Pagi ini terasa begitu berbeda, Kania yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan Nicholas, kali ini menyerahkan Nicho pada bik Sih.
Kania yang mendapatkan jadwal untuk interview CV SayOnTrack memulai aktifitas paginya dengan mengecek ulang segala persiapan dan berkas-berkas yang harus dibawanya. Setelahnya Kania sedikit melakukan perawatan wajah yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena kulitnya sudah sehalus baby.Sambil mengoleskan lotion, tiba-tiba Kania teringat ucapan sahabatnya...."Di sana bosnya tampann dan buaikkkk banget, cuma nggak suka cewek!"Senyum terbit di sudut bibirnya, seandainya pria itu adalah bosnya alangkah bahagia hatinya, dia bisa bekerja dengan super tenang karena tahu tidak akan ada rayuan murahan di antara mereka.'mimpi Nia, nggak mungkin kan, itu bos nya Antampura bukan SayOnTrack!'Dalam hati Kania menertawakan impiannya yang mustahil itu. Kania membuka lemarinya dan mengambil beberapa kemeja dan rok selutut.Awalnya dia akan memakai kemeja putih dengan kantong di dada, seperti para pegawai umumnya dengan rok model pensil yang panjangnya pas di atas lutut.Namun, Kania pikir itu terlalu formal.Ia pun pun menggantinya dengan blouse putih susu dengan aksen ikatan pita di dada dipadukan dengan rok coklat muda masih dengan model pensil yang makin menonjolkan tubuh indah Kania.Kania melepas ikatan rambutnya dan segera mandi dan memakai pakaian yang sudah ia siapkan.Mengeringkan rambutnya lalu menata rambutnya dengan gaya sanggul pramugari yang indah.Kania memoles make up tipis agar terkesan senatural mungkin dengan lipstik pink lembut. Kania pun siap untuk interview.Kania menatap pantulan dirinya di depan cermin ia tersenyum lebar mengontrol jantungnya yang gugup dan berharap dia bisa mendapatkan jabatan yang diinginkannya yaitu manajer keuangan, dengan gelarnya dia yakin bisa.Kania keluar kamar dan mendapati bik Sih yang sedang menggendong Nicholas.“Sudah mau berangkat Non? Apa mau sarapan dulu?” tanya Bibi tersenyum senang melihat penampilan Kania yang terlihat fresh dan penuh semangat.“Enggak Bik, nanti aja. Aku udah kesiangan, kalau sarapan dulu nanti kejebak macet di jalan,” ucap Kania dan mengecup bayinya.Nicholas yang sudah kenyang tertawa senang karena mendapatkan kecupan dari sang ibu.“Oh iya Non, hati-hati di jalan. Nggak usah khawatirin Den Nicho, Bibik akan menjaganya baik-baik.”“Iya Bik, aku berangkat dulu yaa, dah anak Mommy sayanggg...doain Mommy ya."Sekali lagi Kania mengecup pipi tembem Nicholas sebelum berlalu meninggalkan mereka berdua.Beberapa saat kemudian, Kania pun berhenti di depan sebuah gedung kecil yang cukup terawat. Kania memarkir mobilnya dan segera berjalan masuk. Tepat pukul 08.45 Kania telah sampai di kantor pusat CV SayOnTrack, yang menjadi satu-satunya outsourcing yang dulu pernah dipakai oleh perusahaan ayahnya, PT Nikelindo untuk memenuhi semua kebutuhan mereka di lapangan, tapi sejak diambil alih Bram, kerjasama itu tidak berlanjut.Kini SayOnTrack malah melayani perusahaan tambang yang jauh lebih besar dari Nikelindo!Saat memasuki kantor tersebut Kania bersyukur tidak ada satu pun yang mengenalinya sebagai anak pemilik PT Nikelindo, mungkin karena dia tidak pernah berhubungan secara langsung dengan mereka."Selamat pagi Bu, saya ada janji interview hari ini." Kania berkata kepada pegawai yang duduk di meja. Satu-satunya meja yang ada di sana."Dengan Ibu Kania?” tanya salah seorang pegawai di sana."Ya benar.”"Baik silahkan ikut saya, Bapak Mochtar Ulin sudah menunggu di ruangan,” ucap pegawai itu.Kania hanya mengangguk dan mengikuti arahan pegawai itu hingga mereka pun tiba di salah satu ruangan untuk melakukan interview."Permisi Pak, Bu Kania sudah tiba.”"Bawa dia masuk.”terdengar suara bariton menjawab datar.Kania gugup."Silahkan masuk Bu Kania." Setelah membuka pintu wanita itu hanya memegang handle pintu, Kania masuk perlahan..menatap wajah si pemilik suara bariton datar.Kania terkejut!!Pria itu sudah tua! Kania memaki kebodohannya sendiri, dari kemaren dia selalu membayangkan cerita sahabatnya padahal ini bukan PT Antampura! Jelas saja dia tidak bertemu BOS MUDA yang tampan. Astagaaaaa...'kania fokus! Kania fokus!' Kania berusaha berkonsentrasi pada apa yang dihadapinya.Kania pun berjalan masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu."Selamat pagi Pak Mochtar,” ucap Kania dengan sangat sopan."Oh ya, silahkan duduk. Apa bawa berkas CV nya?” tanya Pak Mochtar Ulin.Kania segera menyerahkan map-nya. "Oke, tunggu sebentar yaa.”Kania pun duduk dengan tegak dan menunggu dengan sabar melihat Pak Mochtar Ulin yang sedang membaca lamaran dan semua dokumen pendukung yang dibawa oleh Kania.“Semua data yang kau berikan sangat berguna dan cocok dengan salah satu posisi yang sedang kosong saat ini.”“Terimakasih Pak.”“Jika saya boleh tahu, kenapa Kania ingin bekerja di sini?”“Saya ingin bergabung dengan per
Walau enggan berdandan, Kania mengganti baju rumahnya dengan dress one piece simplicity berwarna hijau daun yang makin menonjolkan keindahan kulit Asia-nya. Kania bermaksud memakai baju yang sederhana akan tetapi dia tidak tahu efex gaun itu di tubuhnya. Saat Kania berpamitan dengan bik Sih terdengar bunyi decit halus ban mobil. Sebuah mobil terparkir di depan rumah Kania, Bella turun dari mobilnya dan berjalan ke pintu. Bella belum sempat mengetuk pintu karena Kania sudah membukanya dan langsung menarik Bella untuk segera naik mobil."Eh kok langsung berangkat aja, aku mau lihat Nicholas dulu loh," ucap Bella yang tetep duduk di kursi supir tanpa menyalakan mesin."Lagi tidur, yuk ah keburu macet entar," ajak Kania lembut sambil memasang seatbelt-nya."Macet apaan malam-malam begini, semua orang udah pada diem di rumah," jawab Bella sambil membawa mobilnya keluar dari rumah Kania."Nah itu baru bener. Malam itu di rumah bukannya berkeliaran di jalan kek kita."Bella tertawa."Ak
Sambil makan mereka menikmati dentingan piano, Kania teringat saat dia bermain piano dulu.Ada perasaan yang janggal dalam hatinya, perasaan rindu seseorang namun segera Kania tepis jauh-jauh.Hanya satu malam...sepanjang malam tapi kenangannya masih begitu kuat terpatri dalam hatinya!Dia masih harus fokus dengan tujuan hidupnya semula yaitu membalas sakit hatinya, mengambil kembali perusahaan keluarga dari tangan ibu tiri dan mantan tunangannya. Tujuan yang harus ia atur secermat mungkin untuk meminimalkan resiko kegagalan. Kania memandang pemain piano, ia melihat seorang wanita yang dengan lihainya memainkan jemari lentiknya. Namun Kania tak mengenali pemain piano itu. Dulu Dilla yang menjadi pemain piano, sekarang nampaknya sudah tidak lagi."Hmm, berarti sudah ganti orang," pikir Kania lalu melanjutkan makannya. "Nanti mau pesen buat bawa pulang gak?" Tanya Bella."Buat Bibik?""Ya iyalah, ada siapa lagi emang di rumah huh? Ada penghuni lain yang aku nggak tahu?" Tanya Bel
"Siapa dia?" "Aku tidak terlalu kenal sebenarnya..." Jawab Dilla."Dia jelas tidak menginginkan aku, dia hanya membutuhkan sesuatu dariku." Makin lama makin pelan suara Dilla. "Dia ingin kau mengandung anaknya?” tebak Bella yang penasaran karena menurut Bella cerita Dilla bak cerita dongeng.Dilla memanyunkan bibirnya."Kalau cuma mengandung anaknya yah bukan masalah, pasti aku langsung okelah." "Hitung-hitung memperbaiki keturunan kan?""Bener banget, jika kalian bertemu dengan pria itu aku yakin kalian akan langsung jatuh cinta padanya seperti snow white,” ucap Dilla sambil dengan keras menghembuskan napasnya."Jadi kamu lagi jatuh cinta? Happy end dong.” ucap Kania menanggapi cerita Dilla. "Aku belum selesai, kalian harus tunggu sampai ceritaku berakhir, ini bukan cerita bahagia makanya aku tidak terlalu menyukai cerita ini.""Baiklah, jadi gimana kelanjutannya?" tanya Bella. "Awas kalau nggak denger baik baik." Ancam Dil
"Bagaimana penampilannya? Apa dia benar-benar tampan?" Sahut Bella tanpa menghiraukan sekeliling. "Wah kau harus melihatnya sendiri, kalau cuma diceritain gak akan kebayang."“Kalau begitu kenapa tidak kau rayu saja? Mungkin saja jika dia sudah bersamamu dia akan lupa dengan obsesinya terhadap Kania,”saran Bella. “Hei, jika semudah itu aku tidak akan sampai mengganti penampilan bukan? Hanya dengan melihatnya sekali, kau akan tahu kalau dia benar-benar hanya ingin menemukan Kania. Jelas aku enggan bersama dengan pria yang hatinya sudah terpaut wanita lain.”“Oh yaa? Kania GAYA PANAS apa yang kau lakukan hingga membuat pria kaya itu tergila-gila padamu?” tanya Bella dengan nada bercanda. Kania melempar serbet hingga mengenai wajah Bella."Mesum!""Aku nanya beneran Nia.""Aku pakai ilmu sihir!" "Oh ya?" "Kau gila, aku bahkan tidak mengerti kenapa dia sampai melakukan hal itu,” ucap Kania dan melirik ke arah lain. Seolah ada kegelisahan
Kania bergegas kembali ke mejanya tanpa dia tahu pria asing yang tadi memeluknya masih terpana di tempatnya.Sampai di meja, masih terlihat Bella berceloteh riang dengan Dilla, bahkan Bella dan Dilla terlihat mulai sedikit mabok. “Lalu aku pakai liptint ini, sangat bagus dan bikin bibirku makin glowing,” ucap Dilla menunjuk bibir pinknya yang terlihat glowsy.“Mungkin itu bagus untukmu, tapi aku tidak suka di ombre. Lihat ... merah menyala seperti ini sangat bagus dan cocok sekali denganku,” sahut Bella sambil menyesap minumannya.Kania yang baru saja datang kebingungan dengan pembahasan mereka yang sudah mulai ngawur. “Ah kalau kau pakai lisptik merah seperti itu kau hanya akan mendapatkan pria tua yang sudah beristri. Mereka akan menganggap kau pantas di jadikan wanita simpanan," cetus Dilla.“Lalu bagaimana dengan bibir ombre mu itu? Kau pikir akan dapat pria bujang yang kaya raya?” balas Bella.“Setidaknya aku akan mendapatkan brondong, karena kesannya lebih natural, lebih segar
Ketiga gadis itu terdiam."Untuk siapa?" tanya Bella sambil berusaha terlihat cuek walau berharap itu untuk dia. "Ada pesannya...silahkan... terima kasih.” ucap pelayan mengangsurkan bunga dengan kartu bertuliskan : Be Careful Beb.Bella bergumam, "gue tahu ini buat siapa, gue sampe heran di mana aja yang namanya Kania selalu di kejar, barangkali pakai susuk di dada, atau di leher, atau di perut ... nggak habis pikir gue." “Lho kan belum tentu juga bunga ini untuk Kania!”Sanggah Dilla."Maksudmu?" "Siapa tahu untuk kita? Dari brondong untukmu atau dari pria tua untukku, dari mereka-mereka yang mendengar ocehan kita." Dilla dan Bella diam-diam melihat sekeliling dan tidak ada tanda-tanda seperti yang mereka inginkan. “Fix. Ini pasti dari salah satu penggemar gelapnya Kania,”kembali Bella menebak dan membaca kartu ucapannya. "Jangan sembarangan bicara, kita kan belum tahu pasti bunga itu untuk siapa,” ucap Kania yang tidak ingin menambah masalah baru dengan adanya penggemar t
Dari jauh Jackson tetap memandang ke arah Kania ... terus, berkali kali dan lama!'Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama,' kata hati Jackson.Dia melihat wanita yang lembut dan polos, tidak ada yang palsu, tanpa make up tebal, natural tapi tetap memikat, memukau!Benar-benar berbeda dari wanita lain yang pernah ia temui.Saat merasakan tubuh hangat itu dalam pelukannya rasanya sangat pas seolah mereka telah melakukannya ratusan kali. Jackson Drew terus melihat ke arah wanita jelita itu yang nampak serius, sepertinya sedang berdebat..nampaknya dia mengajak kedua temannya pulang. "Kita pulang, atau lebih tepatnya aku pulang! Terserah kalian ikut atau tidak, kau juga Dill, jika kau sudah selesai kerja ayo kita pulang, aku ingatkan kalian hanya aku yang masih bisa menyetir dan mengantar kalian pulang dengan selamat."Kania berusaha menyadarkan kedua orang temannya yang sedang di ambang batas. "Kalau mabok jangan setengah-setengah, sekal