Share

penghianatan di ruang konsultasi

Penulis: Mustika Ainel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-08 16:21:49

Saran saya,” Harris menekankan, “adalah negosiasi. Kita harus menawarkan Adrian sebagian kecil saham, mungkin 5 atau 10 persen, sebagai imbalan agar dia mencabut tuntutan pembatalan wasiat, mengakhiri pembekuan aset, dan mengizinkan Anda mengambil alih kepemimpinan secara damai.”

Aisyah menggeleng. “Tidak. Wasiat Arif jelas. Dia memberi saya semuanya. Negosiasi berarti saya mengakui kelemahan wasiatnya. Saya tidak akan melakukannya.”

Harris mengangkat bahu, ekspresi kecewa. “Nyonya Aisyah, Anda harus realistis. Jika Anda bersikeras menempuh jalur litigasi yang keras, Adrian akan menyerang Anda secara pribadi. Dia akan menggali latar belakang Anda, mencari celah, dan itu akan merusak citra Atmadja Group lebih jauh.”

“Adrian sudah menyerang saya di pemakaman,” balas Aisyah tajam. “Itu tidak menghentikan saya.”

“Tetapi jika kami mewakili Anda,” kata Harris, suaranya kini sedikit mengeras, “kami harus memastikan kepentingan grup diutamakan. Pertarungan hukum yang berkepanjangan adalah kerugian bagi Atmadja Group.”

Aisyah menatapnya lekat-lekat. Ia mencium aroma pengkhianatan yang jelas. Harris tidak akan melawanku. Harris adalah orang Adrian, atau setidaknya, orang yang loyal pada kekuasaan lama Atmadja.

“Bapak Harris,” Aisyah berdiri, mengakhiri pertemuan. “Saya menghargai saran Anda tentang stabilitas, tetapi saya tidak akan mengkhianati kepercayaan mendiang suami saya. Saya akan mengambil alih kepemimpinan Atmadja Group sesuai wasiatnya, tanpa memberikan sepeser pun kepada Adrian.”

Harris juga berdiri, senyumnya menghilang, digantikan oleh kekecewaan yang dipaksakan.

“Itu adalah keputusan yang sangat disayangkan, Nyonya. Jika Anda menolak negosiasi, Firma Hukum Atmadja mungkin harus mempertimbangkan kembali posisi kami sebagai pengacara Anda, karena kami tidak ingin terlibat dalam pertarungan yang merusak perusahaan.”

“Saya mengerti,” kata Aisyah, nada suaranya sangat dingin. “Saya akan mencari pengacara lain. Terima kasih atas waktu Anda.”

Aisyah berbalik dan meninggalkan Harris berdiri di tengah ruang konsultasi kaca, menyadari bahwa ia baru saja kehilangan penasihat hukum pertama yang seharusnya melindunginya. Harris telah menunjukkan kartu trufnya: dia adalah kaki tangan Keluarga Atmadja.

*

Aisyah kembali ke kediamannya yang kini terasa kosong dan dingin, dikelilingi oleh barang-barang mewah yang tidak bisa ia sentuh karena pembekuan aset.

Harris. Mengapa dia bersikap seperti itu? Arif sangat mempercayainya.

Aisyah menuju ruang kerja Arif yang masih belum disegel oleh Adrian (sebelum Adrian sempat mengambil tindakan lebih lanjut). Dia membuka laptop Arif. Laptop itu masih menyala, tetapi terkunci.

Aisyah mencoba beberapa kombinasi: tanggal pernikahan, ulang tahunnya. Semua gagal.

Dia beralih ke email lama Arif yang masih terbuka di browser sebelum Arif menutupnya terakhir kali. Aisyah memeriksa folder 'Draft' dan 'Terhapus', mencari petunjuk apa pun mengenai ketidakpercayaan Arif pada keluarganya.

Tidak ada apa-apa. Hanya email bisnis dan beberapa surat cinta yang dikirim Arif padanya.

Aisyah ingat Arif pernah menyebutkan bahwa dia menggunakan fitur penyembunyian di beberapa dokumen penting. Dia membuka setting email dan mulai menggali arsip yang sangat dalam, arsip yang disembunyikan Arif dari interface biasa.

Setelah sepuluh menit mencari, ia menemukan folder tersembunyi berlabel 'Rencana B'.

Aisyah klik. Folder itu berisi satu email yang dikirim Arif kepada dirinya sendiri, hanya beberapa hari sebelum Arif jatuh sakit parah. Subjeknya adalah: Peringatan

Aisyah membuka email itu. Tubuhnya membeku saat membaca isinya. Itu hanya terdiri dari satu kalimat, diketik tanpa spasi atau tanda baca yang benar, seolah-olah Arif menulisnya terburu-buru, atau di bawah pengawasan.

Email itu berbunyi:

janganpernahpercayapadaHarris diaadalahpengkhianat

Aisyah menatap layar, napasnya tercekat. Rasa mual yang ia rasakan di kantor Harris kini berubah menjadi kepastian yang dingin. Dia benar. Pengkhianatan sudah ada di depan matanya sejak awal.

Ia segera mencoba menyalin pesan itu ke ponselnya, tetapi sebelum jarinya menyentuh tombol salin, layar laptop berkedip sekali.

Email itu, Peringatan, menghilang dari folder tersembunyi, seolah-olah ia tidak pernah...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahasia Dibalik Kematian Sang konglomerat   ketehangan di kantor lama

    Aisyah mencengkeram lengan Laras erat-erat, hampir mencekik pergelangan tangan pengacaranya itu. Matanya melebar, bukan karena ketakutan, tetapi karena kaget. “Di seberang jalan?”Laras, meskipun lebih tinggi dari Aisyah, mencondongkan tubuhnya ke depan, berusaha menutupi Aisyah dari pandangan siapa pun yang mungkin kebetulan melihat ke dalam mobil. Ia segera menutup tabletnya.“Sistem pemantauan keamanan yang terpisah. Adrian sengaja memilih tempat yang tidak terhubung ke jaringan utama Atmadja Group,” bisik Laras, napasnya sedikit tersengal-sengal. “Harris benar. Tapi... kita tidak menduga kalau letaknya tepat di depan hidung kita. Apartemen Anda berada di lantai sembilan. Jarak pandang lurus. Mereka mungkin melihat pergerakan Anda, Aisyah.”Laras menggeleng. “Ini buruk sekali. Serangan semalam—pencurian data di apartemen Anda, semuanya ada di tangan mereka. Kita hampir memberitahu Harris kalau kita tahu segalanya. Untung dia terlalu bodoh untuk menghubungkan petunjuk itu.”“Lalu ke

  • Rahasia Dibalik Kematian Sang konglomerat   Terjatuhnya Arif

    "Kita akan bertemu dengannya. Kita akan menawarkan dia imunitas penuh jika dia mau membuka mulutnya, dan aku yakin rasa marah karena dikhianati oleh Adrian lebih besar daripada rasa takutnya kepada keluarga Atmadja saat ini," pungkas Aisyah, ekspresinya tajam.Laras menyandarkan punggungnya pada jok mobil. Malam itu, di jalanan ibu kota yang basah, ketenangan Laras terasa kontras dengan gejolak yang Aisyah alami. Namun, ada kilatan puas di mata pengacara itu. Kegagalan Adrian di pengadilan adalah kesenangan kecil yang mahal.“Kau benar,” kata Laras. “Harris sudah lama loyal pada keluarga itu, terutama Ayah Atmadja. Dia percaya diri dengan jaminan imbalan dan perlindungan yang Adrian berikan. Ketika Adrian mengorbankan dia untuk menutupi jejaknya sendiri, harga dirinya pasti hancur.”“Jadi, kita akan menawarinya pintu keluar,” ujar Aisyah. “Adrian sudah menjadikan Harris kambing hitam, dia tidak punya apa-apa lagi yang harus dipertaruhkan selain hidupnya.”Mereka mengatur pertemuan rah

  • Rahasia Dibalik Kematian Sang konglomerat   Pria Misterius di Apartemen Aisyah

    Pria pertama melangkah maju, tangannya terentang—dan saat itulah alarm kebakaran apartemen Aisyah berbunyi nyaring, memekakkan telinga.Aisyah telah menekan tombol darurat yang tersembunyi di bawah wastafel saat ia merobek kertas.Dua pria itu mengerang frustrasi, memegangi telinga mereka. Suara itu terlalu keras di ruangan tertutup.“Sialan!” teriak salah satu pria itu.Aisyah memanfaatkan sepersekian detik kebingungan mereka. Ia mendorong tubuhnya ke samping, menabrak pria kedua, dan berlari keluar kamar mandi, melompati bingkai pintu yang roboh.Ia tidak berhenti berlari. Ia tahu apartemen itu tidak aman.Ia berhasil mencapai pintu belakang yang mengarah ke tangga darurat. Di belakangnya, ia mendengar teriakan marah dan langkah kaki berat.“Tangkap dia! Jangan sampai lolos!”Aisyah menuruni tangga darurat dengan kecepatan panik. Ia tidak tahu siapa mereka, tetapi ancaman fisik itu lebih nyata daripada gugatan hukum mana pun. Ia berhasil keluar dari gedung, berlari ke jalanan malam

  • Rahasia Dibalik Kematian Sang konglomerat   Dekripsi Malam

    Aisyah merasakan hawa dingin. Ini bukan hanya tentang warisan. Ini tentang…...sebuah konspirasi yang tersembunyi jauh di dalam inti Atmadja Group.Aisyah dan Laras meninggalkan kompleks Kediaman Atmadja dengan tergesa-gesa. Buku catatan bersampul kulit itu kini terasa panas di tangan Aisyah, seolah memancarkan energi rahasia.“‘Proyek Khatulistiwa’,” gumam Laras, saat mereka sudah duduk di mobil Aisyah yang melaju kencang menjauhi gerbang. “Nama yang megah untuk apa pun yang disembunyikan Arif.”“Itu hanya sketsa kecil di sudut laci,” jawab Aisyah, membolak-balik buku catatan yang penuh dengan simbol. “Tapi mengapa Arif harus menyembunyikan ini di tempat yang sangat terisolasi? Dan mengapa Adrian repot-repot mengosongkan brankas, tetapi melewatkan laci kecil ini?”“Mungkin dia tidak menyadarinya, atau mungkin dia pikir itu hanya omong kosong pribadi,” duga Laras. “Para pria Atmadja terkenal sombong, Aisyah. Mereka meremehkan apa pun yang tidak tampak besar dan mencolok.”Laras menunj

  • Rahasia Dibalik Kematian Sang konglomerat   Jejak Kertas Misterius

    Asal-usul kekayaan adalah dosa.Kalimat itu, tergores di balik foto usang, terasa seperti batu pemberat yang tiba-tiba dilemparkan ke dalam air yang tenang. Aisyah segera menelepon Laras, suaranya dipenuhi urgensi yang tak tertahankan.“Anda yakin tulisan ini bukan tulisan tangan Arif?” tanya Laras, memegang foto itu di bawah cahaya lampu neon di kantornya. Aisyah telah bergegas ke sana, membawa satu-satunya petunjuk fisik yang ia miliki.“Saya yakin,” jawab Aisyah, menyandarkan diri pada meja Laras. “Tulisan tangan Arif lebih rapi, lebih formal. Ini terasa tergesa-gesa, dan sangat tua.”Laras membalik foto itu lagi, menatap pria paruh baya yang dirangkul Arif muda. “Pria ini, dia tidak ada di album pernikahan Anda?”“Tidak pernah. Tidak ada yang pernah menyebutkan dia,” kata Aisyah. “Adrian juga tidak. Keluarga Atmadja selalu menjaga citra mereka sempurna. Saya yakin pria ini dan kalimat itu adalah kunci untuk memahami mengapa Arif mengubah wasiatnya.”Laras mengangguk. “Jika ‘asal-u

  • Rahasia Dibalik Kematian Sang konglomerat   kampanye Hitam Dimulai

    ...meninggal,” Laras menyelesaikan kalimatnya, suaranya kini kembali normal, tetapi dampaknya pada Aisyah begitu besar.Aisyah duduk tegak, mencerna kata-kata itu. "Jadi, kamu berpikir wasiat ini hanyalah cara Arif untuk memicu konflik, agar rahasia mereka terungkap?"Laras mengangguk, menyandarkan sikunya di meja. “Aku tidak tahu apa yang Arif sembunyikan. Tapi lihat polanya. Dia tahu Adrian adalah anak yang emosional dan ambisius. Memberikan 51 persen saham padamu, seorang istri baru, adalah provokasi yang disengaja. Dia tahu Adrian akan menggugat. Dan gugatan itu membuka pintu bagi kita untuk mengajukan discovery—permintaan dokumen—yang jauh melampaui surat wasiat biasa.”“Dia menggunakan saya sebagai perisai, atau mungkin sebagai senjata,” gumam Aisyah, rasa sakit dan pencerahan bercampur aduk.“Mungkin keduanya. Tapi sekarang, kamu adalah pewaris, Aisyah. Dan kamu harus bertarung seperti pewaris Atmadja.” Laras menutup berkas. “Aku akan mengajukan mosi darurat kita besok pagi. Ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status