Share

Bab 2

Penulis: Zhar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 15:01:57

Setelah mengatakan itu, Sisi berlari ke pelukan Fikri.

Tubuh kecilnya lembut, membuat Fikri merasa sangat bahagia!

Dalam hidup ini, memiliki seorang putri sudah cukup!

"Ayo kita pulang sekarang!" Fikri melambai ke arah Nenek Lina, lalu berkata pada Sisi, "Ucapkan selamat tinggal pada Nenek!"

"'Selamat tinggal, Nenek!" Sisi tersenyum dengan mata melengkung seperti bulan sabit.

"Sisi benar-benar patuh, besok belajar dengan sungguh-sungguh ya!" Nenek Lina bergegas mencium Sisi dan menyuruh Fikri membawanya pulang. Setibanya di rumah, Fikri segera memasak.

Dia mencuci beras, kemudian mengambil segelas air dari ruang dan menuangkannya ke dalam rice cooker. Kemudian, ia mencuci beberapa sayuran hijau dan merebusnya dalam air, lalu menambahkan sedikit saus tiram. Dia juga membuat telur dadar tomat, mencuci stroberi, dan ketika semua hidangan telah disiapkan, dia mengeluarkan nasi yang sudah matang dari rice cooke.

"Sisi, ayo makan!" Fikri menggosok-gosok kepala kecil Sisi

dengan lembut,"Ayah membelikanmu stroberi! Tapi kamu harus makan nasi dulu baru boleh makan stroberi!" Sisi mengerjapkan matanya, menjilat bibir merah muda seperti kucing kecil yang rakus, lalu tersenyum pada Fikri.

"Ayah, Sisi sangat ingin makan stroberi. Kemarin saat Yopi pergi ke sekolah, dia membawa sekotak stroberi yang sangat besar dan lezat! Dia bahkan memberikan beberapa kepada guru! Guru memujinya!"

Sisi menundukkan kepalanya, seolah tampak sedikit sedih, "Sisi juga mau makan, tapi Sisi sangat patuh, tidak menangis atau meminta pada Yopi. Ayah, apakah yang Sisi lakukan benar?"

Fikri merasa sedikit sedih. Putrinya sudah sangat bijak sejak kecil, dia merasa sangat berutang pada putrinya.

"Yang Sisi lakukan sudah benar!" Fikri berkata sambil menggosok matanya yang memerah. Dia segera memberi Sisi semangkuk kecil nasi putih,

"Ayo, makanlah, setelah makan kita makan stroberi! Sisi bisa makan hingga puas!" Sisi mulai makan nasi dengan sumpitnya, matanya bersinar-sinar!

"Wow! Ayah! Makanan hari ini enak sekali!!" Sisi berseru kaget, dia mengacungkan jempolnya ke arah Fikri, "Benar-benar lezat!"

Sisi hanya makan nasi putih, Fikri sedikit tak bisa berkata-kata.

Fikri tahu bahwa ini mungkin karena efek air dari ruang!

''Sisi tidak boleh hanya makan nasi, harus makan sedikit tomat, telur dan sayuran." Fikri berkata sambil memberi sedikit sayuran pada Sisi.

Dia sendiri juga makan satu sendok nasi, dalam sekejap, dia merasakan aroma nasi yang lezat menyebar ke seluruh tubuhnya, ini adalah rasa makanan yang asli dan paling manis serta bersih! Benar-benar sangat lezat!

Hampir dalam sekejap, Fikri bahkan menghabiskan satu mangkuk nasi putih tanpa makan sedikit pun sayuran!

"Ayah juga harus makan sayuran! Tidak boleh hanya makan nasi putih!" Sisi berkata sambil memegang sumpit

dengan tangan kecilnya yang putih dan dengan tidak stabil menjepit sayur, lalu meletakkannya di mangkuk Fikri.

Mereka berdua saling tersenyum, sangat harmonis. Setelah makan, Sisi beristirahat sejenak sambil memegang perutnya yang bundar, kemudian tidak sabar untuk makan stroberi.

Fikri memberikan mangkuk buah kepada Sisi, lalu Sisi segera seperti kucing kecil yang rakus, matanya yang besar dan

hitam menatap stroberi merah yang menggoda, lalu menggigit satu gigitan!.

"Ayah! Stroberi ini sungguh sangat enak! Benar-benar manis! Ayah juga makan!"

Kata Sisi sambil mengayunkan stroberi yang telah digigit dengan tangannya dan mendekatkannya ke mulut Fikri. Fikri merasa terharu! "Ayah tidak suka stroberi, Sisi makan saja."

Namun Fikri masih enggan memakannya.

Sisi mengerjapkan matanya dan memonyongkan bibirnya, seolah tidak mengerti kenapa ayahnya tidak menyukai stroberi yang enak ini.

"Sisi sudah kenyang!" Setelah makan tiga buah stroberi, Sisi

tidak bisa makan lagi.

Fikri berpikir sejenak, kemudian menaruh empat buah stroberi yang tersisa ke dalam ruang, kemudian membawa Sisi untuk tidur.

"Baiklah, cerita sudah selesai, Sisi juga sudah harus tidur."

Keesokan harinya.

Fikri bangun jam 7 pagi, memasak bubur ketan dan memasak dua butir telur rebus, ia mengambil sisa makanan yang tidak habis dimakan semalam dari kulkas, sedikit dipanaskan, lalu berpikir untuk masuk ke dalam ruang dan mengambil empat buah stroberi yang tersisa untuk dibawa ke sekolah oleh Sisi.

Namun begitu Fikri memasuki ruang, dia langsung dibuat terkejut oleh apa yang dilihatnya! Di samping mata air dan dekat dengan tanah, Fikri sebelumnya meletakkan

Empat buah stroberi di sana! Namun sekarang stroberi itu hilang, diganti dengan banyak tunas stroberi yang padat dan rapat! Dan tunas stroberi itu sudah tumbuh setinggi satu inci, hijau mengkilap, dan banyak di antaranya yang telah berbunga, sangat jelas sudah akan berbuah! Fikri merasa terkejut dan senang.

Ruang kosong ini, ternyata memiliki fungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman! Tidak hanya itu, bunga stroberi yang tumbuh dari tunas ini, dua hingga tiga kali lebih besar dari bunga stroberi biasa yang pernah dilihat Fikri!

Lasti stroberi yang akan dipanen nanti akan lebih besar, lebih manis dan lebih lezat!

Fikri segera memisahkan tunas-tunas stroberi ini, menanamnya satu per satu di tanah hitam di dekat kolam, dan ketika melihat semakin banyak tunas bunga yang bermekaran, dia tersenyum lebar! Kelak kalau Sisi ingin makan stroberi, bukankah dia bisa mengambil sebanyak yang dia inginkan?!

Keluar dari ruang kosong, hanya satu menit berlalu di dunia nyata. Fikri mendinginkan bubur ketan yang sudah matang, nmengupas telur rebus untuk Sisi, makan sarapannya sendiri, kemudian membangunkan Sisi. Setelah membasuh wajah Sisi, membantunya menyikat gigi dan menyuapinya sarapan, Fikri mengendarai kendaraan roda tiganya untuk mengantar putrinya ke taman kanak-kanak.

"Bye-bye, Ayah!" Sisi menggandeng tangan gurunya

dengan satu tangan, sambil melambaikan tangan yang lain ke arah Fikri, "Ayah, hati- hati di jalan ya!"

Fikri mengangguk dan menyaksikan guru membawa Sisi masuk ke taman kanak-kanak, kemudian pergi dengan

Kendaraan roda tiganya.

Pertama-tama, ia pergi ke gudang ekspedisi untuk mengambil paket, mengirimkannya satu per satu sesuai dengan alamat, dan ketika beristirahat di tengah hari, dia sudah bercucuran keringat.

Fikri dan rekan kerjanya menemukan restoran murah dan memesan nasi dengan lauk kentang paling murah. Dia duduk di depan pintu dan makan dengan rakus.

Namun, sejak makan nasi yang dimasak dengan air dalam ruang, Fikri merasa makanan di luar sama sekali tidak enak! Oh iya, tidak tahu bagaimana stroberi yang ditanam pagi tadi sekarang?

Fikri makan sambil berpikir, ia membuang kotak makanannya ke tempat sampah, lalu pamitan pada rekan kerjanya, mengatakan bahwa dia akan pergi ke toilet, kemudian pergi ke bilik toilet.

Fikri segera masuk ke ruang.

Pemandangan di depannya membuat Fikri terkejut lagi!

Di tanah seluas satu hektar, semua bibit stroberi dipenuhi dengan stroberi merah segar yang berair, dan satu stroberi cukup besar seperti kepalan tangan orang dewasa! Selain itu, biji stroberi ini sangat kecil dan terbenam dalam daging buah, hampir tidak terlihat kalau tidak diperhatikan dengan saksama.

Satu biji stroberi sangat berat, aroma khas stroberi memenuhi hidung, membuat orang ngiler dan tidak bisa menahan diri!

Fikri tidak ragu-ragu, ia langsung memetik satu stroberi dan memakannya dengan senang!

Meskipun bibit stroberi ini tidak mencakup seluruh satu hektar tanah, ini juga sepuluh persen dari luas lahan

tersebut. Total hampir seribu kati stroberi! Sangat manis di mulut, dengan aroma stroberi yang khas, membuat orang terkesan dan ingin terus makan! Fikri tidak makan banyak sebelumnya, sekarang ia duduk di tanah, memetik

stroberi dan makan hingga kenyang!

Namun, setelah selesai makan, Fikri merasa bingung, dia dan Sisi tidak mungkin bisa menghabiskan begitu

banyak stroberi yang besarnya kira-kira sebesar kepalan tangan ini.

"Mungkin ... aku bisa menjualnya?" Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepala Fikri. Dia bertepuk tangan dan merasa itu bisa dilakukan! Stroberi ini pasti bisa menghasilkan cukup banyak uang! Tanpa ragu, Fikri dengan cepat meninggalkan tempat itu dan kembali ke kendaraan roda tiganya, lalu mengisinya dengan stroberi hingga penuh.

Fikri menelepon atasannya dan meminta cuti, mengatakan bahwa dia ada urusan yang harus diurus di sore hari dantidak bisa masuk kerja. Kemudian, dia mengendarai kendaraan roda tiganya untuk membeli timbangan elektronik dan kantong plastik sebelum menuju ke pintu masuk perumahan di mana dia dulu tinggal.

Lingkungan perumahan ini bisa dibilang kawasan perumahan orang kaya di Kota Hokida, selalu ada mobil mewah dan wanita cantik yang datang dan pergi. Fikri mendirikan sebuah kios kecil dan meletakkan stroberi di depannya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 66

    Fikri menggenggam artefak itu lebih erat. Di tangannya kini bukan hanya sekadar kunci rahasia tapi juga sumber kekuatan yang entah datang dari mana, yang mungkin bisa menjadi penyelamat... atau penghancur. “Kalau begitu,” kata Fikri perlahan, menahan gemetar dalam suaranya, “kau harus melewatiku dulu.” Pria itu tertawa pelan, langkah kakinya bergema di ruang bawah tanah yang dingin dan sunyi. “Itu memang rencanaku sejak awal.” Ia mengangkat tangan, dan dari balik jasnya muncullah senjata kecil dengan cahaya merah berkedip di sisinya—teknologi canggih, jelas bukan milik orang biasa. Tapi sebelum pria itu sempat menekan pelatuk, artefak di tangan Fikri mulai berdenyut. Simbol-simbol di permukaannya menyala lebih terang, dan seketika, cahaya biru menyambar keluar dari benda itu, membentuk semacam pelindung energi yang melingkupi tubuh Fikri. Sinar itu menghantam pria tersebut dan melemparkannya ke dinding dengan keras. Ia jatuh dengan suara dentuman, pingsan seketika. Fikri terd

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 65

    Fikri duduk di ruang kerjanya, menatap peta yang terhampar di hadapannya. Setiap garis, setiap titik, dan setiap jalur yang ada di sana seolah-olah menyimpan rahasia yang lebih dalam dari yang ia bayangkan. Perjalanan yang baru saja dimulai tampaknya akan mengarah ke arah yang tidak terduga. Sesuatu yang lebih gelap, lebih berbahaya, dan lebih berisiko daripada yang ia kira.Di luar, suasana malam semakin gelap, tetapi Fikri tahu bahwa ini bukan waktunya untuk beristirahat. Apalagi setelah lelang yang sukses, dunia yang ia masuki semakin sempit. Semua orang menginginkan sesuatu darinya—dan tak sedikit yang siap menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.Tiba-tiba, teleponnya berdering. Fikri menoleh, melihat nama yang tertera di layar: Asha. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengangkatnya."Asha," kata Fikri, suara serius namun penuh rasa ingin tahu. "Ada apa?"Asha terdengar sedikit cemas. "Kita tidak punya banyak waktu. Mereka mulai bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 64

    Beberapa hari setelah lelang, Fikri merasa angin perubahan berhembus kencang. Ada sesuatu yang telah ia keluarkan ke dunia, dan meski perasaan puas menyelimuti dirinya karena harga yang ia dapatkan dari lelang tersebut, ia juga tahu bahwa hal itu hanya permulaan dari sesuatu yang jauh lebih besar. Penawarannya berhasil, tetapi harga yang dibayarkan—baik secara finansial maupun psikologis—belum sepenuhnya ia pahami.Di ruang kerjanya, Fikri duduk di depan meja besar yang penuh dengan dokumen dan catatan penting. Pikiran-pikirannya melayang jauh, kembali ke percakapan dengan para pengusaha yang hadir di lelang. Ada yang tampak tertarik, ada juga yang ragu-ragu. Namun satu hal yang pasti, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ia sembunyikan.Chelsea menghubunginya melalui telepon, menyadari kegelisahan di balik keputusan besar yang Fikri buat. "Kamu yakin sudah siap, kan?" tanya Chelsea dengan nada khawatir, meskipun ia tahu Fikri tak akan membiarkan apa pun mengganggu rencananya.Fikri

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 63

    Keputusan Fikri untuk menanam apel langka itu tidak hanya menarik perhatian ruang ajaibnya, tetapi juga memunculkan pertanyaan yang lebih besar di benaknya: apakah ruang itu benar-benar bisa mengubah nasibnya, atau justru mengarahkannya pada jalan yang tidak bisa ia kendalikan? Apakah dia sudah cukup siap dengan semua yang akan datang?Beberapa hari setelah menanam apel tersebut, Fikri mulai merencanakan langkah selanjutnya. Ia tahu bahwa dunia di luar sana tidak akan membiarkannya tenang, terutama dengan potensi yang tersembunyi dalam ruang ajaib dan kekuatan buah langka yang baru saja ia temukan. Ketika tawaran lelang datang dari sebuah perusahaan besar, Fikri merasa ini adalah kesempatan untuk menguji apakah dunia luar bisa menerima ‘keajaiban’ yang ada dalam hidupnya, atau justru menghancurkannya.Perusahaan itu, Sura AgriCorp, dikenal luas karena kemampuannya dalam meneliti dan mengembangkan produk pertanian eksklusif. Mereka menawarkan lelang khusus yang hanya dihadiri oleh sege

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 62

    Pertarungan terus berlangsung dalam gelap malam, hanya diterangi oleh cahaya temaram dari lampu teras dan kilatan ponsel yang tak sengaja menyala. Asha dan timnya bekerja cepat dan senyap, seperti bayangan yang menari di antara suara benturan dan teriakan teredam. Fikri tetap menjaga pandangannya pada Raymond, yang meski mulai goyah, tidak kehilangan keangkuhannya. Raymond mundur satu langkah, wajahnya masih tersenyum tetapi matanya mulai mencari jalan keluar. “Kau pikir ini sudah berakhir? Ini baru permulaan, Fikri. Aku bukan orang bodoh yang datang hanya dengan satu rencana.” Tiba-tiba, terdengar ledakan kecil dari sisi timur rumah. Asap putih menyelimuti bagian taman, membuat pandangan terganggu. Asha langsung memberi perintah, “Asap gangguan! Tetap waspada, mereka mungkin membawa senjata!” Benar saja, dua dari lima pengawal Raymond yang semula tumbang, bangkit kembali dan mulai menembakkan peluru karet ke arah Asha dan timnya. Namun Fikri telah mengantisipasi kemungkinan itu. I

  • RUANG AJAIB JURAGAN FIKRI   Bab 61

    Raymond menatap Fikri dengan tatapan tajam, seolah-olah mengetahui setiap langkahnya. Fikri bisa merasakan ketegangan di udara—sebuah ancaman yang tak terucapkan, namun jelas terasa. Semua ini bukan lagi hanya soal anggur atau bisnis. Ini adalah permainan yang lebih besar, yang melibatkan nyawa dan masa depan keluarganya."Kenapa kau datang ke sini, Raymond?" tanya Fikri, suara tenang namun dipenuhi perhitungan.Raymond mengangkat bahu. "Mungkin aku datang untuk mengingatkanmu, atau mungkin aku datang untuk menawarmu sebuah 'kesepakatan'. Aku tahu betul apa yang kau simpan di ruang rahasiamu. Tapi aku juga tahu, kau bukan tipe yang mudah dibujuk.""Kesepakatan?" Fikri mendengus, tidak terpengaruh. "Aku tidak butuh tawaran dari orang seperti kamu."Raymond melangkah lebih dekat, seolah tidak peduli dengan jarak yang ada di antara mereka. "Jangan terlalu percaya diri, Fikri. Kau punya banyak hal yang orang-orang seperti aku inginkan—termasuk informasi tentang ruang itu. Anggurmu bukanla

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status