Home / Romansa / Rahasia Hati Mafia Dingin / RHMD 6 Hari Pertama

Share

RHMD 6 Hari Pertama

Author: Ziya_Khan21
last update Huling Na-update: 2025-06-10 08:46:14

Cahaya lembut matahari menyelinap melalui tirai tipis kamar mewah itu, menyapu lantai marmer dan dua ranjang terpisah di sisi kanan dan kiri ruangan. Ruby terbangun lebih dulu. Dia duduk perlahan di atas ranjangnya, rambut panjangnya tergerai sedikit kusut, dan wajahnya masih setengah tenggelam dalam kantuk. 

Pandangannya melirik ke ranjang sebelah, Nio yang juga mulai membuka mata.

Ruby menarik napas, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

"Aku mandi dulu," ucapnya pelan, tanpa menoleh. Suaranya terdengar formal, nyaris seperti menyapa rekan kerja. Dari ranjangnya, Nio hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. 

Suara air mengalir di balik pintu kamar mandi menjadi satu-satunya irama di kamar yang sepi itu. Beberapa menit kemudian, Ruby keluar dalam balutan jubah mandi putih, rambutnya sudah dikeringkan sebagian. Nio bangkit dari ranjang tanpa suara, mengambil pakaian dari lemari, lalu berjalan masuk ke kamar mandi tanpa bertukar pandang dengan Ruby.

Tidak ada cara bikin madu. Pernikahan ini hanya formalitas, itu sebabnya mereka kan memulai hari dengan kembali ke tempat kerja. Bedanya, mulai hari ini Nio akan ikut bekerja di perusahaannya Ruby. 

Keduanya pun turun ke ruang makan setelah memastikan pakaian kerja mereka rapi. Di sana pelayan rumah telah menyiapkan sarapan sederhana, roti panggang dan dua cangkir kopi panas. 

Makanan tertata rapi di meja panjang, tetapi suasananya terlalu tenang untuk disebut sarapan pengantin baru.

Ruby duduk lebih dulu, menarik kursinya tanpa tergesa. Nio menyusul, duduk di seberangnya. Tidak ada kata selamat pagi, tidak ada senyum yang seharusnya muncul di pagi hari dari pasangan yang baru menikah. Hanya bunyi sendok menyentuh piring, dan gelegak kecil kopi yang dituangkan dari teko oleh pelayan.

Ruby mulai membuka percakapan, “Hari ini kamu mulai bekerja.”

Nio mengangguk, menyobek sepotong roti. “Di mana aku ditempatkan?”

“Aku sudah siapkan posisi kepala bagian logistik dan pemeliharaan. Gajinya mungkin tidak tinggi seperti direktur atau manajer senior, tapi itu cukup untuk permulaan,” jawab Ruby tenang, suaranya datar, tetapi tidak terdengar merendahkan.

Nio memandang cangkir kopinya sejenak, lalu berkata pelan, “Aku tidak keberatan. Aku tidak butuh posisi tinggi. Aku akan bekerja sebaik mungkin ... tanpa merepotkan siapa pun.”

Kata-kata itu membuat Ruby terdiam sesaat. Dia mengangkat cangkir kopinya, menghabiskannya dalam satu tegukan sebelum berkata pendek, “Bagus.”

Mereka melanjutkan makan dalam diam. Sesekali bunyi sendok atau kursi yang bergeser menjadi satu-satunya percakapan yang terdengar.

Setelah sarapan, keduanya bersiap menuju kantor. Sebuah mobil hitam mewah sudah menunggu di depan apartemen. Sopir membukakan pintu. Ruby masuk lebih dulu, diikuti Nio. Di dalam mobil, mereka duduk berdampingan, tetapi tidak satu pun dari mereka membuka suara sepanjang perjalanan.

Di luar jendela, kota Macau menyambut pagi dengan semarak, kendaraan mulai padat, pejalan kaki bergegas ke tujuan mereka, papan iklan elektronik berkilau dengan warna mencolok. Akan tetapi, di dalam mobil itu, waktu seolah-olah berjalan lambat.

Ruby mencuri pandang ke arah Nio. Pria itu duduk tegak dengan pandangan lurus ke depan, wajahnya tidak menunjukkan perasaan apa pun. Namun, Ruby tahu di balik wajah dingin itu, ada dunia yang belum bisa dia jamah. 

Dunia yang masih tertutup rapat.

Dan dia pun sadar, Nio bukan hanya pria yang dia nikahi karena kesepakatan. Nio adalah teka-teki yang belum selesai, dan entah sejak kapan, Ruby ingin memecahkannya.

Begitu tiba di gedung perusahaan, para karyawan yang sudah mengetahui berita pernikahan keduanya, memberi salam lebih dulu, dengan campuran rasa ingin tahu dan sungkan. Ruby hanya mengangguk formal, sementara Nio membalas dengan sopan tanpa senyum.

Di lantai 14, tempat departemen logistik berada, Ruby memperkenalkan Nio secara singkat. “Ini Kepala Bagian Logistik yang baru. Mulai hari ini, semua laporan langsung ke beliau.”

Para karyawan menyambut dengan anggukan dan sapaan, meski terlihat bingung. Mereka tahu siapa Nio, setidaknya mereka tahu bahwa dia adalah suami dari presiden direktur mereka. Pria itu berdiri di tengah ruangan dengan kemeja lengan panjang hitam dan celana bahan sewarna kemejanya, membawa tatapan mata yang tidak bisa diremehkan.

Setelah memberikan sedikit arahan, Ruby menyentuh lengan Nio dan berbisik pelan, “Selamat bekerja di hari pertama. Bersikaplah dengan nyaman,” ucapnya lalu kembali ke lantai eksekutif tempatnya bekerja.

Sementara itu, Nio berdiri di tengah ruang kantor barunya. Dia menarik napas panjang dan memandangi kertas-kertas di meja yang kini menjadi tanggung jawabnya. Ini bukan tempat yang dia impikan, tetapi juga bukan tempat yang akan dia abaikan. Nio tahu kalau hari-harinya akan lebih menantang daripada sebelum dia menikahi Ruby.

Bersambung ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (20)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
nio semangat di hari pertama kerja ya, ya meski kerjaannya beda dari sebelumnya hehehe
goodnovel comment avatar
babykiss
yaaa hari'' nio memang akan berbeda tapiii kalo begini kayaknya nio akan segera mengingat masa lalunya deh kalo pekerjaannya lama'' sama
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
semogaaaa hari ini lebih yaa Nio, semangat niooo
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 230

    Hari itu, kebahagiaan menyelimuti mereka. Tangis kecil sang bayi menjadi awal baru bagi keluarga mereka.Pintu ruang persalinan akhirnya terbuka. Seorang perawat keluar dengan senyum hangat dan mempersilakan keluarga masuk. Nio yang sejak tadi gelisah langsung berlari kecil ke dalam. Begitu melihat Ruby berbaring di ranjang dengan wajah lelah namun tersenyum, hatinya langsung bergetar.Tanpa ragu ia menghampiri, menggenggam tangan Ruby erat, lalu menunduk mencium keningnya. “Terima kasih, sayang … kamu sudah berjuang begitu keras hari ini,” bisiknya dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca, penuh rasa syukur karena istrinya selamat dan bayi mereka lahir dengan sehat.Ruby menatap Nio dengan senyum tipis, meski lelahnya tak bisa disembunyikan. “Aku bahagia, Nio… akhirnya kita berhasil sampai di sini.”Tak jauh dari mereka, seorang perawat menyerahkan bayi mungil itu pada Tuan Ashaki dan Nyonya Ashaki yang sudah tak sabar menunggu. Saat bayi mungil perempuan itu berada di gendongan,

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 229

    Pertanyaan itu membuat Nio tersenyum tipis. Ia menggeleng, lalu menatap Ruby dengan penuh ketulusan.“Tidak, Ruby. Aku sama sekali tidak kecewa. Aku bahkan tidak pernah benar-benar memikirkan soal jenis kelamin. Yang paling penting bagiku… kamu dan bayi kita sehat. Sampai nanti, saat waktunya tiba, aku hanya ingin kalian berdua selamat dan bahagia.”Mata Ruby terasa panas, haru memenuhi dadanya. Ia menoleh, menatap wajah suaminya yang begitu dekat. “Terima kasih, Nio … kamu selalu ada di sisiku, padahal aku tahu kesibukanmu di perusahaan pusat makin berat belakangan ini. Aku takut merepotkanmu.”Nio menghela napas lembut, lalu mendekatkan wajahnya hingga kening mereka hampir bersentuhan. “Ruby, dengar aku. Tidak ada yang lebih penting dalam hidupku selain kamu … dan kehidupan kecil yang ada di dalam perutmu. Perusahaan, pekerjaan, semua itu bisa kuatur. Tapi kamu? Kamu tidak tergantikan. Kamu adalah rumahku, dan bayi kita adalah masa depan yang ingin kujaga.”Air mata jatuh membasah

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 228

    Beberapa bulan pun berlalu, hingga kini usia kandungan Ruby sudah memasuki tujuh bulan. Perutnya tampak bulat sempurna, dan setiap gerakan kecil dari sang bayi membuatnya semakin dekat dengan kenyataan bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu. Hari itu, keluarga besar berkumpul dalam sebuah acara sederhana namun hangat. Acara menebak gender bayi Ruby dan Nio.Tuan Ashaki datang dengan penuh percaya diri, mengenakan setelan serba biru. Dasi, sapu tangan, bahkan jam tangannya pun berwarna biru, seolah menegaskan keyakinannya bahwa cucu pertamanya akan lahir sebagai laki-laki. Sementara itu, Nyonya Ashaki tampil anggun dalam gaun berwarna pink lembut, lengkap dengan bros bunga di dadanya. Ia tersenyum manis sambil sesekali melirik suaminya dengan tatapan penuh tantangan, yakin bahwa nalurinya sebagai seorang ibu tak akan salah: cucu mereka adalah seorang putri kecil.Nio berjalan perlahan mendampingi Ruby, menggenggam tangannya dengan hati-hati agar ia tidak kehilangan keseimbanga

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 227

    Satu bulan kemudian.Cahaya matahari baru saja mengintip malu dari balik tirai kamar. Ruby terbangun lebih awal dari biasanya, tubuhnya terasa berat dan tidak nyaman. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba mengusir kantuk, namun rasa pusing yang datang membuatnya terpaksa duduk sambil memegangi kepala. Sudah beberapa hari terakhir ia merasakan hal aneh. Tubuh lelah, mudah mual, dan kadang kehilangan selera makan. Namun pagi ini, rasa itu lebih kuat dari biasanya.Di dapur, terdengar suara panci dan aroma roti panggang. Nio tengah sibuk menyiapkan sarapan. Sejak pernikahan mereka yang kedua kali, ia lebih sering meluangkan waktu di pagi hari untuk memastikan Ruby mendapat makanan hangat sebelum memulai aktivitas. Perlahan ia melangkah keluar kamar. Baru beberapa langkah, aroma masakan semakin kuat masuk ke hidungnya, dan tiba-tiba perutnya bergejolak hebat. Ruby berhenti sejenak, lalu menutup mulutnya. Namun tak mampu menahan lebih lama, ia segera berlari ke wastafel terdekat dan memunta

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 226

    Nio mengangguk, hatinya kian mantap. Ia berdiri, lalu membantu nenek Lina berjalan ke kursi yang telah disiapkan Markus di sudut ruangan.Sebelum duduk, nenek Lina menoleh sekali lagi pada Nio. “Hari ini, Nak, bukan hanya pesta ulang tahun pernikahan. Hari ini adalah bukti bahwa cinta bisa tumbuh kembali, bahkan setelah badai sekalipun. Peganglah itu baik-baik.”Nio tersenyum tulus, menunduk hormat. “Aku akan selalu mengingatnya, Nek.”Hari ini, ia siap berdiri di samping Ruby, tak hanya sebagai suami, tapi sebagai pria yang akan selalu menjaga cintanya.***Langit sore di tepi pantai terlihat indah, dihiasi semburat jingga yang perlahan berpadu dengan biru laut. Angin membawa aroma asin yang lembut, sementara debur ombak menjadi irama alami yang mengiringi suasana sakral sore itu. Di tengah hamparan pasir putih, sebuah altar sederhana berdiri, dihiasi rangkaian bunga putih dan merah muda yang menjuntai, membuat tempat itu tampak hangat dan penuh cinta.Acara hanya dihadiri oleh orang

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 225

    Ruang rias itu dipenuhi aroma lembut bunga segar dan wangi bedak halus. Ruby duduk tenang di depan meja rias besar dengan cermin yang dikelilingi lampu-lampu kecil, membuat wajahnya tampak bersinar. Jemari perias bekerja luwes, menyapukan kuas tipis ke pipinya, memberi rona alami yang lembut. Rambutnya ditata sederhana dengan sanggul rendah, dihiasi hiasan kecil berbentuk bunga putih. Ruby menatap pantulan dirinya di cermin, hatinya bergetar. Hari ini ia mengenakan gaun pengantin lagi, tapi dengan rasa yang benar-benar berbeda.Gaun putih sederhana yang dipilihnya beberapa hari lalu kini membalut tubuhnya dengan sempurna. Tidak ada detail berlebihan, hanya potongan yang anggun dan elegan, seakan gaun itu memang dibuat khusus untuknya. Ruby meraba perlahan kain gaun itu, merasakan kehalusan teksturnya. Senyumnya muncul tipis, campuran gugup dan bahagia.Pintu ruang rias berderit pelan. Nyonya Ashaki masuk dengan langkah anggun, membawa kehangatan seorang ibu yang selalu menenangkan. Sa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status