Share

RHMD 156

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-07-31 08:58:30

Ruangan itu sunyi saat hasil tes terakhir muncul di layar monitor. Hanya suara jarum infus yang menetes perlahan dan detik jam dinding yang terdengar. Dokter memandangi layar lebih lama dari biasanya. Matanya bergerak lambat, lalu beralih pada lembar cetakan di tangannya. Ekspresinya tak berubah, tapi Nio tahu ada sesuatu yang disembunyikan.

Ruby, yang duduk di sisi tempat tidur Nio, menggenggam tangan pria itu sambil menunggu penuh harap. "Bagaimana, Dok?" tanyanya dengan senyum kecil.

Dokter itu menghela napas ringan, lalu memaksakan senyuman profesionalnya. "Hasil pemeriksaan secara umum terlihat baik. Tekanan darah, detak jantung, dan beberapa parameter utama sudah stabil. Kalau tidak ada keluhan baru sampai malam ini, Tuan Ethan bisa pulang besok pagi."

Ruby sontak berdiri dan memeluk lengan Nio erat. "Syukurlah... akhirnya. Kita bisa pulang." Matanya berbinar, penuh harapan.

Nio hanya tersenyum tipis. Ia meremas jemari Ruby, namun pandangannya tetap tertuju pada dokter yang nyar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Kok dokter nya langsung ga ngasih tau Ruby, padahal kan Nio belum ngasih perintah jangan kasih tau Ruby sebelum nya Ada ada aja yaa Allah, padahal masalahnya belum kelar
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
ada kelainan jantung?? kok GK ikhlas yak nio akan pergi lebih cepat. eh bisa GK sih setelah misi nio selesai, nio mendapatkan penanganan yg tepat dan bisa hidup lebih lama lagi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 157

    Langkah kaki Ruby memasuki lobi kantor pusat terlihat tenang dan tegap. Meski wajahnya tampak lelah setelah menghabiskan waktu seharian di rumah sakit, aura wibawanya tetap tidak berkurang sedikit pun. Seorang karyawan sempat menyapanya dengan gugup, dan Ruby hanya membalas dengan senyum kecil sebelum langsung menuju ruangannya di lantai atas.Begitu pintu lift terbuka, Laila, sekretaris pribadinya, langsung berdiri dari kursinya dengan ekspresi cemas.“Selamat datang kembali, Bu Ruby,” sapa Laila dengan sopan. “Maaf mengganggu, tapi saya rasa ini mendesak.”Ruby mengangguk, meletakkan tas di atas meja kerjanya tanpa duduk. “Ada apa?”Laila menelan ludah sebelum menyerahkan sebuah berkas dan berbicara dengan suara pelan namun jelas, “Baru saja saya mendapat informasi… Tuan Gerry mulai bergerak. Ia sudah mendekati beberapa anggota dewan di perusahaan cabang. Katanya... ia mencoba membujuk mereka untuk mendukung pergantian posisi presdir.”

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 157

    Begitu pintu tertutup dan langkah sang dokter menjauh, keheningan tipis menyelimuti ruangan. Ruby duduk di sisi ranjang sambil memainkan gagang cangkir kopi yang kini sudah dingin.“Nio…” katanya pelan, menoleh ke arah Nio. “Aku harus pergi sebentar.”Nio mengangkat alis. “Sekarang?”Ruby mengangguk. “Tadi telepon yang masuk dari Laila. Ada laporan mendadak soal proyek yang sedang aku tangani. Ternyata aku tidak bisa cuti selama yang aku kira. Aku harus hadir di rapat koordinasi online dan menandatangani beberapa dokumen penting. Aku akan pulang malam nanti, sebelum kamu tidur.”Nio hanya menatapnya, lalu mengangguk pelan. “Aku mengerti. Pekerjaan kamu penting, Ruby. Dan kamu memang tidak pernah setengah-setengah soal tanggung jawab. Jangan terlalu ditunda, nanti malah lebih repot.”Ruby menatap wajah Nio beberapa detik, seolah sedang menghafalkan garis wajah itu satu per satu. Lalu ia tersenyum kecil dan merapikan selimut pria itu.

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 156

    Ruangan itu sunyi saat hasil tes terakhir muncul di layar monitor. Hanya suara jarum infus yang menetes perlahan dan detik jam dinding yang terdengar. Dokter memandangi layar lebih lama dari biasanya. Matanya bergerak lambat, lalu beralih pada lembar cetakan di tangannya. Ekspresinya tak berubah, tapi Nio tahu ada sesuatu yang disembunyikan.Ruby, yang duduk di sisi tempat tidur Nio, menggenggam tangan pria itu sambil menunggu penuh harap. "Bagaimana, Dok?" tanyanya dengan senyum kecil.Dokter itu menghela napas ringan, lalu memaksakan senyuman profesionalnya. "Hasil pemeriksaan secara umum terlihat baik. Tekanan darah, detak jantung, dan beberapa parameter utama sudah stabil. Kalau tidak ada keluhan baru sampai malam ini, Tuan Ethan bisa pulang besok pagi."Ruby sontak berdiri dan memeluk lengan Nio erat. "Syukurlah... akhirnya. Kita bisa pulang." Matanya berbinar, penuh harapan.Nio hanya tersenyum tipis. Ia meremas jemari Ruby, namun pandangannya tetap tertuju pada dokter yang nyar

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 155

     Pagi menyapa kamar VIP rumah sakit dengan cahaya matahari yang lembut menembus tirai. Di atas ranjang, Nio duduk bersandar dengan bantal tambahan di punggungnya, mengenakan gaun pasien yang sudah sedikit kusut. Ruby duduk di kursi di samping tempat tidur, matanya waspada saat seorang dokter dan dua perawat masuk ke ruangan dengan tablet dan alat pemeriksaan di tangan.“Selamat pagi, Tuan Ethan,” sapa sang dokter sambil tersenyum ramah.“Pagi, Dok,” balas Nio, suaranya masih berat karena baru bangun tak lama sebelumnya.Dokter memeriksa hasil dari monitor infus dan catatan medis di tangannya, lalu membuka tablet dan melihat grafik vital pasien. Sambil memeriksa denyut nadi Nio dan memperhatikan bekas luka di bagian dada dan lengan, ia berkata dengan nada profesional namun tetap tenang.“Keadaan Anda cukup stabil untuk saat ini, tapi kami butuh memastikan tidak ada cedera dalam yang terlewat. Saya sarankan beberapa pemeriksaan tambahan hari ini, te

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 154

    Sebelum Ruby bisa membalas, pintu kamar terbuka pelan dan seorang perawat masuk sambil mendorong alat infus. Ia tampak sedikit canggung saat melihat mereka berdua di sofa, namun tetap bersikap profesional. “Maaf mengganggu, Tuan Alenka. Saya diinstruksikan untuk memasang kembali infus Anda.” Ruby langsung berdiri dan memberi ruang. Nio pun mengangguk pelan, membiarkan perawat mengatur posisi duduknya dan dengan cepat memasang kembali jarum infus di tangan kirinya. Meski tubuhnya kaku, Nio tidak bersuara, hanya menatap Ruby yang berdiri di samping tempat tidur, matanya tak lepas dari wajah pria itu. Setelah perawat selesai dan meninggalkan ruangan, Ruby kembali duduk di tepi ranjang, menatap Nio lama. “Kau tidak bisa terus seperti ini. Setiap kali aku menoleh, kau menghilang. Aku tidak kuat lagi.” Nio mengangkat tangannya yang bebas dan menggenggam tangan Ruby erat. “Aku di sini sekarang,” ujarn

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 153

    Seorang pria dengan rambut sedikit memutih dan sorot mata tajam berdiri, memandang tamunya dengan napas tertahan. “Ethan? Apa yang terjadi? Kau mau hidup?” tanyanya nyaris tak percaya. Nio menatapnya tanpa senyum. “Kita tidak punya waktu untuk menggali masa lalu, Virgo.” Virgo, mantan pembunuh bayaran yang dulu dikenal sebagai ‘Shadow Mark’, sudah lama pensiun dan menyepi dari dunia hitam. Tapi ia adalah salah satu orang yang paling Nio percayai, seseorang yang selalu tahu cara mendapatkan informasi, bahkan dari tempat yang tak pernah disentuh cahaya. “Kau seharusnya mati dua tahun lalu. Semua orang bilang begitu.” “Aku tidak mati,” jawab Nio dingin, duduk di kursi kayu di ruang tamu kecil itu. “Aku kehilangan ingatan setelah dikhianati. Dan kini aku kembali.” Virgo memperhatikan luka di lengan Nio yang belum sepenuhnya tertutup. “Lalu kenapa kau datang padaku?” “Aku butuh penyelidikan.” Nio menatap langsung ke mata pria itu. “Ada seorang pria bernama Gerry. Aku ingin tahu sia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status