Share

BAB 2

TAK TAK TAK

Suara ketukan sepatu terdengar dengan jelas seakan bergema di seantero koridor kafetaria. Semua orang kini sibuk berbisik-bisik sambil menatap ke arah gadis yang duduk sendirian di sudut ruangan. Berkat postingan di Secret pagi ini, mantan kekasih Daniel Radcliff itu kini terlihat sangat menyedihkan.

Tuk

Langkah kaki itu terhenti, di depan meja gadis malang yang kini sudah tak sanggup mengangkat wajahnya lagi. Suara bisik-bisik terdengar semakin nyaring ketika mereka melihat Alexandra De Travis meletakan nampan makan siangnya di depan Adriana Spencher dan duduk di sana.

“Kau telat berangkat lagi? Aku tak melihatmu di kelas pagi ini.”

Sapaan Alexa membuat Adriana membanting alat makannya ke meja dengan keras, “Menurutmu? Apa aku harus datang untuk melihat semua orang menggunjingku di pagi hari?” Putri tunggal keluarga Spencher itu kini membentak Alexa dengan nada tinggi, hingga membuat mereka berdua sukses menjadi pusat perhatian untuk beberapa saat.

Gadis di hadapannya kini justru mengangkat satu alisnya sambil tersenyum mengejek, “Apa kau sekarang membenciku karena aku tak menghapus postingan itu?”

Hening menyelimuti keduanya. Sudah jelas dari sisi manapun Adriana tampak marah karena namanya terang-terangan disebutkan dalam Secret, namun Alexa justru membiarkan hal itu terjadi tanpa berniat menolong reputasinya sedikitpun. Adriana tahu jika Alexandra bukanlah gadis bodoh yang tidak paham dampak dari postingan seperti itu untuk reputasi keluarganya, tapi sepertinya gadis itu tidak ada niatan sedikitpun untuk menolongnya.

“Lupakan saja, tidak ada keuntungan untuk Spencher jika bermusuhan dengan keluarga De Travis.” Ucapnya pasrah.

Alexandra tertawa kecil sambil menepuk pelan lengan Adriana.

“Kau tahu benar tempatmu, Nona Spencher.”

Adriana hanya bisa balas tersenyum masam menanggapi ucapan gadis itu. Benar, beginilah cara bertahan hidup di dalam hirarki dunia bisnis yang kejam. Sampai kapanpun, dirinya tidak akan sanggup bermusuhan dengan Alexandra De Travis.

Tentu saja, karena hubungan pertemanan mereka yang rumit ini hanya bagian dari kesepakatan bisnis.

Jika sekarang dirinya membenci gadis itu dan memushuhinya hanya karena masalah yang muncul di Secret, masalah yang lebih besar akan menimpa keluarganya. Entah itu berupa kesulitan finansial atau hancurnya perusahaan kecil milik ayahnya. Keluarga De Travis benar-benar memegang kendali penuh atas keluarganya. Ia tidak mengerti kenapa dari seluruh keluarga melarat yang ada di dunia, harus keluarganya sendiri yang berurusan dengan De Travis. Nasib sial beruntun seakan mengejek kehidupannya selama ini.

Adriana masih ingat saat Alexa pertama kali menemuinya di kediaman lamanya empat tahun lalu, saat dirinya nyaris putus sekolah karena kondisi keuangan keluarganya yang benar-benar buruk. Pabrik tekstil kuno milik keluarga mereka sudah di ambang batas, akibat ulah ayahnya yang sudah putus asa dan hidup seperti sampah karena ditipu hingga jutaan dollar. 

“Saya akan membantu Anda, asalkan keluarga Spencher mau mendedikasikan bisnis dan hidupnya untuk keluarga De Travis.”

Adriana ingat betul, itu adalah kata-kata yang Alexandra lontarkan kepada ayahnya. Rasanya sulit untuk dipercaya, ketika ada seorang gadis berusia tiga belas tahun mengunjungi rumahnya serta menjanjikan kehidupan yang layak pada ayahnya.

Anak perempuan yang seharusnya masih sibuk menghabiskan waktu dengan bermain barbie, justru sudah dipercaya melakukan negosiasi pabrik tekstil oleh keluarganya. Sebenarnya sedikit rasa kagum serta iri terbersit di hatinya, andai saja ia bisa menjadi gadis cerdas seperti pewaris De Travis kala itu. Mungkin saja dirinya bisa mencegah ayahnya tertipu atau mencegah ayahnya menyetujui tawaran dari gadis licik itu, yang mana saja asal hidupnya tidak seperti di neraka.

Dan sesuai perkataan Alexa, setelah ayahnya menyetujui kontrak itu kehidupannya menjadi berubah drastis. Ia tidak perlu menampung air yang bocor dari plafon setiap hujan, atau kesulitan membeli seragam sekolah seperti dulu. Dirinya bahkan bisa melanjutkan studinya lagi di salah satu sekolah elit yang sama seperti Alexandra.

Sejak saat itu, ayahnya selalu mengatakan padanya untuk tak melupakan jasa keluarga De Travis pada mereka. Ia dipaksa selalu tunduk pada semua anggota keluarga De Travis layaknya anjing kepada majikannya. Meskipun semua orang menganggap dirinya bersahabat dekat dengan Alexandra, tapi faktanya ia tak lebih dari seorang pelayan keluarga De Travis.

Itulah sebab mengapa kini dirinya benar-benar membenci Alexandra De Travis, seseorang yang menjadi awal mula dirinya hidup mirip seekor binatang peliharaan.

TRANGG

Suara logam yang berbenturan dengan lantai marmer itu mengalihkan perhatian seisi kafetaria. Hanya butuh beberapa detik untuk membuat atensinya kembali ke dunia nyata. Alexandra tampak membungkuk dan mengambil garpu mliknya yang sudah jatuh di bawah meja. Gadis itu menggulungnya dengan tisu dan meletakan di sisi nampannya yang sudah kosong.

“Hah, sayang sekali teman makan siangku hari ini membosankan. Aku akan pergi ke ruang klub jurnalis, tidak ada gunanya mengajak bicara orang yang sibuk melamun.” Ujar gadis itu sambil bergerak mengangkat peralatan makannya sebelum beranjak pergi, namun Adriana menahannya.

“Biar aku yang meletakan ini.” Katanya palan.

Putri tunggal Nicholas De Travis itu mengernyitkan dahinya heran, “Astaga, kau benar-benar mau bersikap seperti pelayanku sekarang?”

Tawa mengejek mengembang di wajah Alexa untuk sepersekian detik, namun kini matanya berubah menjadi tajam ketika menatap Adriana.

“Berhenti, jangan pernah melakukan ini lagi. Berhenti bersikap seperti anjing peliharaan De Travis.” Ucapan gadis itu membuat Adriana membeku.

Rasanya, Alexa seperti sudah membaca semua yang ia pikirkan sejak tadi. Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut, dirinya bisa melihat tatapan kebencian ketika gadis itu menyebut ‘De Travis’.

 Adriana berbalik menatap punggung gadis itu yang sudah cukup jauh, apakah ada sesuatu yang tidak ia ketahui?

***

Keheningan kini menyelimuti ruang klub jurnalis, seorang gadis menatap penuh harap pada lelaki yang tengah bersandar pada meja rapat.

“Sepertinya aku tidak bisa menerimamu.” Akhirnya pria itu kini bersuara.

Mendengar permintaanya ditolak, gadis bernama Kaylee itu langsung mengepalkan kedua tangannya di depan dada, “Kumohon, ada sesuatu yang harus kupastikan disana. Tolong terima aku sebagai anggota klub ini.”

Lelaki bernama Raphael itu menghela napas berat, “Aku bisa menerimamu menjadi anggota baru klub ini, tapi tidak dengan Secret. Di sini, hanya Nona De Travis yang bisa mengelola Secret.”

Belum sempat gadis itu menjawab, pintu ruangan klub telah terbuka lebar. Menampakan seorang gadis dengan surai hitam yang sudah berdiri tegak disana.

“Nona De Travis, kau sudah datang? Rapat baru akan dimulai lima belas menit lagi.”

Sapaan Raphael membuat Alexa memahami situasi jika gadis yang berada di depan pria itu adalah orang baru, tepatnya mereka belum saling mengenal. Hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk saling menyapa dengan formal ketika ada orang asing di sekitar mereka.

Alexa tampak berpikir sejenak sebelum menatap asing ke arah gadis yang tengah membelakangi dirinya,

‘Apa hari ini ada gadis yang menyatakan perasaannya pada Raphael lagi?’ pikir Alexa.

Sudah menjadi rahasia umum, jika Raphael Geraldio Eusford salah satu dari deretan lelaki paling diincar sepanjang tahun di sekolah ini. Berasal dari kalangan borjuis yang ditunjang dengan wajah tampan, tentu saja membuat para gadis berlomba-lomba mendapatkan pria itu. Walaupun faktanya tidak ada satupun yang pernah menjadi kekasih Raphael, lelaki itu justru sering menempel padanya seperti lintah. Sepertinya ia harus mengucapkan terimakasih pada Raphael, karena sikap lelaki itu dirinya kini menjadi sasaran kebencian para gadis di sekolah ini.

Belum selesai sampai disitu, beberapa bulan yang lalu ia berpikir menjadi calon tunangan Marc Halley bisa meredam amarah mereka. Namun hal itu justru membuat dirinya melesat menjadi orang paling dibenci oleh para singa betina di sana.

Alexa menghela napas lelah, sebaiknya ia segera menyingkir sebelum dirinya dijadikan target amarah gadis-gadis muda itu lagi. “Benarkah? Maaf sudah mengganggu, aku akan per-”

“Kau bisa tetap disini, Nona De Travis. Ini bukan obrolan pribadi.” Rapahel memotong ucapan gadis itu dengan cepat. Ia tidak ingin Alexa salah paham tentang hubungannya dengan gadis itu.

Tapi tunggu, ‘Kenapa dirinya harus takut jika Alexa salah paham tentang dirinya dan gadis itu?’ pikirnya bingung. Raphael bahkan tidak tahu jawabannya.

Ia kembali menatap Alexandra yang mengangkat kedua alisnya pertanda tak mengerti, “Perkenalkan, ini Kaylee Jenkins. Dia ingin mendaftar menjadi anggota baru klub jurnalis. Dan perkenalkan ini Alexandra De Travis, anggota klub jurnalis.” Rapahel memperkenalkan merekaberdua dengan singkat.

Namun air muka Alexandra tiba-tiba berubah menjadi suram setelah mendengar nama gadis itu. Kini matanya beralih menatap gadis bernama Kaylee yang sudah terdiam dengan tatapan mata yang tak bisa diartikan, sedangkan Kaylee sibuk menghindari tatapan menelisik yang Alexandra berikan. Dirinya benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi dengan kedua gadis itu.

TAK TAK TAK

Alexandra melangkah cepat mendekati Kaylee dan menarik wajah gadis itu agar menatap matanya, “Kau- beraninya kau berada disini.” Gadis itu tampak manahan amarahnya ketika melihat wajah Kaylee dengan jelas, dadanya naik turun seakan memendam berbagai emosi yang tidak bisa diungkapkan.

Raphael menarik Alexandra dan menjauhkannya dari Kaylee, “Apa yang sedang kau lakukan, Nona De Travis?!”

Gadis itu tersentak mendengar nada tinggi yang diucapkan oleh Raphael, seakan menariknya ke dalam realita. Alexandra melepaskan cekalannya yang meninggalkan bekas memerah pada wajah cantik gadis itu.

“Maaf, kau mirip seperti seseorang. Aku akan pergi sekarang.” Alexandra pergi dengan cepat sebelum gadis bernama Kaylee itu sempat mengatakan apapun.

Melihat tingkah tidak biasa Alexandra, Raphael tahu ada yang tidak beres. Dengan cepat ia ikut berjalan menuju ke luar ruangan untuk mengejar Alexandra, namun tangannya ditahan oleh seseorang.

Tanpa basa basi lelaki itu langsung menatap tajam ke arah Kaylee, “Ah maaf, aku bukan bermaksud tidak sopan. Tapi sebenarnya, hubungan masa lalu kami tidak begitu baik. Sebaiknya kau tidak menanyakan apapun padanya, aku akan mencoba bicara dengannya perlahan.” Cepat-cepat gadis itu melepas pergelangan tangan Raphael.

Raphael menaikkan satu alisnya heran mendengar gadis itu, “Kalian pernah saling mengenal sebelumnya?”

Gadis itu tampak gelisah ketika pria di depannya terang-terangan menanyakan hubungan antara dirinya dan Alexandra di masa lalu. Kedua jemari tangannya saling bertaut membentuk gerakan khas orang bingung, seakan tengah menyembunyikan sesuatu.

“Sebenarnya kami pernah berteman dulu, tapi hubungan kami tidak begitu bagus. Hanya seperti itu.” Pungkasnya sambil membuang wajahnya ke arah lain, menghindari tatapan mengintimidasi dari Raphael. Ia sudah pernah mendengar rumor tentang tatapan intimidasi mengerikan yang dimiliki oleh ketua klub jurnalis ini, namun siapa sangka ia sudah merasakan sendiri tatapan itu di hari pertama dirinya mendaftar klub.

Sejujurnya, ia mengakui Raphael Eusford tampak lebih tampan ketika menatapnya seperti itu.

 “Aku akan membatalkan rapat hari ini, tolong beritahukan kepada anggota lain saat mereka datang kemari.” Setelah terdiam cukup lama lelaki itu menitipkan pesan pada Kaylee dan segera berlalu.

Dengan segera lelaki itu menyusuri setiap koridor gedung sekolah untuk mencari Alexandra. Sialnya gadis itu tidak dapat ia temukan dimanapun, hatinya diliputi perasaan khawatir setelah melihat tingkah gadis itu yang tampak berbeda hari ini. Lelaki itu berjalan menyusuri sisi selatan sekolahnya hingga akhirnya ia melihat siluet seseorang yang tidak asing untuknya di belakang perpustakaan.

Orang itu adalah Marc Halley yang sedang berbicara dengan calon tunangannya, Alexandra De Travis.

Ah benar juga, ia baru ingat jika mereka akan segera bertunangan tahun depan.

Jawaban pertanyaan atas perasaan asing yang meluap di ruang jurnalis tadi tampaknya sudah memiliki jawaban yang jelas sekarang.

‘Kenapa dirinya harus takut jika Alexa salah paham tentang dirinya dan gadis itu?’

Pertanyaan retroris,

Memang sudah seharusnya ia tak menginginkan sesuatu yang bukan miliknya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status