Beranda / Romansa / Rahim 1 Miliar / Menghamili wanita lain

Share

Rahim 1 Miliar
Rahim 1 Miliar
Penulis: Enierr

Menghamili wanita lain

Penulis: Enierr
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-06 14:44:09

“Caraka, aku mau kamu hamilin wanita itu”

Perkataan istrinya langsung membuat pria dengan tubuh tinggi itu terdiam di tempatnya. Badannya menegang merasakan keanehan luar biasa. Bahkan selama beberapa detik otak pintar jenius nya tak berfungsi normal untuk meneliti alasan di baliknya.

“Darl, aku ngelakuin ini demi kebaikan kita”

Wanita cantik dengan dress off shoulder hitam itu menatap sendu pada punggung suaminya.

Bellanca Clarabell, artis tersohor yang sudah merajai berbagai film dan drama, yang saat ini berdiri rapuh di tengah penthouse besar nan mewah di Moon City.

Bellanca tak menyerah, ia mendekati suaminya yang saat ini berdiri di depan dinding kaca menatap penuh pada gedung tinggi yang menjulang ke langit.

“Darl…” Bellanca berucap pelan meminta perhatian.

“Jangan mendekat!” nada datar dingin yang pertama kali di dengar Bellanca menghentikan gerakan wanita itu.

Ia tertegun tak percaya, suami yang sudah dinikahinya selama 6 tahun itu bersikap dingin padanya. Bahkan perkataan itu sudah seperti perintah yang selalu dia berikan pada bawahannya.

Menyadari itu dada Bellanca menciut nyeri, “Caraka, plis liat aku” ucapnya gugup dan takut sekaligus. Ia tak ingin memulai hari ini dengan perasaan buruk bertengkar dengan suaminya yang teramat dia sayang itu.

Caraka Daniswira, pria berusia 29 tahun yang akan genap berusia kepala 3 tahun depan, masih diam tak merespon. Di balut jas hitam dengan kemeja yang berwarna sama. Aura pria itu menggelap bersamaan dengan urat menonjol di rahangnya.

Pria tinggi dengan bahu lebar dan rambut hitam yang tertata rapi itu mati-matian menahan emosi, seperti jika di sentuh sedikit saja, ia pasti akan meledak detik itu juga. Ia terpaksa mengeluarkan nada peringatan pada istrinya, agar tak berujung menyakiti lebih dalam.

Menghela napas seakan mengontrol emosi, “Kenapa kamu meminta hal itu Bellanca?”

Panggilan itu membuat nyali Bellanca menciut seketika. Tak ada lagi panggilan sayang, Darl yang biasa ia sebutkan. Ini menunjukkan seberapa emosinya pria itu saat ini.

Bellanca menelan susah payah kegugupannya, “Bagian mana yang harus aku jelasin lagi Caraka? Bagian aku yang nggak bisa ngasih anak buat kamu, ngelahirin pewaris buat kamu, buat orang tua kamu dan buat Daniswira Group. Sakit Ka setiap kali aku ucapin itu.”

Mendengar nada pilu yang sudah bercampur air mata itu, Caraka terpaksa berbalik menatap istrinya yang sudah meluruh ke lantai, dengan tangan memegang dada, kepalanya tertunduk yang sudah bisa Caraka tebak sedang menangis

.

Tak tega, pria dengan pupil hitam gelap itu langsung melangkah dengan tatapan tak pindah dari tubuh istrinya, berjongkok memegang kedua bahu Bellanca memaksa wanita itu mendongak menatap kedua matanya.

Mata hitam itu tampak goyah dengan kalimat menyakitkan, “Lalu kamu kira aku nggak sakit, saat mendenger istri aku sendiri minta aku tidur sama wanita lain?” desisnya syarat emosi dan perasan tercekat lain.

Pembuluh darahnya seperti akan meledak, ketika mendengar istrinya ini memintanya untuk menghamili wanita lain.

Bellanca bergetar menatap mata hitam yang tak lagi hangat seperti biasa, air mata kembali tumpah mengisaratkan sedih, “Maaf, aku tidak becus jadi istri, aku istri yang tidak bisa kasih keturunan untuk kamu…maaf Ka”

Tak ada lagi kalimat yang keluar setelahnya, karena Caraka sudah membawa tubuh ramping yang lemah itu ke dalam dadanya. Mendekap erat, tak kuasa melihat air mata istrinya. Caraka menenggelamkan kepalanya pada leher sang istri, menghirup dalam aroma istrinya untuk melebur emosinya saat ini.

“Don’t say that Darl. Kamu tidak salah apa-apa, kita tidak harus mengalami ini.” Membenamkan lebih dalam kepalanya pada ceruk leher istrinya, “Kita tidak butuh anak Darl. Aku tidak peduli ada anak atau tidak, yang penting aku punya kamu. Cuma kita berdua, aku sudah bahagia”

Bellanca langsung melepas paksa pelukan itu, ia menatap kaget pada Caraka yang tampak lelah dan sayu, “Apa maksud kamu?”

Menenangkan istrinya, tangan Caraka terulur ke pipi wanita itu, membungkusnya dan senyum manis muncul menghias wajahnya, “Aku tidak akan tidur dengan wanita itu, kita tidak butuh anak. Kita cukup terus berdua sampai kita tua nanti…”

“Caraka!” pekik Bellanca menghentikan kalimat selanjutnya.

“Kamu gila? Orang tua kamu butuh cucu, untuk menjadi pewaris Daniswira Group. Kita tidak akan bisa bersama sampai tua, kalau kita tidak punya anak. Orang tua kamu bakal nyuruh kita bercerai, kalau mereka tau aku mandul Caraka!” Bellanca memekik histeris.

Ia tau suaminya ini merupakan anak tunggal dari Javas Daniswira, presdir dari Daniswira Group. Sebagai anak tunggal Caraka sudah pasti akan menjadi pewaris sekaligus presdir berikutnya, dan jika sebagai menantu ia tak bisa memberikan anak. Bellanca pasti akan langsung di usir dari nama Daniswira.

Bellanca meremat rambutnya, ia tak bisa membiarkan itu terjadi. Ia tidak ingin berpisah dari suaminya ini.

“Kamu mau kita cerai hah? Kamu mau orang tua kamu misahin kita?” tanya nyalang Bellanca yang sudah makin terisak menjauh dari Caraka.

Sedangkan Caraka langsung menggeleng, ia tak bermaksud demikian. Bahkan dalam hidupnya tak pernah sekali pun ia terpikir untuk bercerai dari istrinya ini. Dalam 6 tahun pernikahan mereka tanpa anak pun, Caraka tak pernah mempermasalahkan itu. Ia hanya butuh istrinya saja.

Tangan Caraka kembali terulur ingin menggapai Bellanca, yang langsung di tepis wanita itu, “Bell, aku tidak pernah berpikir sedikitpun untuk bercerai dari kamu!” tekannya serius.

Mendengar itu Bellanca langsung menggapai tangan Caraka, mereka saling bersimpuh di lantai marmer penthouse itu, “Kalau begitu kamu mau kan tidur sama wanita itu? Kita harus punya anak Ka, dengan begitu keluarga kita akan lengkap. Kita punya pewaris, dan yang terpenting kita tidak akan pisah Ka”

Tapi Caraka tampaknya masih teguh dengan pendiriannya, ia bukan pria yang akan tidur sana sini. Apalagi sampai harus menghamili wanita selain istrinya. Itu bukan dirinya, “Bell, kita bisa punya anak, kita bisa adopsi…”

“Tidak Ka, anak itu harus darah daging kamu. Papa kamu tidak akan terima kalau bukan darah daging kamu untuk pewaris Ka” tolak mentah-mentah Bellanca.

Bellanca langsung mendekat pada suaminya, menyelimuti pipi Caraka dengan kedua telapak tangannya, “Caraka, pliss demi aku. Kamu sayang sama aku kan? kamu cinta sama aku kan Ka? Hamilin wanita itu dan setelahnya kita bisa besarin anak itu sebagai anak kita sendiri.”

Caraka ingin sekali membantah, tapi bibirnya kelu tak bisa bicara saat melihat wajah penuh air mata wanita yang di cintainya, belum lagi mata cokelat yang menyipit memohon padanya.

Ia selalu lemah dengan wanita di depannya ini.

“Lalu bagaimana dengan kamu? Apa kamu tidak sakit hati minta aku tidur dengan wanita lain? apa kamu tidak terluka harus besarin anak aku dengan wanita lain Bell?” ucapnya sendu dengan mata menyipit, sungguh hatinya berdenyut saat menanyakan ini.

Bellanca langsung tertegun mendengar itu, ia tak mengira pertanyaan itu akan keluar dari Caraka.

Apa ia tak terluka?

Bodoh, tentu saja ia terluka, tapi ia bisa apa?

Bellanca kembali tersadar, dan berubah menampilkan senyum manis yang selalu ia berikan pada suaminya ini, “Aku sakit, aku terluka Ka…tapi ini demi kita, demi keluarga kecil kita. Aku tidak mau pisah dari kamu Caraka.”

Dan detik itu juga satu tetes air mata turun dari mata hitam yang selalu tegas dan kuat itu. Caraka langsung merengkuh Bellanca, memeluknya erat mengirimkan sinyal beribu maaf.

Seharusnya ia tak marah pada istrinya itu, karena Bellanca yang paling terluka di sini. Seberapa baik hati istrinya sampai harus rela membiarkan suaminya tidur dengan wanita lain?

Caraka bahkan tak sanggup untuk bisa mengetahui itu.

“Akan aku lakukan apa pun yang kamu mau Bell” ucap lirih Caraka yang artinya menyetujui ide Bellanca. Bellanca langsung tersenyum bahagia, ia teramat senang akhirnya Caraka mengalah padanya.

Dan setelah ini ia bisa tenang karena semua harta Daniswira akan jatuh ke padanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Rahim 1 Miliar    Ch 39 : Keromantisan Pagi Hari

    Sarapan pagi itu selesai dengan damai dan lancar, Ashana tak hentinya tersenyum lembut merasakan betapa indahnya pagi ini. Ia jadi merasa hari ini akan menjadi lebih baik lagi nantinya. Ashana berjalan kembali ke dapur dengan membawa piring kotor tadi ke wastafel. Ia tak bisa mengharapkan Dina untuk membersihkan meja makan. Lagi pula perempuan itu juga tak terlihat sedari tadi, mungkin ia masih bersembunyi karena menyadari Caraka masih di sini. Menyalakan kran wastafel, Ashana berniat mencuci piring sebelum ia berangkat ke kantor. Ia tak terbiasa meninggalkan piring kotor di rumah, semacam sudah kebiasaan untuk memastikan semuanya bersih sebelum ia pergi. Meninggalkan Caraka di meja makan, Ashana yakin pria itu pasti sudah pergi mengingat tadi Bellanca mengirimkan pesan. Walaupun Ashana tak sampai membaca pesan apa itu, tapi Ashana yakin Caraka akan menemui istri tercintanya itu. Lagi-lagi ketika mengingat kata istri, Ashana melirik ke jari manis tangannya yang tertutup oleh busa s

  • Rahim 1 Miliar    Ch 38 : Sarapan bersama

    Suasana hangat itu langsung berubah canggung, Caraka tak bergerak setelah membaca pesan tersebut. Mata dan pikirannya terpaku pada beberapa kata itu. Terutama kata kangen yang di kirim Bellanca.Ashana yang membawa infused water di tangannya datang mendekat, dan tanpa sengaja melihat ke arah yang sama. Matanya bergetar mendapati nama my wife di layar hp Caraka. Tanpa bertanya siapa, Ashana sudah tau jawabannya.Dengan pelan ia meletakkan gelas itu, denting gelas dan meja beradu menarik kesadaran Caraka. Terkesiap, tangannya spontan menelungkup kan layar hp nya ke meja, seolah sedang tertangkap basah langsung menatap Ashana dengan kaget."Minumannya" ucap Ashana singkat yang mengambil duduk di kursi sana."Ah, makasih" balas Caraka tak kalah singkat. Canggung mendera mereka, Caraka yang seolah ingin mengatakan sesuatu menjadi ragu-ragu. Mulut pria itu terbuka lalu tertutup lagi seolah tak tau harus bicara apa. Di tengah hening itu, Ashana mengambil garpu nya, tanpa melihat Caraka ia

  • Rahim 1 Miliar    Ch 37 : Perasaan hangat

    Mentari mulai muncul perlahan, mengintip di ujung timur dengan semburat jingga cerah. Denting jam berdetak seirama mengisi ruangan, gorden yang terbuka mengizinkan semilir angin masuk.Ashana mengerjap perlahan, berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang mulai terang. Bau wangi softener di selimut membangunkan semua inderanya. Ia mulai mengingat semua yang terjadi, ia mati kelelahan kemarin di dalam mobil Caraka. Semua badannya terasa pegal, bahkan ia sedikit meringis karena sakit. Sepertinya hukuman yang di janjikan Caraka benar-benar bukan omong kosong belaka. Caraka, pria dengan ucapannya, akan lebih baik untuk tidak memancing amarah pria ini lagi. Ashana bergerak perlahan, ia masih sadar untuk pergi bekerja, tak mungkin ia absen begitu saja. Baru saja bergerak perlahan, lenguhan dari arah belakangnya segera membuat Ashana berbalik.Caraka tertidur dengan wajah yang di benamkan di bantal. Lengan pria itu memeluknya di pinggang. "Dia tidur disini?" lirih Ashana. Ia tak ingat bagaima

  • Rahim 1 Miliar    Ch 36 : Bercinta atau keluar

    Ashana yang berlari keluar berhenti ketika sampai di loby mall. Ia bingung, ia datang bersama Caraka, tidak masalah kan jika ia pulang sendiri?Menoleh ke belakang, Ashana menghela napas. Lagi pula sepertinya pria itu juga tak terlalu peduli padanya, buktinya Caraka sama sekali tidak mengejarnya. Meyakinkan diri, akhirnya Ashana berjalan keluar mencari taxi. Jalan raya malam ini terasa ramai, mungkin sebab itu lah ia tak juga menemukan taxi yang dicarinya sejak tadi. Apa sebaiknya ia memesan ojol saja?Saat pikiran itu datang, ia segera mengambil hp dari dalam tasnya, membuka aplikasi hijau.Akan lebih baik, jika ia segera menghilang dari sini sebelum bertemu Caraka lagi. Ashana bingung jika harus menjawab pertanyaan kenapa ia tiba-tiba keluar seperti tadi. Itu hanya gerakan impulsif semata karena perasaannya yang sedikit tertekan. Ia merasa tak bisa terlalu lama berduaan dengan pria itu.Sibuk menunduk menatap layar yang menampilkan driver sedang di cari, suara klakson dari arah de

  • Rahim 1 Miliar    Ch 35 : Jari manis kosong

    Lagi-lagi untuk hari ini Caraka menyerangnya. Menciumi semua isi mulutnya, menjilatinya dengan tangan yang sudah meraba kemana-mana.Kulit nya yang terbuka akibat dress pendek itu sangat di manfaatkan oleh Caraka, tangannya bergerak liar dari punggung, pinggang hingga ke paha Ashana.Ashana memejamkan mata merasakan itu, mendesah pelan dengan menggigit bibir bawahnya agar tak terlalu berisik. Ia harus ingat bahwa ini tempat umum, bukan tempat seharusnya bagi mereka melakukan hal seperti ini. Mau bagaimana pun pikiran nya, tubuhnya sama sekali tak mendengarkan. Ia justru kembali terhanyut dalam perasaan menggelitik ini. Tubuhnya sama sekali tak ingin menghindar, malah semakin merapat ke arah Caraka."Hah" saat desah itu makin terdengar kuat dari Caraka, pria itu segera menarik diri. Menyatukan dahi mereka dengan napas saling beradu.Caraka membelai pipi Ashana yang terasa panas di ujung jarinya, "Kamu pasti lelah, maaf aku akan menahan diri" tulusnya.Ashana langsung mengangkat panda

  • Rahim 1 Miliar    Ch 34 : Dress menggoda

    Mall yang mereka tuju itu ramai dengan manusia. Suara langkah kaki hingga suara tawa memenuhi tempat itu.Ashana menatap sekitar, ini kedua kalinya ia masuk ke dalam mall besar ini, tempat yang pas untuk menghamburkan uang.Menoleh ke sampingnya, Caraka terlihat dalam suasana yang sangat baik. Ashana bahkan bisa melihat wajah dingin yang biasanya kaku itu mengendur rileks. Bahkan sudut bibirnya sedikit terangkat tanpa beban. 'Jika tidak berwajah datar seperti biasanya, Caraka terlihat jauh lebih tampan' pujinya dalam hati. Ia dengan nyaman mengamati wajah tampan itu.Merasakan tatapan dari sebelahnya, Caraka menoleh hingga Ashana terpergok menatapnya sejak tadi. Ashana langsung kikuk, tidak sopan menatap orang lain secara terang-terangan begitu.Ia merutuki dirinya sendiri. "Apa yang sedang kau lihat?" tanya Caraka yang sama sekali tak merasa risih. Justru pria itu bertanya ramah.Ashana semakin bersalah, "Ah, tidak. Aku hanya tidak terbiasa saja datang kesini" ucapnya pelan. Caraka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status