"Ibu kenapa pisah sama ayah?" tanya Mishka sepulang dari sekolah dan menemani Irani bekerja di depan laptop miliknya. Pertanyaan singkat dari Mishka membuat Irani menghentikan pekerjaannya dan berpikir untuk jawabannya. "Mishka kenapa tanya kaya gitu sayang? Mishka kangen ya sama ayah?" tanya Irani balik.Perempuan itu pikir Mishka mungkin saja sedih karena orang tuanya berpisah. Tapi mau bagaimana lagi? Bersama Aditya bukanlah pilihannya.Gadis kecil itu hanya memanyunkan bibirnya, ia baru kelas 1 SD dan belum terlalu mengerti tentang permasalahan orang tuanya.Irani memegang tangan Mishka dan menatapnya. "Mishka sayang, ibu sama ayah kamu udah ga cocok nak, kita memang harus tinggal berpisah tapi kasih sayang kita buat kamu ga akan berbeda. Kalau kamu kangen sama ayah, ibu bisa minta ayah kamu buat datang ke sini main sama kamu," jelas Irani berharap Mishka tidak akan sedih lagi."Tapi Mishka pengennya kita sama-sama kaya dulu lagi," curhatnya. "Sekarang kamu belum mengerti kenap
Berhari-hari setelah bercerai dengan Aditya, Irani mencoba melupakan laki-laki itu dan terus fokus pada pekerjaannya. Irani sibuk membuat sebuah buku self motivation seri ke dua setelah buku pertama menjadi best seller. Ia juga mengerjakan project copy writing dari klien luar negeri. Irani sangat bersyukur dengan pekerjaan yang ia miliki saat ini. Ia menganggap rezeki itu adalah rezeki Mishka yang Allah titipkan padanya.Perempuan itu juga memiliki sebuah usaha resort yang ia kelola bersama adiknya, namun adik Irani yang lebih aktif mengelolanya."Kok bisa sih kamu jadi semakin sahebat ini sekarang? Padahal kamu kan baru aja cerai dari Aditya, tapi kamu udah mapan aja setelahnya," komentar Zana teman Irani yang baru pulang dari luar negeri.Mendengar itu Irani hanya tersenyum "sudah aku coba setting seperti itu," jawabnya singkat dengan seulas senyum manis di bibirnya."What? Gimana-gimana? Gimana ceritanya? Terus apa rahasianya?" tanya Zana dengan antusias karena menurutnya kisah I
Malam hari Irani melihat sebuah lowongan pekerjaan dari perusahaan Abimarti. Sebuah perusahaan yang cukup besar itu membutuhkan seorang copy writer yang berpengalaman dan kreatif.Irani sangat tertarik sekali untuk mencoba melamarnya. Lagipula ia sudah cukup lama mendalami dunia kepenulisan selama ini. Perempuan itu berharap bisa mendapatkan posisi itu. Ia segera melamarnya dan berdoa agar Tuhan mengabulkannya.Bu Resti kebetulan hari ini menginap di rumah Irani karena rindu dengan Mishka. "Ira, semoga kamu bisa tetap rendah hati dengan semua kemudahan dan karirmu ini ya," pesan Bu Resti karena takut saat Irani bisa mendapatkan karir yang baik dia akan berubah menjadi sombong dan membalas Tarina.Irani hanya tersenyum tipis mendengar itu. Ia tahu kegelisahan yang ibunya itu pikirkan. "Jangan khawatir bu, kalau Tarina ga mulai duluan aku ga akan apa-apain dia kok. Tapi kalau Tarina udah keterlaluan, ya mungkin akan aku kasih dia sedikit pelajaran," ujarnya."Lagian aku juga ga mau be
"Dasar bocah kurang ajar. Jiwa perempuan berpikiran kotor kaya ibumu itu udah menurun sama kamu. Tahu apa kamu soal aku ha? Kalau kamu berani lagi bicara buruk akan aku cekik lehermu nanti!"Dalam hati Tarina sungguh ingin mengatakan semua itu pada Mishka, namun ia tidak bisa melakukannya sekarang. Berpura-pura baik dan menuruti kemauan Aditya adalah hal yang harus ia lakukan sekarang.Mishka tidak suka dengan keberadaan Tarina di rumah ayahnya. Setelah bertemu dengan kekeknya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, Mishka lalu meminta Aditya untuk mengantarkannya pulang. Aditya ingin menahan Mishka setidaknya untuk satu malam saja menginap di rumahnya, namun ia gagal membujuknya. Terpaksa Aditya harus mengantarkan Mishka pulang.Baru saja Aditya hendak menuju ke dalam mobil, ternyata Irani sudah lebih dulu datang untuk menjemput Mishka di rumahnya."Mishka sayang, pas sekali ibu datang kamu juga udah mau pulang, ayo nak ibu udah masak yang enak buat kamu," ujar Irani.Mishka lalu iku
Aditya sangat bangga bisa menjemput Mishka dan membawanya pulang ke rumahnya. "Ngapain sih mas kamu bawa Mishka kesini?" keluh Tarina tidak sadar kalau dia harus berpura-pura baik di depan Aditya.Laki-laki yang duduk santai di ruang keluarga itu pun merasa aneh dan tidak suka pada Tarina. "Maksud kamu apa Rin? Kamu ga suka Mishka ada di sini? Dia kan anak aku. Kamu ini gimana sih?" gerutu Aditya."Ya maksud aku ga gitu mas, Mishka kan -""Lagian ibunya juga belum jemput. Kemana perempuan itu? Waktunya jemput anak malah lepas tanggung jawab."Aditya sangat kesal dengan Irani, siang tadi ia lewat di sekolah Mishka dan melihat gadis kecil itu masih menunggu ibunya di sekolahan. Tarina merasa dongkol dengan Aditya dengan sikapnya saat ini. Membawa Mishka ke rumah ini membuatnya ingin mengusir gadis kecil itu.Mishka bermain di kamarnya setelah menemui kakaknya. Ia merasa sedih karena orang tuanya yang tinggal berpisah dan tidak seperti dulu lagi yang selalu bersama dengannya.Aditya me
"Dimana Mishka?" tanya Irani begitu masuk ke rumah Aditya dan pandangannya menyapu habis seluruh ruangan di rumah Aditya untuk mencari Mishka."Kenapa?" tanya Aditya sambil mendekat pada Irani. "Ingat kalau kamu punya anak?" tanyanya lagi."Mobil aku mogok, sekarang dimana Mishka? Dia harus pulang."Aditya tersenyum meremehkan Irani. Laki-laki yang menjadi mantan suami Irani itu merasa tidak ikhlas kalau Mishka pergi dari rumahnya."Pulang kemana? Gubuk ibu kamu yang ga layak itu? Kamu dan Mishka tinggal di sana kan?" "Itu bukan urusan kamu."Irani mulai mencari cari Mishka karena ia yakin Aditya pasti yang menjemputnya di sekolah. Melihat aksi Irani membuat Aditya marah dan menarik tangan perempuan itu supaya tidak kemana-mana. "Mishka itu anakku. Ayahnya bukan orang miskin. Selama ayahnya masih punya segalanya, aku ga akan biarin Mishka hidup sama kamu yang kekurangan.""Kekurangan apa mas? Dari sudut mana kamu melihat aku kekurangan? Kalau aku punya seperti apa yang kamu punya a
“Saya ga suka sama copywriting kamu,” jujur Pak Aryan dengan mudahnya pada Irani saat perempuan itu berhadapan dengannya.Irani sudah berusaha membuat tulisan terbaiknya semalaman setelah membantu Mishka mengerjakan PR-nya. Ia bahkan hingga lembur membuat itu dan ternyata paginya dengan begitu mudah Pak Aryan bilang tidak suka? Tentu saja itu membuat Irani naik darah.“Saya mau kamu pakai formula copywriting yang lain, jangan yang ini terus!” perintah pak Aryan lagi.‘What? Apa kata dia? Yang ini terus? Kapan aku pakai yang ini terus? Kerja juga baru aja kok, gabung ke perusahaan ini juga baru aja kan? Apa si bapak ini mimpi kali ya kalau aku udah kerja di sini sejak perusahaan ini berdiri? Ngawur aja sih?’ Tentu saja Irani ingin protes dan complain seperti itu pada pak Aryan, tapi apa daya? Bisa-bisa ia kehilangan pekerjaannya kalau sapai kalimat-kalimat itu ia ucpkan sekarang.Ya walaupun ia masih bisa bekerja secara remote di pekerjaan yang lain, tapi rasanya Irani masih ingin bek
"Kamu sembunyiin dimana anak saya buk?" tanya Aditya saat hari minggu ia ingin supaya Mishka bisa jalan-jalan dengan dirinya. Laki-laki itu tahunya Mishka dan irani tinggil di rumah bu Resti, mantan mertuanya."Mishka ada di rumahnya, kebetulan sekali saya juga mau berkunjung kesana. Supaya kamu ga mati penasaran pengen ketemu sama Mishka, kamu boleh bareng saya," ujar bu Resti dengan santai.Bu Resti sudah malas karena Aditya selalu mengira Mishka dan Irani ada di rumahnya karena laki-laki itu belum tahu kalau Irani sudah begitu mandiri dengan memiliki rumah sendiri. Saat ini bu Resti ingin menunjukkan pada Aditya dan Tarina bahwa perempuan yang dianggap lemah dan diremehkan itu kini saatnya menunjukkan diri bahwa dia tidak seperti yang mereka kira."Aalah bu, ibu ini udah tua jangan kebanyakan drama. Rumah siapa yang ibu maksud? Kalian sekongkol mau balas dendam dengan sok memiliki rumah sendiri dan udah mandiri gitu?" tanya Tarina sudah benar-benar muak."KAMU YANG JANGAN BANYAK D