Tanyaku sambil mengusap air mata.

"Tidak ada."

"Pergilah sana," usirku sambil berusaha tegar.

"Mana bisa meninggalkan kamu di pinggir jalan begini."

"Apa pedulimu?! 

Biarkan aku sendiri saja." Kubuang muka dan berusaha menghindari tatapannya.

"Baiklah, menangislah sesukamu, kalo sudah selesai,  katakan agar aku bisa mengantarmu pulang," jawabnya sambil duduk di sampingku dan menghisap rokoknya.

"Kau boleh pergi, aku akan minta ayah menjemputku," balasku.

"Apa kau tega membiarkan ayahmu datang untuk menjemput di cuaca hujan sederas ini?"

 Sorot matanya terlihat ditimpa sinar kilat dan hujan, namun bukan sorot kejahatan tapi seperti sebuah perasaan iba dan entahlah apa.

"Kalo begitu biarkan aku pulang jalan kaki," balasku.

"Terserah."

Aku bangkit lalu menyusuri jalan dengan hati remuk redam, kupikir ia akan mengabaikanku namun  ternyata ia mengikuti dan menyorot jalan yang kulewati dengan lampu motornya, tanpa mengucapkan apa apa.

Terlihat manis namun aku tidak bisa menerimanya.

Ada beberapa pria yang terlihat duduk di tepi jalan sana, nampak seperti berandalan yang mabuk, mereka memperhatikan, hendak mendekat tapi tak jadi karena mendapati pria berkelat kulit  coklat itu di belakangku.

"Bang Yusuf, ngapain di situ?" goda mereka sambil tertawa.

"Diamlah atau kupatahkan gigimu!" Mereka yang tadi tertawa langsung bungkam tak bersuara.

Sampai di depan gerbang rumah, dia terus mengawasi hingga aku masuk, kututup gerbang dan masuk ke dalam rumah, orang tuaku mungkin sudah tidur karena tak kudapati seorangpun di ruang tv.

Aku naik ke lantai dua dan langsung masuk ke kamarku, lantas menyalakan lampu, kucoba membuka tirai yang langsung menghadap ke arah jalan, dan ternyata Yusuf masih di sana, dengan motor yang menyala dan wajahnya mendongak ke arah kamarku.

Kututup tirai  secepat yang aku bisa sambil menekan dada, aku gugup ketahuan olehnya, ada rasa takut sekaligus berdebar yang tidak kumengerti apa, aku bertanya namun tak menemukan jawaban mengapa dia mengikuti dan mengawasiku sampai seperti ini. 

Hingga tak lama kemudian suara motor itu bergemuruh dan menjauh dari depan rumahku.

Aku mengganti pakaian laku merebahkan diri di peraduan, sambil mengingat kembali apa saja yang sudah dilakukan preman tampan itu kepadaku, kenapa dia harus bersikap sebaik itu kepada wanita yang tidak dikenalnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Waros Kompa
benar kan si gerald itu playboy cap kampak lagian si hassa mau aja di pegang2
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   32

    "Perbaiki dirimu, posisikan menatapku, peluk aku erat dan fotografer akan menjepret kita," bisiknya ketika momen pre wedding untuk undangan digital dalam amplop pernikahan kami."Aku malu, Bang," ungkapku Pelan."Mana mungkin kau malu pada calon suaminya sendiri, jangan pergi kau dan ganggu karena aku bisa menciummu di depan semua orang," godanya tertawa."Sudahlah, Abang ...." Aku merajuk dan cemberut sedang ia tertawa."Apa hari ini orang tuamu akan datang dan bergabung membuat foto keluarga?""Iya tentu saja, berikut juga orang tuamu," jawabnya."Bagaimana kamu menyakinkannya Bang?""Menikah denganmu adalah kehendakku mereka tidak akan menentang, apalagi kau adalah wanita baik-baik yang melindungi harga diri dan kehormatan.""Aku masih takut Bang," jawabku lirih."Kamu tidak perlu memikirkan itu kita tidak akan tinggal serumah dengan mereka hanya kau dan aku dan kebahagiaan kita saja. Jadi pejabat acara pernikahan agar kita bisa segera bulan madu," godanya sambil menyenggol bahu

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   31

    "Alhamdulillah Abang, akhirnya ayah merestui hubungan kita," ucapku dalam pelukan Abang."Iya, Alhamdulillah, betapa senangnya aku hari ini, aku sangat bersyukur balasnya dengan bola mata yang berkaca-kaca karena bahagia."Terima ayah," ucapku melepas pelukan Abang lalu beralih kepada ayah dan mencium tangannya."Iya, anakku, aku tahu bahwa kau akan bahagia dengan pilihan hidupmu sendiri," jawab ayah dengan menahan perasaan dan air matanya."Aku tahu ini berat untuk ayah, tapi aku akan menjaga amanah dan kepercayaan aku juga akan mencoba melindungi martabat Ayah meski nantinya suamiku adalah ....""Tidak perlu disebutkan Hassa, Ayah percaya bahwa kalian akan berubah menjadi manusia yang lebih baik." Lalu Ayah berani kepada Abang dan berbicara padanya."Aku percaya padamu bahwa kau akan menghentikan semua perbuatan tidak baik dan berubah menjadi manusia yang akan menjaga kehormatan istri dan keluargamu.""Insya Allah, Pak, hidup saya saat ini akan didedikasikan untuk membantu orang

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   30

    Di lain waktu, ayah mengantarku ke kampus, dengan motor matic milik adikku, ayah menurunkanku tepat di depan gerbang dan menyuruhku segera masuk."Ayah akan jemput, jadi jangan pulang sendiri.""Hanya ada dua blok dari sini ayah," sanggahku."Dua blok itu mendekatkan kamu dengan apa yang seharusnya tak kamu dekati.""Yah, apa ayah tidak mau menerima sisi baik orang lain?"Pria berkaca mata yang sebenarnya sangat menyayangiku itu hanya bisa menggeleng."Ayah tahu yang terbaik, Nak. Ayah tak ingin menjatuhkan kamu dalam kehancuran," jawabnya."Hassa enggak akan hancur ayah....""Ayah tahu yang paling benar, jangan sok pintar, ayah tak mau kamu salah pilih orang! Tunggu Ayah di depan gerbang sore nanti." Ayah menarik gas lalu pergi begitu saja dari hadapanku.*Sore hari ketika pelajaran dan kelas tambahan sudah selesai aku menunggu ayah di depan gerbang kampus. Di saat yang bersamaan Abang datang dan menyapaku, dia membawakan sekotak pisang coklat dan menawariku."Enggak usah, Bang, aku

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   29

    "Apa?""Iya aku telah memergoki perbuatan kekasihmu yang mengendap-ngendap masuk kedalam kamar wanita yang notabene sangat religius. Ternyata jilbab yang kau kenakan hanya kamuflase agar orang lain tidak menghujatmu," ejeknya.Gubrak!Tanpa banyak bicara lagi dan seolah diberikan kekuatan, aku langsung menghantam muka si Gerald dengan tas yang kubawa."Kalaupun semua itu terungkap dengan jelas, maka akan ada orang yang juga ikut dipermalukan, yaitu orang yang menguntit kehidupan orang lain," jawabku."Kamu jangan coba-coba mengancam ya, kamu hanya gadis kecil yang lemah," ucapnya sembari mendorong tubuhku dengan keras.Namun seorang diberi kekuatan untuk berani dan kokoh, meski kuat dorongannya aku tidak terjatuh, malah kali ini aku menarik pergelangan tangannya dan memutarnya. Hingga pria itu kaget dan menjerit kesakitan."Kemarin aku lemah dan bodoh, iya. Tapi sekarang aku tidak akan tinggal diam pada orang-orang yang jahat padaku. Masih ingat bahwa kau ingin memperkosa diri ini? S

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   28

    Pletak!Suara batu kecil menghampiri jendela rumahku, aku terbangun dan langsung mengintip pelakunya dari balik jendela.Ternyata Abang di sana, mengendap endap lewat sisi pagar dan memanggilku menggunakan kerikil. Perlahan kugeser kaca jendela dan bertanya ada apa."Apa yang Abang lakukan di situ?""Menemuimu?""Tapi ayah akan melihat?" bisikku."Tidak akan," balasnya. Wajah dan tubuhnya tidak terlihat, kecuali siluet kelabu yang tertutupi oleh bayangan rumahku yang berlantai dua."Abang, aku pun ingin melihatmu," ucapku."Apa ayahmu sudah tidur?""Sudah," balasku.Perlahan ia naik ke sisi tembok lalu memanjat genteng, untungnya material itu kuat sehingga mampu menopang tubuh Abang, perlahan pria itu merangkak menuju jendela tempatku berdiri, sementara aku menunggu dengan napas tertahan."Apa yang Abang lakukan, tolong, ayah akan tahu," bisikku panik."Diam dulu kamu, kalo kamu seribut itu maka ayahku pasti akan tahu," balasnya memberi isyarat jari di bibir.Dia masuk ke dalam

  • ROMAN CINTA YUSUF DAN HASSA   27

    "Mari masuk, silakan duduk, Pak, Bu," ucap Ibu dengan sopannya.Keluarga Abang terlihat mengedarkan pandangan pada interior rumah kami, ibunya terlihat tersenyum tipis sedang ayahnya hanya nampak sinis sambil 1, kelihatannya dia meremehkan keadaan keluargaku."Silakan duduk, saya agak terkejut karena Bapak dan Ibu datang tanpa pemberitahuan, saya jadi tidak menyiapkan apa apa," ucap ibu berusaha ramah."Tidak apa, Kami tidak akan menyita waktu keluarga ibu, kami hanya ingin bicara sebentar saja."Aku dan abang yang duduk berhadapan saling memandang dan kembali diam. Sementara Ibu memanggil Rizal dan ayah untuk menemani keluarga Abang."Ayah, tolong masukklah," bisik ibu.Ayah yang terlihat malas dan sedikit tidak suka dengan keluarga Reinaldi, hanya mendecak kecil lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan orang tua Abang.Melihat gelagat ayah yang terlihat menunggu pria itu membuka pembicaraan akhirnya Bapak pengacara yang cukup terkenal itu membuka suaranya."Kami sekeluarga datang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status