Share

Lima-Deren

California-Los Angeles

08.15

Brak

Pintu kamar rumah sakit tersebut di buka kasar oleh seorang pemuda, dia melangkahkan kakinya cepat ke arah sang kakak yang sedang tertidur di sofa yang ada di kamar itu. 

Deren menatap tajam kakaknya, dia menarik kedua tangan Chale hingga pria tersebut terduduk dengan kesadaran yang masih belum sempurna. 

"HEY?!, Berani sekali kau membangun kan kakak mu seperti ini" teriak nya murka menatap sang adik yang masih memasang wajah garangnya. 

"Kau yang mulai duluan" balas Deren tak terima. 

"Apa? Aku tak melakukan apa pun" bela Chale untuk dirinya sendiri. Ada apa dengan adiknya ini, selain cerewet dia juga agak tidak waras. Mungkin?

"Apa kau bilang? Apa? Coba ulangi sekali lagi" Deren berkacak pinggang. 

Terisya yang merasa keributan langsung membuka mata, dia menatap kedua pria yang kini dengan posisi saling bertatapan. Namun dilihat dari mata keduanya sepertinya tidak bersahabat.

"Ya apa? Aku tidak melakukan apa pun. Dan kenapa kau bisa di sini hah? Kau tau aku disini dari siapa?" Tanya Chale dengan nada menyelidik. 

Baru saja dia sampai di kota ini hidupnya sudah di penuhi oleh ocehan adiknya. Jika saja boleh mungkin dia sudah menukar adiknya ini di tukar tambah barang tidak berguna. Ck, kerjaan cowok satu ini hanya lah makan tidur main saja. Bahkan untuk kuliah saja dia malas.

"Aku melacak mu melalui GPS yang kau aktif kan" kebiasaan Chale jika dia dari luar kota dia akan menyalakan GPS miliknya hingga dia benar benar sampai di rumah dengan selamat. "Kau tidak memberitahu ku jika Mom and Dady akan berkunjung bodoh. Sekarang Ferrari kesayangan ku disita" lanjutnya kesal. 

"Aku lupa" Chale akan kembali ke posisinya berbaring namun di gagalkan oleh Deren yang lagi lagi menariknya. 

"Aku belum selesai bicara, ngapain kau disini heh pria tua?" Deren menatap selidik Chale yang masih nampak tak perduli dengan dirinya. 

"Kau lihat itu di belakang mu jika kau masih punya mata" ucap Chale membuat Deren menoleh ke belakang. 

Dia terdiam melihat Terisya yang kini menatapnya juga. Mereka saling bertatapan cukup lama namun tanpa menyapa atau mengeluarkan suara. Deren kembali menatap Chale lalu menatap Terisya lagi. 

"Dia siapa?" Tanya Deren dengan suara pelan. Tidak suara Deren tidak bisa di bilang pelan, Terisya masih bisa mendengar suaranya meski dari jarak yang cukup jauh.

"Nanti ku jelaskan, sekarang aku ingin tidur sebentar. Kau jaga dia" Chale kembali berbaring, pria itu menutup matanya dan memasuki alam mimpinya. 

Deren menggaruk kepalanya bingung, kini apa yang harus dia lakukan?. Dia mendekat ke arah Terisya yang masih menatapnya dalam diam. 

"Aku Deren" Deren mengeluarkan tangannya, dia tersenyum manis ke arah Terisya yang membalas uluran tangan dan senyum nya. 

"Terisya Alexandra" -Terisya 

"Kamu kenal sama dia?" Tunjuk Deren pada Cahle yang tampak sudah tak sadarkan diri. Terisya terdiam sebentar lalu gadis itu menggeleng. 

Deren tampak berpikir, dia meletakkan telunjuknya di jidat berlaga seperti orang yang berpikir keras. 

"Jadi kau tidak sengaja bertemu dengan si pria tua itu" tebak Deren di angguki Terisya. 

Deren tak lagi bertanya, lebih baik dia bertanya pada Chale saja. Dia tak enak terlalu banyak bertanya kepada Terisya mengingat jika gadis itu seperti nya sangat kelelahan. 

* * * *

Mata Deren membulat saat mendengar penjelasan dari Chale, saat ini mereka sedang berada di kantin rumah sakit. Sedangkan Terisya melakukan ronsen. 

"Keluarga macam apa itu" kesal Deren sembari memakan kentang goreng di depannya. Dia tidak menyangka jika gadis itu sebelum telah melewati peristiwa yang begitu mengerikan. 

"Jadi, bagaimana selanjutnya?. Dia akan tinggal di mana?" Deren kini tampak serius, pria itu jarang sekali serius dalam keadaan apa pun. 

"Hem aku sudah memikirkan nya, seperti aku harus membicarakan nya pada Momy" ucap Chale. 

Deren mengangguk setuju, mereka harus memberitahu ini pada Momy dan Dady mereka jika tak ingin berakhir dengan amukan singa betina. 

"Aku akan pergi menemui mereka, kau tunggu di sini. Pastikan dia beristirahat dan jangan beritahu dia apa pun tentang perginya aku" Chale bangkit dari duduknya dia meninggalkan Deren yang masih sibuk dengan kentang goreng. 

* * * *

Mobil milik Chale memasuki kawasan rumah keluarga Gionva, dia di sambut dengan beberapa bodyguard dan maid yang bekerja disana. 

"Aku pulang" teriknya saat memasuki rumah itu. 

"Chale, oh akhirnya kau sampai" Margaretha memeluk Chale dengan lembut. Wanita itu tersenyum tulus saat mengusap punggung Chale. 

"Miss you mom" ucap Chale membalas pelukan Margaretha. 

"Oh my son bagaimana pekerjaan mu?" Devon melepas kacamata nya, dia berdiri di samping Margaretha yang sudah melepas pelukan nya. 

"Lancar Ded" balasnya dengan senyum kecil. 

Mereka bertiga berjalan menuju ke ruang keluarga, Devon duduk di ikuti Margaretha di sampingnya dan Chale di sofa yang berbeda. 

"Tumben kau pulang ke sini? Apa Deren membuat masalah?" Selidik Devon pada Chale. 

Pria 27 tahun itu jarang sekali pulang ke rumah, dia lebih memilih tinggal di rumahnya sendiri yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Deren yang dasarnya anak yang bebas, lebih memilih tinggal bersamanya dengan syarat tak boleh menyentuh minuman keras. 

Chale tau di sini adalah tempat di mana remaja dapat melakukan kebebasan apa pun. Apa lagi Deren yang sudah 20 tahun membuat pria itu bebas jika ingin masuk ke club. Makanya dia memberikan syarat tersebut untuk menjauhkan remaja labil itu dari minuman keras. 

"Tidak, hem ada yang ingin ku bicara kan" Chale menarik nafas. "Tadi malam saat aku dalam perjalanan pulang, aku tak sengaja bertemu dengan seorang gadis di pinggir hutan." Lanjutnya dengan wajah serius. 

Devon diam begitu juga dengan Margaretha, mereka masih menunggu kelanjutan dari cerita Chale. Sudah menjadi kebiasaan keluarga ini, jika dalam mode serius mereka akan serius dan jika dalam mode biasa mereka akan biasa. 

"Aku membawanya nya ke rumah sakit, sekarang Deren menemaninya di sana. Dia berasal dari Indonesia dan katanya dia di bawa ke sini karena dijadikan sebagai jaminan atas hutang paman nya." Chale membuka tasnya dia memberikan map berwarna coklat yang tadi sempat di ambilnya dari anak buahnya sebelum menemui orang tua nya. 

"Aku sudah menyelediki nya, dan benar saja apa yang di katakan gadis itu. Dia memang berasal dari negara itu, dia juga di bawa ke sini menggunakan pesawat pribadi jadi dia tidak memiliki data pribadi penerbangan di penerbangan mana pun" jelasnya lagi saat kedua orang tuanya membaca isi map itu. 

"Aku ingin bertemu dengan nya" ucap Margaretha setelah membaca semua data yang ada, Devon mengangguk setuju. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status