Share

Bab 1

"Assalamu'alaikum, Mir, Mira." Terdengar salam di ujung pintu, aku yang sedang merendam pakaian kotor tergesa-gesa segera menemui si empu suara.

"Waalaikumsalam. Oh Ibu, masuk, Bu," ajakku setelah membukakan pintu.

"Lama bener bukain pintunya, baru bangun kamu, ya?" sentak Ibu mertua.

"Nggak, Bu, Mira tadi—"

"Alah alasan! Jadi istri itu jangan malas, belum juga punya anak, bagaimana kalau sudah punya anak, bisa mati tak terurus anakmu," sela Ibu. "Mana Hasan?" lanjutnya lagi dan melangkahkan kaki masuk.

"Bang Hasan, kerja, Bu." Kupersilakan Ibu untuk duduk.

"Loh, bukannya ini Sabtu, ya? Kenapa Hasan masuk kerja?"

"Mira nggak tahu, Bu. Bang Hasan bilang ada yang harus di kerjakan di pabrik."

"Duh, ini kursi kok gini amat, ya, sampe sobek begini sarungnya," ucapnya sambil menyentak sarung kursiku. Bagaimana tidak sobek? Kursi tersebut adalah kursi yang ada di rumah orangtua Bang Hasan yang usianya mungkin sudah sama dengan usia adik iparku.  Bukan karena baiknya Ibu mertua, tapi karena kursi itu adalah hasil pertukaran kursi milikku yang merupakan kado pernikahan dari atasan saat aku bekerja di pabrik mebel dahulu.

Memang, saat itu kami masih tinggal bersama Ibu, jadi semua barang milik kami di letakkan di rumah Ibu, tapi saat aku mendapat rumah warisan orangtuaku, aku memujuk Bang Hasan untuk pindah. Namun, saat itu Ibu mertua melarang kami membawa barang-barang yang sejak awal memanglah milik kami.

"Kalian itu masih pengantin baru, belum punya tamu, bedalah sama Ibu. Teman arisan Ibu banyak, lagi pula kalau kalian pindah bawa ini semua, apa kata tetangga, mereka akan mengira Ibu mengusir kalian," jelas Ibu waktu itu.

Dan, akhirnya Bang Hasan pun memujuk agar aku mau menukar kursi itu dengan janji akan menggantinya saat bonus akhir tahun dari kantor keluar.

Hal yang sama juga terjadi dengan lemari, tempat tidur dan meja rias yang merupakan pemberian Bang Hasan untuk hantaran. Tapi bukan untuk Ibu mertua, melainkan untuk adik ipar.

"Lina itu, kan anak gadis, sudah mau kuliah, pasti temannya banyak nanti yang datang main kesini terus cerita-cerita di kamarnya, ya dia pasti malu kalau barang di kamarnya jelek. Kalau kalian, kan sudah menikah, nggak ada yang harus di 'malu'in. Lagipula biarkanlah itu jadi pemberian Hasan terakhir kali untuk adiknya. Nanti juga kalau sudah menikah, Lina nggak akan minta apa-apa lagi sama masnya."

Bahkan sprei, handuk, kain panjang, tidak luput dari mata Ibu, begitu pula dengan peralatan dapur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status