Share

Bab 3

Author: Jeremy
Aku tersenyum sambil berkata, "Eric, kalau aku orang rendahan, itu berarti kamu hanya pantas jadi pelayan orang rendahan!"

"Aku menantu yang dipilih ayahmu sendiri. Kamu yakin ingin memperlakukanku seperti ini?!"

Kepanikan seketika terlintas di wajah Eric, tetapi dia segera menenangkan dirinya dan kemudian tersenyum dengan penuh ejekan.

"Memangnya kenapa kalau ayahku yang memilihmu? Jangan bertindak seperti katak naik junjung. Apa kamu pikir aku menikahimu karena cinta?"

Mendengar bantahan Eric, Viona menjadi semakin sombong.

"Anida, jangan salahkan Eric, tapi salahkan dirimu yang terlalu polos."

"Dengan latar belakangmu yang biasa-biasa saja, mana mungkin kamu cocok bersama Eric? Aku bisa memberinya seluruh sumber daya dari Grup Hakana dan membantunya naik pangkat lebih tinggi. Tapi, apa yang bisa kamu berikan? Cintamu, 'kah? Itu sama sekali tidak ada nilainya!"

Aku sangat marah hingga seluruh tubuh gemetar, darah sudah mengalir ke kepalaku. Aku mengangkat tangan dan hendak menampar wajahnya.

Namun, Eric malah menangkap pergelangan tanganku dengan erat.

"Sudah cukup belum?! Anida, jangan bikin malu di sini!"

Setelah Eric menyingkirkan tanganku dengan kuat, aku terhuyung-huyung dan mundur beberapa langkah. Kemudian, tumit sepatu tinggiku terpelintir dan terjatuh di lantai.

Telapak tanganku terasa sakit dan perih karena terseret di permukaan kasar.

Eric melihatku dengan acuh tak acuh, lalu dia berkata, "Demi Edy, aku akan memberimu sedikit harga diri. Kalau tidak, jangan salahkan aku bertindak kasar!"

"Kami sekeluarga akan melakukan wawancara, mohon jangan menghalangi jalan kami!"

Usai berbicara, Eric tidak melirikku lagi.

Dia merangkul pinggang Viona sambil memegang tangan Edy yang penuh semangat. Mereka bertiga masuk ke gerbang sekolah tanpa menoleh ke belakang.

Aku tergeletak di lantai yang dingin sambil mengepalkan tangan dengan erat, amarah pun menyala di dadaku.

Tak ada satu pun dari mereka… yang akan aku maafkan!

Ketika aku bangkit dari lantai, Viona yang baru saja pergi malah kembali bersama Edy lagi.

Pada detik selanjutnya, sebuah tamparan yang kuat mendarat di wajahku, sehingga membuatku yang baru saja berdiri sontak terjatuh lagi.

"Pelacur murahan seperti kamu yang merusak keluarga orang lain harus diberi pelajaran!"

Pipiku terasa sakit dan panas, kemudian bibirku merasakan aroma darah.

Setelah itu, tinju dan tendangan dari sepatu hak tinggi Viona jatuh di tubuhku lagi.

"Aku akan memberimu pelajaran hari ini! Sungguh pelacur yang tidak tahu malu!"

Viona memukul dan menendangku tanpa henti, bahkan sudah terengah-engah pun masih tidak ingin berhenti.

Aku dipukul hingga meringkuk di lantai, sama sekali tidak ada tenaga untuk melawan.

Hal yang lebih menusuk hatiku adalah putraku malah bertepuk tangan di sebelah. Dia bersorak dengan senang. "Pukul dia! Pukul wanita jahat itu! Semangat, Mama Viona!"

Saat ini, ponsel di sakuku bergetar pelan.

Itu pesan dari Paman Sandra.

"Nona Anida, semuanya sudah diatur sesuai perintah Anda."

Aku berusaha untuk bangkit, kemudian menatap Viona yang masih mengamuk.

Setelah melihatku tidak takut padanya, Viona langsung bergegas kemari dan menjambak rambutku sambil memarahiku, "Dasar wanita pelacur, beraninya kamu memelototiku!"

Aku berusaha membebaskan diri dari belenggunya. Setelah merapikan rambut dan pakaianku yang kusut, aku langsung berdiri tegak dan menatap semua orang.

Viona seketika mundur beberapa langkah karena auraku.

Tak lama kemudian, dia pun sadar kembali dan memarahiku lagi, "Anida, sok berani apaan? Kalau bukan karena mau mengurus pendaftaran sekolah Edy hari ini, aku pasti sudah memberimu pelajaran. Tunggu saja!"

Selesai berbicara, Viona membawa Edy masuk ke gedung sekolah.

Aku menundukkan kepala dan melihat akta nikah yang penuh bekas sepatu di lantai.

Di sana terpantul sosok yang telah berjuang mati-matian selama enam tahun untuk keluarga ini.

Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian memutuskan untuk menelepon Paman Sandra.

"Segera datang ke Sekolah Internasional Tanaya."

Begitu panggilan diakhiri, aku mengabaikan kekagetan orang-orang di sekitarku dan melangkah masuk.

Di ruang wawancara, suasana terasa sangat harmonis.

Kepala sekolah, Pak Gino yang bertubuh gemuk malah tersenyum penuh pujian pada Eric dan Viona.

"Tuan Eric, Nona Viona, kalian tenang saja. Putra kalian sangat cerdas, sekolah kami sangat menyambutnya. Saya akan segera mengurus surat administrasi."

Eric tampak puas saat menikmati sanjungan itu.

Viona malah minum kopi sambil melirikku dengan tatapan menghina.

Tepat saat Pak Gino hendak mencetak stempel persetujuan di dokumen, ponselnya tiba-tiba berdering.

Begitu melihat layar ponsel, dia segera mengangkat dengan sikap penuh hormat.

Setelah mendengar beberapa menit, wajahnya sontak menjadi pucat dan keringat dingin membasahi dahinya.

"Baik… saya sudah mengerti! Saya akan segera menanganinya!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Suami Terbongkar di Meja Pendaftaran   Bab 8

    Pada saat ini, Eric tiba-tiba merangkak ke arahku dan bersujud padaku tanpa henti. Bam! Bam! Bam!Tak lama kemudian, lantai sudah dipenuhi dengan noda darah."Anida! Anida, aku sudah salah! Aku benar-benar sudah tahu salah! Tolong maafkan aku, mohon beri aku satu kesempatan lagi!" Eric menangis tersedu-sedu dan memegang pergelangan kakiku dengan erat. "Ini semua salah Viona! Wanita pelacur itu yang menggodaku! Dia bilang setiap pria seharusnya punya ambisi! Anida, aku seketika kehilangan diri! Kamu adalah orang yang aku cintai, hanya kamu yang ada di hatiku!" Eric mengakui kesalahannya, seolah-olah ingin memperlihatkan isi hatinya padaku.Mendengar kata-kata itu, Viona yang berada di sebelahnya tiba-tiba mendongak.Viona melihat pria yang baru saja mengungkapkan cinta padanya dengan tatapan tidak percaya. Kini, pria itu malah melemparkan semua kesalahan padanya.Viona sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar, tapi dia sudah tidak punya tenaga untuk membantah.Sekarang melihat p

  • Rahasia Suami Terbongkar di Meja Pendaftaran   Bab 7

    Wajah Eric Sudrian seketika memucat.Sementara itu, Viona sepenuhnya menjadi gila. Dia bergumam, "Tidak mungkin… ini sama sekali tidak mungkin! CEO Grup Tianta jelas seorang pria berusia lima puluhan! Aku pernah melihatnya!"Aku tersenyum acuh tak acuh sambil berkata, "Pria tua yang kamu lihat itu Paman Sandra, bukan? Dia bawahan yang sangat dipercayai ayahku. Dia hanya menggantikanku untuk tampil di depan umum. Bagaimanapun, sebelumnya aku masih sangat polos dan hanya ingin hidup sederhana."Pada saat ini, ponsel Eric berdering tanpa henti.Di ujung telepon, terdengar suara sekretarisnya yang panik dan menangis."Tuan Eric! Gawat! Semua mitra bisnis kita, termasuk Grup Kusuma mendadak membatalkan kerja sama sepihak!""Ketua direksi sedang rapat darurat, semua pemegang saham menyarankan agar Anda dicopot dari jabatan sebagai presdir!"Setelah ragu-ragu sejenak, sekretaris itu berteriak, "Harga saham kita… menurun drastis! Hanya dalam waktu sepuluh menit!"Ponsel langsung jatuh dari tan

  • Rahasia Suami Terbongkar di Meja Pendaftaran   Bab 6

    Rafiq memperlihatkan ekspresi muram. Setelah melirik Eric dan Viona dengan tatapan ganas, dia segera menarik pandangannya.Di bawah kawalan para pengawal, Rafiq menembus kerumunan dan bergegas menghampiriku.Setelah itu, semua orang membelalakkan mata mereka. Sosok penguasa bisnis yang pernah menggetarkan dunia itu berjalan ke depanku dan membungkukkan badannya padaku. Dia berkata dengan suara gemetar dan takut, "Bu Anida!" "Maaf! Saya tidak bisa mendidik anak dengan baik, sehingga membuat Anda menderita penghinaan seperti ini!""Mohon Anda tenang dulu! Mohon Anda tenang dulu!"Semua orang langsung tercengang.Wajah Eric seketika memucat. Melihat adegan di depannya dengan tidak percaya, Eric langsung berkata, "Papa! Kamu sudah gila?! Apa kamu sudah pikun?"Pikiran Eric menjadi kosong. Dia berteriak seperti orang kehilangan akal, kemudian bergegas ke depan untuk memapah Rafiq. "Kenapa kamu berlutut padanya?! Dia bukanlah apa-apa!”"Sebutan apa yang kamu panggil untuknya? Bu Anida?

  • Rahasia Suami Terbongkar di Meja Pendaftaran   Bab 5

    Setelah aku melontarkan kata-kata itu, wajah Pak Gino sudah memucat.Pak Gino sadar bahwa dirinya telah menyinggung penguasa tertinggi sekolah ini. Jabatannya sebagai kepala sekolah seharusnya akan segera dicopot. Setelah sadar kembali dari keterkejutan, Viona langsung berteriak, "Tidak mungkin! Kamu bicara omong kosong! Kamu hanya seorang ibu rumah tangga, mana mungkin bisa jadi CEO sekolah unggulan ini? Eric, dia sedang berbohong, 'kan?!"Viona melihat Eric dengan tatapan seakan-akan menunggu jawaban yang bisa menenangkannya. Eric menatapku dengan tatapan penuh kaget, tapi dia segera tersenyum sinis. "Anida, tadi kepalamu terbentur di pintu hingga menjadi bodoh, ya? Bisa-bisanya tidak punya uang tetapi suka pamer. Hanya melihat inisial yang sama, kamu langsung berpura-pura bahwa sekolah ini milikmu? Kalau begitu, aku juga bisa bilang diriku orang terkaya di Kota Coasla!" Mendengar kata-kata Eric, Viona langsung menjadi sombong lagi. "Bagus sekali, ternyata kamu juga pelacur yang

  • Rahasia Suami Terbongkar di Meja Pendaftaran   Bab 4

    Setelah menutup telepon, Pak Gino bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil. Saat menoleh ke arahku, tatapan meremahkan di matanya sudah menghilang. Akan tetapi, wajahnya penuh kehormatan dan ketakutan. "Pak Gino, kenapa kamu masih bengong di sana? Cepat uruskan! Waktuku sangat berharga, setiap menit bisa bernilai miliaran." Melihat Pak Gino tidak bergerak, Eric memerintahnya dengan nada penuh ketidaksabaran.Pak Gino tiba-tiba berdiri tanpa menjawab Eric, gerakannya terlalu terburu-buru sampai kursinya terjungkal ke lantai.Setelah berjalan mengitari meja kerjanya, Pak Gino langsung bergegas menghampiriku.Kemudian, Pak Gino melakukan sesuatu yang mengejutkan semua orang.Pak Gino membungkukkan badannya padaku. "Bu CEO…! Kenapa… Anda datang sendiri ke sini?! Saya… benar-benar tidak tahu diri, mohon maafkan kelalaian saya!”Begitu kata-kata itu terucap, suasana di ruangan langsung menjadi sunyi.Senyuman di wajah Eric pun seketika menjadi kaku.Viona bahkan tidak berani percaya hing

  • Rahasia Suami Terbongkar di Meja Pendaftaran   Bab 3

    Aku tersenyum sambil berkata, "Eric, kalau aku orang rendahan, itu berarti kamu hanya pantas jadi pelayan orang rendahan!""Aku menantu yang dipilih ayahmu sendiri. Kamu yakin ingin memperlakukanku seperti ini?!"Kepanikan seketika terlintas di wajah Eric, tetapi dia segera menenangkan dirinya dan kemudian tersenyum dengan penuh ejekan. "Memangnya kenapa kalau ayahku yang memilihmu? Jangan bertindak seperti katak naik junjung. Apa kamu pikir aku menikahimu karena cinta?"Mendengar bantahan Eric, Viona menjadi semakin sombong."Anida, jangan salahkan Eric, tapi salahkan dirimu yang terlalu polos.""Dengan latar belakangmu yang biasa-biasa saja, mana mungkin kamu cocok bersama Eric? Aku bisa memberinya seluruh sumber daya dari Grup Hakana dan membantunya naik pangkat lebih tinggi. Tapi, apa yang bisa kamu berikan? Cintamu, 'kah? Itu sama sekali tidak ada nilainya!"Aku sangat marah hingga seluruh tubuh gemetar, darah sudah mengalir ke kepalaku. Aku mengangkat tangan dan hendak menampar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status