Beranda / Romansa / Rahasia Pewaris Culun / Identitas Tersembunyi

Share

Identitas Tersembunyi

Penulis: Naveen Kenan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-15 12:30:10

Pria jangkung berparas tampan yang terlihat rapi mengenakan jas warna hitam serta celana kain dengan warna senada itu kini berada tepat di antara Rion dan Kenzie.

Mata sipit Rion melebar ketika pandangannya terfokus pada pria dengan gaya kasual dan terlihat begitu elegan.

"Tu-tuan Muda?" Pemuda itu berdiri dari bangku dan menjawab dengan terbata saat menyadari ternyata Owen yang menghampirinya.

Owen yang sedang berdiri tegak itu mengernyitkan dahi. Dia begitu bingung dengan ucapan adik tirinya tersebut.

'Sejak kapan Rion memanggilku dengan sebutan Tuan muda?' Owen berucap di dalam hatinya.

"Ada apa Tuan Muda kemari?" sambung Rion sambil mengedipkan matanya dengan cepat. Pria culun itu memang ingin merahasiakan jati dirinya di depan Kenzie, untung saja Owen mengerti.

"Ayahmu sakit dan sedang dirawat, dia memintaku untuk menjemput kamu," ujar Owen yang berusaha mengimbangi sandiwara Rion. Namun, tampaknya akting mereka sedikit gagal.

Kenzie akhirnya ikut berdiri, lalu dia menyenggol lengan Rion. Perlahan, gadis itu bergeser lebih dekat lagi pada Rion. "Sejak kapan ayahmu hidup lagi? Bukankah kamu pernah bilang kalau Ayah dan ibumu itu sudah meninggal?" bisik Kenzie yang membuat Rion mengusap tengkuknya.

Owen yang sepertinya mengerti keadaan tersebut, akhirnya cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

"Boleh saya bicara berdua dengan Rion di mobil?" ucap Owen yang dijawab anggukkan oleh Kenzie.

Rion mengikuti Owen masuk ke Mercy dan duduk berdampingan.

"Kenapa Kakak malah bilang Papa sakit, sih?" keluh Rion ketika mereka sudah duduk di bangku belakang mobil.

"Mana aku tau kalau kamu sudah cerita tentang Papa dan mamamu."

"Ahhh ... sudahlah! Sekarang ceritakan apa yang mau Kakak sampaikan? Sebentar lagi aku ada kelas. Mengenai si Enzie biar aku pikirkan nanti kalau dia bertanya," ucap Rion sambil menggaruk kepala yang sesungguhnya tidak gatal.

Owen akhirnya menceritakan maksud kedatangannya ke kampus Rion karena ingin mengabarkan kalau Opa Frederic-lah yang dirawat di rumah sakit.

"Apa? Opa sakit? Sakit apa?" Mata sipit Rion membelalak saat mendengar cerita Owen.

"Opa dibawa ke rumah sakit satu jam lalu dan aku pun mendapatkan kabar dari Ibu saat masih di kantor."

"Tapi, Kak, aku tidak bisa ke rumah sakit sekarang karena masih ada kelas."

"Iya, tidak apa-apa. Sebisanya kamu saja karena Opa saat ini juga sedang beristirahat," jawab Owen, bermaksud menenangkan Rion yang memang dianggap dekat dengan Opa Frederic.

"Kenapa Kakak malah repot datang ke sini? Bukankah Kak Owen bisa telpon aku?" Rion memicingkan mata seolah-olah sedang mencari hal yang mungkin saja disembunyikan oleh kakak tirinya itu.

"Ponselmu tidak aktif," jawab Owen.

Rion akhirnya turun dari Mercy tersebut dan tidak lama setelah pintu ditutup, mobil itu melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan kampus.

Di dekat bangku kayu terlihat Kenzie sedang menatap Rion yang sepertinya meminta penjelasan.

"Ayo, masuk!" Lelaki berkacamata itu akhirnya menarik tangan Kenzie, tetapi perempuan itu tidak mau beranjak dari duduknya.

"Gak mau, jelasin dulu sama gue. Apa maksud dari pria tadi? Apa saat ini lu lagi bohongin gue?" cecar Kenzie dengan sorot mata tajam.

Rion membulatkan mata. Akhirnya hal yang dia takutkan terjadi juga, Kenzie menuntut penjelasan darinya.

"Nanti aku jelasin. Sebentar lagi ada kelas Pak Anton. Ingat, telat sedikit saja dia akan menghukum kita. Apa kamu mau?"

"Enggaklah!"

"Ya, sudah, ayo masuk! Tinggal lima menit lagi kelas akan dimulai."

Kenzie tidak dapat berbuat apa-apa. Terlebih, dia ada janji dengan teman kos-nya siang nanti. Dia tidak mau terkena sanksi yang akan menyebabkan pulang terlambat karena ada hal sangat penting siang nanti.

***

Mentari kini tepat di atas kepala. Kelas pun telah usai. Rion menyadari kalau sahabatnya itu masih meminta penjelasan tentang Owen dan siapa orang yang dimaksud oleh lelaki itu.

"Aku balik duluan, ya?" Rion berdiri dari kursinya setelah menyampirkan tas di pundaknya.

"Tunggu!" Kenzie menarik kemeja yang dimasukkan ke dalam celana.

"Apa?" tanya Rion yang masih berdiri, tetapi wajahnya melihat pada tangan Kenzie yang masih menarik kemeja hitam yang dia kenakan.

"Jelasin dulu sama gue!"

"Perihal?" Rion menyipitkan mata sipitnya.

"Jangan pura-pura lupa, deh."

"Reward, kan? Kamu mau apa?" Rion mengalihkan pembicaraan.

Sepasang mata kehijauan itu pun melirik kesal pada Rion, lalu diputarkan bola mata itu yang terlihat semakin kesal.

"Ck! Ayolah, Rion. Lu jangan pura-pura lupa untuk nyeritain siapa pria misterius itu dan apa maksud dia bilang Ayah lu sakit, sedangkan Ayah lu udah meninggal hampir satu tahun lalu," ujar Kenzie dengan mimik wajah yang begitu kesal.

Rion mengusap tengkuknya, dia bingung untuk mencari alasan karena Kenzie bukanlah perempuan polos yang mudah dibohongi.

"Riooonnn!" panggil Kenzie semakin kesal.

"Em ... itu, aku, dia, itu––" Kata-kata Rion akhirnya terhenti karena ponsel yang ada di tas Kenzie berbunyi. "Angkatlah dulu," pinta Rion dengan napas yang sedikit lega.

"Tidak penting!" jawab Kenzie tegas.

"Bukankah tadi kamu bilang sedang ada janji? Siapa tau itu telpon dari dia." Rion masih berusaha mencari ide sambil otaknya terus berputar mencari alasan untuk jawaban yang sulit karena telah terpojok.

Kenzie menepuk keningnya. "Astaga! Gue sampe lupa kalau ada janji sama Mbak Angel." Kenzie terlihat terburu-buru membuka resleting tas ranselnya, lalu meraih benda pipih warna hitam yang dari tadi berdering kencang. "Halo?" Kenzie menjawab panggilan ponselnya.

Rion memperhatikan Kenzie yang sepertinya sibuk dengan ponselnya. Pria Culun itu akhirnya berjalan mengendap-endap agar Kenzie tidak menyadari kepergiannya.

Rion berjalan cepat ketika sudah keluar dari kelas. Keberuntungan sedang berpihak padanya saat ini karena dia dapat lolos dari Kenzie.

"Huft ... selamat," ucap Rion ketika ada di dekat gerbang kampus.

"RIOOONNN!!! JANGAN KABUR, LU!!!" Bak petir di siang bolong, suara Kenzie begitu menggelegar terdengar oleh Rion.

"Mati!" ucap Rion sembari berhenti melangkah dan menepuk keningnya.

Otak Rion berputar mencari alasan untuk jawaban yang akan dia utarakan pada Kenzie. Perempuan itu memang cukup cerdas, sehingga Rion cukup kesulitan untuk sekadar membohonginya. Sesungguhnya, Rion tidak bermaksud seperti itu, tetapi semuanya memang menjadi rahasia besar di dalam keluarga Tuan Frederic. Di mana anak dari istri kedua itu identitasnya harus disembunyikan. Apalagi, Yola bukanlah dari golongan bangsawan. Tentu saja keberadaannya disembunyikan, walaupun mereka menikah sah secara agama dan negara.

"Mau ke mana, lu?" ucap Kenzie yang telah memegang lengan Rion.

"Ke rumah sakit-lah."

"Ceritakan dulu, siapa pria itu dan kenapa dia bilang kalau Ayah lu masih hidup? Atau, diam-diam, lu yang udah bohongin gue, Rion?"

Pertanyaan Kenzie benar-benar membuat kepala Rion hampir pecah, terasa sakit dan juga pusing. Bagaimana Rion menjelaskannya? Sejauh ini, Rion selalu menutupi jati dirinya sebagai anggota keluarga yang kaya raya di kota itu.

"Oh ... jadi memang benar kalau lu itu udah bohongin gue? Lu sebenernya orang kaya, bukan?" Kenzie mencecar Rion dengan pertanyaan yang menyudutkannya.

'Bagaimana aku bisa memberitahu Kenzie, sedangkan dia begitu tidak suka pada orang kaya? Apa setelah mengetahui statusku nanti, dia akan menjauhiku?'

Batin Rion bergejolak. Dia begitu takut kehilangan sosok sahabat yang dari dulu bersamanya. Hanya Kenzie yang menerima Rion apa adanya. Wajar saja pemuda berkacamata itu ketakutan kalau harus berpisah dengan sahabat baiknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Vivi Nisfiatul Khoiroh
komentar Kai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Rahasia Pewaris Culun    Partner Bisnis

    Rupanya Rion dijadikan saksi karena terakhir Oris berbicara padanya dalam panggilan ponsel sebelum Oris meninggal dunia secara tidak wajar, sehingga dari pihak kepolisian memberikan keterangan tersebut. "Terima kasih, Pak!" Willson yang menjadi pengacara Rion berjabat tangan dengan polisi yang menangani Rion. Rion terbebas dari status saksi dari pembuahan Oris yang mungkin bisa saja dirinya akan berubah status menjadi tersangka apabila tidak didampingi oleh kuasa hukumnya. "Terima kasih, Pak!" Rion berjabat tangan dengan Willson dan saat kasus telah usai, mereka kembali terpisah karena Rion memang tidak dekat pada Willson dan hanya terikat kerjaan Willson saja yang menjadi pengacara. *** Banyak sekali kejadian yang menimpa Rion setelah Kenzie pergi. Hidupnya sepi bahkan terasa kosong karena satu-satunya orang yang dia sayang di dunia ini pun pergi meninggalkannya meskipun dia menjanjikan akan kembali. Namun, entah hal itu akan terealisasikan kapan? Tidak ada jaminan dari siapa pu

  • Rahasia Pewaris Culun    Kematian Oris

    Sudah beberapa hari ini Khanza merasa was-was dengan keadaan Rion. Ingin bicara, tetapi dia tidak memiliki bukti yang kuat akan perbincangan adik tirinya karena Owen memang tidak menyebut nama Rion. Bisa saja Owen malah merencanakan pembunuhan untuknya, bukan? "Tuan, apakah Tuan Muda baik-baik saja?" tanya Khanza yang merasa khawatir dengan keadaan Rion. "Aku baik-baik saja." Rion kembali terdiam. Dia hanya memperhatikan halaman rumah dari balkon. Sudah beberapa hari semenjak kematian Frederic, Rion memang betah berlama-lama di balkon hanya memperhatikan keadaan rumah saja. "Sus?" Rion memanggil Khanza."Iya, Tuan." "Biasanya Suster mengajak Opah berjemur di sana." Rion menunjuk yang disertai bibir tersenyum, tetapi pandangannya seolah kosong.Khanza tidak menjawab, karena dia tahu kalau Rion hanya butuh didengarkan saja, bukan membutuhkan jawaban darinya. "Aku kangen sama Opah," ucap Rion yang terdengar pilu. Rupanya Rion masih terlihat berat sejak kepergian Frederic. Dia seol

  • Rahasia Pewaris Culun    Kembali Pada-Nya

    Dokter itu menatap Rion dan Owen bergantian yang disertakan tarikan napas dalam sebelum dia menceritakan keadaan Frederic. "Hhuuufff ...." Napas itu terembus. "Kami tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuan Frederic tidak dapat tertolong." "Apa?!" Spontan Owen berucap. Rion tidak berkata apa-apa, dia berjalan mundur hingga akhirnya terpentok pada kursi stainless dan detik itu juga dia terduduk lemas, lakinya seolah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri saat mendengar Frederic telah kembali pada-Nya.Rion menutup wajahnya. Ingin menangis, tetapi dia tahan sekuat tenaga meski akhirnya ada yang meluncur dari sudut matanya. "Menangis saja, Tuan Muda. Tangisan tidak akan menjatuhkan derajatmu sebagai seorang laki-laki," ucap Khanza yang duduk di sampingnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Khanza kalau tangis tidak akan membuat derajat laki-laki terjatuh. Laki-laki juga manusia, dia punya hati yang dapat merasakan sakit. Rion merasa sendirian. Ketika Frederic corp

  • Rahasia Pewaris Culun    Kritis

    Keadaan Frederic semakin memburuk. Sudah tiga hari dia masih koma, bahkan harapan untuk hidup sangatlah kecil menurut dokter. "Ya Tuhan ... cobaan apa lagi yang akan aku dapatkan setelah ini?" ucap Rion saat berada di kantor. Tidak dipungkiri, dirinya sangat sulit untuk berkonsultasi. Bahkan dalam tiga hari ini seolah raganya saja berada di kantor, tetapi jiwanya entah ke mana. Dia seolah terombang-ambing tanpa pijakan. "Permisi ...." Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Owen. "Masuk!" Rion terperanjat saat suara seseorang mengetuk pintu. Dari balik pintu yang terbuka terlihat Angel yang membawa berkas dalam map warna biru. "Eh, Mbak. Silahkan duduk," ucap Rion. Angel tersenyum, menarik kursi lalu duduk. Namun, dia memperhatikan Rion yang seolah semakin terpuruk. "Kamu kenapa, Rion?" "Enggak apa-apa, Mbak," jawab Rion sekenanya. "Oh, iya. Apakah ada tender baru yang masuk?" sambung Rion seolah-olah mengalihkan pembicaraan. "Ada, bahkan cukup banyak. Yang Mbak khawatirkan itu

  • Rahasia Pewaris Culun    Peselingkuh

    Kemala mengajak Owen ke ruang perawatan. Ternyata Wanda sedang tidur dan baru siuman sejak beberapa menit yang lalu. "Tante?" Owen menyapa mertuanya. "Owen, gimana keadaanmu, Nak? Kamu sakit apa? Kok, Tante enggak tau kamu dirawat. Apa Wanda mengetahuinya?" Seolah berbasa-basi, Nyonya Pranata bertanya pada calon menantunya. "Tidak, Tan. Wanda tidak tau apa-apa, lagian aku juga udah sehat, kok." Mungkin karena suara perbincangan Owen, Kemala dan ibunya, Wanda akhirnya membukakan mata. "Sayang? Kamu ada di sini?" Suara Wanda terdengar pelan. "Iya. Kamu kenapa, Sayang?" Owen bertanya dan saat itu sepasang mata Wanda kembali berkabut. Kemala mengerti kalau Wanda menginginkan cerita pada putranya dan dia mengajak Nyonya Pranata untuk ke luar dari ruangan tersebut. Agar mereka bisa leluasa mengobrol. "Kamu sayang aku enggak?" Tiba-tiba saja Wanda bertanya seperti itu dan hal ini dirasa aneh oleh Owen. "Kok, nanyanya begitu?" "Jawab aja, sayang atau enggak?" "Sayanglah, kamu, kan

  • Rahasia Pewaris Culun    Harta, Tahta dan Wanita

    Tepat jam sebelas siang, Rion sengaja pergi menemui Angel hanya untuk makan siang sekaligus membahas apa yang sebenarnya terjadi. "Mbak?" Rion memanggil."Iya." "Aku bingung harus menerangkannya seperti apa? Aku pun paham kalau sampai ada di posisi, Mbak. Aku pun akan salah paham. Tapi aku mohon percaya sama aku, Mbak. Aku bukan takut Mbak bilang sama Kenzie, karena aku benar. Hanya saja kalau keadaannya jauh seperti ini, aku takut Enzie terluka dan aku hanya bisa menatapnya menangis di layar ponsel." "Sebenarnya Mbak juga tidak percaya Rion, tapi penampilan dia tadi pagi? Ah, Mbak jadi inget Enzie ketika hendak dinodai oleh Pak Owen." "Tapi aku bukan Kak Owen, Mbak. Kami berbeda dan aku begitu mencintai Kenzie." "Iya, Mbak tau, Rion. Cinta memang bisa membutakan siapa saja." Sepertinya Angel masih belum sepenuhnya mempercayai pengakuan Rion. Dia juga tidak mempercayai kesimpulan yang ada di otaknya. Baginya, Rion terlalu tulus kalau sampai selingkuh, itu merupakan hal yang tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status