"Aku yang bertanggungjawab!"
BLAARRRR..Kania terpana...bagai ada yang menyambarnya saat mendengar suara seorang pria mengalun di tengah keributan yang terjadi di rumahnya.Baru saja, adik tirinya mengaku hamil oleh Bram, kekasih Kania!Tadinya, Kania tidak lantas percaya begitu saja, tetapi ketika pria itu dengan lantang mengakuinya, kala dirinya dan sang adik tiri tengah beradu argumentasi, dia kehilangan kata-kata."BRAM?" Kania terpana. "Kenapa harus kamu yang bertanggung jawab Bram?" desak Kania masih belum percaya jika tunangannya berkhianat!Kedua orang tuanya, juga adik tiri yang mengaku hamil oleh Bram kini tengah menatap Kania dan Bram bergantian."Jangan khawatir, aku tetap akan melangsungkan pernikahanku dengan Kania, aku—""Cukup Bram! Jawab saja pertanyaanku!"Kania melihat Bram memandangnya kesal."Sudah jelas aku bilang aku yang bertanggungjawab, apa lagi yang kau ingin aku jelaskan? Kau ingin tahu prosesnya?" tanya Bram dengan sebelah kening terangkat. Ekspresi merendahkan!Kania murka.Nampaknya Bram pun bisa merasakan hal itu karena Bram segera berkata dengan lebih datar."Kania, dengarkan_"“Kamu kira aku mau dimadu?!” Kania memotong ucapan Bram. Kania muak mendengar alasan Bram, ternyata selama ini dia telah bertunangan dengan ular!Jangan dia pikir Kania tidak tahu kenapa pria itu tetap ingin mempertahankan pernikahan mereka, kendati telah menghamili adik tirinya.Jabatan!Warisan!Kekuasaan!Semua itu akan Bram dapatkan melalui Kania.Bram tahu, kalau Kania lah yang menjadi pewaris dari perusahaan ayahnya, PT Nikelindo.“Aku tau kamu kecewa, Kania. Tapi aku melakukan ini juga karena kamu yang terlalu sibuk dengan urusanmu.”Bram melemparkan kesalahan pada Kania.Kania dan juga ayahnya mengerutkan dahi. “Bagaimana pun, aku pria normal. Sonya datang di saat aku membutuhkan apa yang tidak bisa kamu berikan.”Kania ingin muntah mendengar ucapan Bram."Kamu menjijikkan!" Desis Kania.Nampak Bram memandang ayah Kania lama.Sepertinya Bram tahu betul, bahwa calon mertuanya juga pernah merasakan ada di posisinya sekarang, posisi terjepit karena tak bisa menolak godaan hawa nafsu dunia.Sementara itu, Kania menahan diri, dia benar-benar merasa ingin muntah sungguhan mendengar alibi perselingkuhan yang Bram lakukan.Dia jadi ingat bagaimana menderita ibunya dulu, saat ayahnya meminta izin untuk menikah lagi. Sejak saat itu Kania berjanji tidak akan pernah mau berada di posisi ibunya!Dia tidak bisa menerima segala bentuk pengkhianatan.Sejak awal sebenarnya Kania tidak mau menerima cinta Bram tapi karena desakan ayahnya yang membuat Kania akhirnya menerima Bram, toh saat itu dia memang tidak memiliki kekasih, ternyata nalurinya sebagai wanita memang benar, Bram pria dangkal yang sangat tidak bisa diandalkan!"Pa, Papa pasti tahu bagaimana posisi Bram, tolong mengerti, Pa."Kania tak lagi bisa tahan berada di antara mereka semua, orang-orang tamak yang menghalalkan segala cara.Kania melepas cincin pertunangannya dan meletakkan di meja terdekat.“Kita sudah selesai, tidak ada lagi hubungan di antara kita."Kania bisa melihat wajah mantan tunangannya yang langsung pucat pasti.Setelah itu dia menatap tajam pada ibu dan adik tirinya.Dia bersumpah, tidak akan menganggap mereka berdua saudara dan ibunya lagi."Aku pergi, Pa.”"Kania...kau mau pergi ke mana?"Kania tidak bisa menjawab, kemarahan bercampur kesedihan membuat lehernya tercekat.**Kania berharap mendapat sedikit kedamaian dengan menjauh dari orang-orang tamak di sekelilingnya, untuk itu dia memutuskan mampir ke kafe tak jauh dari rumahnya.Sayang, di kafe tersebut ternyata sedang diadakan sebuah acara, yang menyebabkan kafe tersebut ramai oleh pengunjung.Kania baru saja ingin memutar langkahnya, tetapi tiba-tiba terdengar suara berat seorang pria menyapanya dengan mesra.Nada lembut yang bertentangan dengan cekalan erat di lengannya."Honey, kau sudah membuat aku cemas, lebih baik aku menjemputmu tadi.”“A-apa maksud—"Kalimat Kania terpotong oleh keharuman maskulin yang menyergapnya lalu diikuti bayangan seorang pria yang mencium sudut bibir Kania sambil bergumam, "IKUTI PERMAINANKU KALAU TIDAK KAU AKAN MENYESAL!"'Ancaman?'Kania berusaha melepaskan lengannya tapi gagal.Setelah sesi kecupan yang disertai ancaman, si pria menggandeng tangan Kania dan menghampiri sebuah meja dengan lima pasang mata yang mengamati mereka, dalam diam.Kania balas menatap mereka, walaupun otaknya masih belum bekerja normal, dia tahu mereka orang-orang yang sangat kaya.Dia baru saja keluar dari rumah yang penuh dengan orang-orang keji, kini dia diperhadapkan dengan orang-orang asing.Beberapa dari mereka bahkan memandangnya sama persis seperti raut sinis ibu dan adik tirinya.HARI APA INI??Kenapa dia harus menghadapi masalah bertubi-tubi?Kania capek! Dia LELAH...dia ingin bumi menelan tubuhnya."Mom, Dad, Henny, Tante, Om, ini gadis yang tadi Nick ceritakan. Honey kenalan dulu," dalam kebingungannya Kania berjabat tangan dengan mereka semua tanpa menyebutkan namanya."Apa? Ini KEKASIHMU?" bentak seorang gadis."Nick nggak salah pilih? Masa gadis nggak bertata krama gini yang mau dijadikan kekasih!"Wanita yang terlihat paling muda dari semua yang tadi dikenalkan Nick itu mencemooh, cemoohan pembukaan yang diikuti oleh rentetan ejekan dan hinaan, Kania menerima semuanya dalam diam, yang dia tangkap hanyalah pria itu bernama Nick, selebihnya hanya ejekan dan cemoohan yang tak bisa dicerna otaknya.Hari ini dia sudah mati rasa, apa yang dihadapinya saat ini sama kejamnya dengan ibu tiri, adik tiri dan tunangan pengkhianat. Kania melihat wajah mereka satu demi satu hingga sampai di wanita yang ditebaknya sebagai ibu dan ayah Nick yang terlihat tenang-tenang saja. Wajah mereka begitu teduh.Meninggalkan perdebatan yang tidak perlu, pria yang dipanggil Nick itu mengajaknya duduk bersama. Nick mengangsurkan gelas berisi sampanye untuk Kania lalu mengangkat gelasnya sendiri dan mengajak mereka semua bersulang. "Untuk kebahagiaan." Kania mendengar Nick bergumam. Lalu Nick mendekatkan kepalanya
"Tidak...bisa...berhenti.”Suara parau dari Kania seolah menambah bahan bakar hasrat Nick yang semakin menggebu.Tak ingin melakukan kesalahan, Nick kembali mengulang pertanyaannya untuk yang terakhir kali. "Kau yakin?""Kenapa bertanya lagi?" gumaman lembut itu terdengar tidak sabar."Aku ingin kau sadar sepenuhnya dengan pilihanmu." Sebagai seorang pria, Nick tidak pernah memaksa wanita, apalagi memanfaatkan wanita yang tengah mabuk. Makanya, dia berkali-kali bertanya untuk meyakinkan Kania, dan meyakinkan dirinya bahwa Kania tidak mabuk, karena dia tidak ingin dihadiahi drama di pagi hari usai mereka bercinta habis-habisan.“Kita punya waktu semalaman. Aku tidak akan mudah berhenti ketika aku sudah memulai.”Nick mulai memanjakan tubuh indah yang disembunyikan dibalik pakaian rumahan kebesaran yang biasa-biasa saja.Kania yang masih perawan merasa asing dengan gairah yang di rasakannya.Dalam benak Kania, tiba-tiba melintas perkataan adik tirinya. Kania yang dicap terlalu dingin
Esok paginya Kania terbangun karena ada keributan di luar kamarnya, dengan kepala berat akibat baru tidur jam 3 dini hari setelah melarikan diri dari apartemen saat tunangan gadungannya baru terlelap, Kania bangkit dan keluar kamar, sebenarnya dia malas berurusan dengan mereka semua.Betapa kagetnya Kania, karena dia melihat ayahnya sedang tergeletak di lantai.Mungkinkah ayahnya mencarinya?"Pa, kenapa Pa?" Kania segera bergegas mendekati ayahnya."Anak nggak berbakti, nggak bisa bikin hati orang tua senang, sejak kau menolak menikah dengan Bram ayahmu seperti orang stress, inilah yang terjadi akhirnya, anak durhaka!" cerocos Ibu tirinya menyudutkan Kania."Kenapa jadi Kania yang salah? Kalian yang tidak tahu diri!" "Masih juga ngeles, kalau kamu setuju menikah dengan Bram, tidak akan begini jadinya!" "Anak dan ibu sama saja!" Cetus Kania. "Hei tidak usah sok alim ya, lihat aja di lehermu, ganjen pura-pura alim, huh!" Teriak ibu tirinya. Kania terkejut, teringat malam yang baru s
SATU TAHUN KEMUDIANNick Sebastian sedang dalam perjalanan ke kantor.Melihat kemacetan di jalan raya tidak mampu mengalihkan pikirannya dari seorang gadis yang dalam semalam telah berhasil mencuri hatinya satu tahun yang lalu. Dia teringat saat terbangun pagi hari Kania telah lenyap tanpa jejak. Percintaan mereka bagaikan mimpi.Awalnya Nick berusaha mengenyahkan bayangan percintaan mereka dan berusaha menganggap itu sama seperti percintaan-percintaannya terdahulu.Akan tetapi walau Nick berusaha keras, ingatan tentang kenikmatan luar biasa yang dirasakannya enggan untuk pergi. Nick berusaha menelaah apa yang beda hingga pandangannya tertumbuk pada noda merah di sprei. PERAWAN(?)Pantas nikmatnya tak terperi.Penggalan-penggalan adegan malam panas itu masih begitu nyata terpatri di memori Nick. Betapa Kania yang dalam keadaan setengah sadar sudah sangat menghibur Nick dengan jawabannya yang lucu dan polos. Berbanding terbalik dengan saat dia bercinta, begitu LIAR dan BINAL...ter
Di sebuah kamar yang cukup besar, terdapat ranjang kecil dan juga box bayi. Ditepi ranjang, Kania sedang menimang bayinya yang baru berusia tiga bulan. Bayi jagoan yang persis Nick! "Anaknya Mommy haus yaa, yuk sayang kita minum susu dulu yuk," ucap Kania dan mulai menyusui bayinya.Matanya nanar menatap sang buah hati yang begitu tampan. Mata, hidung, bibir bahkan alisnya sama sekali tak mirip dirinya. Kania mengernyitkan dahinya, ia baru menyadari jika wajah bayinya itu sangat mirip dengan ayahnya, Nick.Kania heran dia masih bisa membayangkan wajah pria itu walau satu tahun telah berlalu. Wajah tampan dengan rahang kokoh yang mencerminkan pribadi yang kuat.Selama ini Kania terus memutar otak, menimbang di sana sini dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk memberitahu tentang keberadaan Nicholas kepada ayahnya. Sejak tahu dirinya hamil, Kania sudah ingin memberitahu Nick hanya saja saat dia sampai di area parkir kompleks apartement Nick, tanpa sengaja Kania melihat Nick
Pagi ini terasa begitu berbeda, Kania yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan Nicholas, kali ini menyerahkan Nicho pada bik Sih.Kania yang mendapatkan jadwal untuk interview CV SayOnTrack memulai aktifitas paginya dengan mengecek ulang segala persiapan dan berkas-berkas yang harus dibawanya. Setelahnya Kania sedikit melakukan perawatan wajah yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena kulitnya sudah sehalus baby.Sambil mengoleskan lotion, tiba-tiba Kania teringat ucapan sahabatnya...."Di sana bosnya tampann dan buaikkkk banget, cuma nggak suka cewek!" Senyum terbit di sudut bibirnya, seandainya pria itu adalah bosnya alangkah bahagia hatinya, dia bisa bekerja dengan super tenang karena tahu tidak akan ada rayuan murahan di antara mereka. 'mimpi Nia, nggak mungkin kan, itu bos nya Antampura bukan SayOnTrack!' Dalam hati Kania menertawakan impiannya yang mustahil itu. Kania membuka lemarinya dan mengambil beberapa kemeja dan rok selutut. Awalnya dia akan memakai kemeja pu
Pria itu sudah tua! Kania memaki kebodohannya sendiri, dari kemaren dia selalu membayangkan cerita sahabatnya padahal ini bukan PT Antampura! Jelas saja dia tidak bertemu BOS MUDA yang tampan. Astagaaaaa...'kania fokus! Kania fokus!' Kania berusaha berkonsentrasi pada apa yang dihadapinya.Kania pun berjalan masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu."Selamat pagi Pak Mochtar,” ucap Kania dengan sangat sopan."Oh ya, silahkan duduk. Apa bawa berkas CV nya?” tanya Pak Mochtar Ulin.Kania segera menyerahkan map-nya. "Oke, tunggu sebentar yaa.”Kania pun duduk dengan tegak dan menunggu dengan sabar melihat Pak Mochtar Ulin yang sedang membaca lamaran dan semua dokumen pendukung yang dibawa oleh Kania.“Semua data yang kau berikan sangat berguna dan cocok dengan salah satu posisi yang sedang kosong saat ini.”“Terimakasih Pak.”“Jika saya boleh tahu, kenapa Kania ingin bekerja di sini?”“Saya ingin bergabung dengan per
Walau enggan berdandan, Kania mengganti baju rumahnya dengan dress one piece simplicity berwarna hijau daun yang makin menonjolkan keindahan kulit Asia-nya. Kania bermaksud memakai baju yang sederhana akan tetapi dia tidak tahu efex gaun itu di tubuhnya. Saat Kania berpamitan dengan bik Sih terdengar bunyi decit halus ban mobil. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Kania, Bella turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu. Bella belum sempat mengetuk pintu karena Kania sudah membukanya dan langsung menarik Bella untuk segera naik mobil."Eh kok langsung berangkat aja, aku mau lihat Nicholas dulu loh," ucap Bella yang tetep duduk di kursi supir tanpa menyalakan mesin."Lagi tidur, yuk ah keburu macet entar," ajak Kania lembut sambil memasang seatbelt-nya."Macet apaan malam-malam begini, semua orang udah pada diem di rumah," jawab Bella sambil membawa mobilnya keluar dari rumah Kania."Nah itu baru bener. Malam itu di rumah bukannya berkeliaran di jalan kek kita."Bella tertawa."Ak