Home / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 6 - (Menikah)

Share

Bab 6 - (Menikah)

Author: Nkpurna
last update Last Updated: 2025-05-02 14:20:43

"Apa?" Arini membulatkan matanya, ia begitu kaget dengan permintaan Laura yang menurutnya keterlaluan. 

  "Mbak Arini tenang saja, permintaan saya hanya sebagai status semata. Saya tidak ingin terlalu jauh berbuat dosa, saya tidak ingin nantinya anak itu dikatakan anak haram." Laura memberanikan diri untuk mengutarakan keinginannya, dengan tenang ia sampaikan hingga Reno dan Arini mau menurutinya.

  "Sayang, kamu lihat sendiri, kan? Wanita ini dikasih hati minta jantung. Kamu sudah bayar mahal malah minta dinikahi. Apa menurutmu dia tidak serakah?" Ketus Arini dengan napas yang membara karena menahan emosi. 

  "Sebenarnya pernah terlintas juga dalam benakku mengenai kontrak ini yang memang tergolong sensitif, aku bahkan sudah mengira kamu dan ayah kamu pasti meminta itu. Aku juga tidak ingin hal ini dikatakan zina, aku takut anakku nanti dikira anak haram, walaupun nanti semua orang akan mengira anak itu adalah anak dari Arini." Reno mengatakan dengan tatapan datar, walaupun sebenarnya ia ingin menjaga perasaan dua wanita yang berada dihadapannya. 

  "Kamu malah membela wanita ini, Mas? Jelas-jelas dia wanita yang serakah. Aku gak mau berbagi suami dengan siapapun. Apa kamu bisa mengerti perasaanku?" Arini tak terima karena tak ada pembelaan dari Reno. 

  "Sayang, aku mohon sekarang kamu yang mengerti. Demi keluarga kecil kita. Biarkan rencana kita ini berjalan lancar dan tak menumbuhkan masalah baru di kemudian hari." ucap Reno berusaha untuk membujuk Arini. 

  Laura menyaksikan pertengkaran suami istri karenanya. Dia merasa seperti perusak rumah tangga orang. Karena semakin merasa tak enak, ia memilih untuk pamit pergi. 

  "Aku rasa kalian butuh bicara, kabari aku setelah kalian sudah mengambil keputusan." 

  Reno menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis, sejujurnya ia merasa tak enak karena pertengkarannya disaksikan orang lain.Sedangkan Arini tak menghiraukannya, ia tetap keukeuh membela diri karena menurutnya permintaan Laura bukan hal sepele. 

  **

 Setelah beberapa pertimbangan, akhirnya Reno dan Arini menyetujui permintaan Laura. Beberapa hari kemudian, Reno telah mengadakan pertemuan dengan Johan.Reno meminta izin pada Johan untuk menikahi Laura dengan dasar kesepakatan. Akhirnya Johan menyetujui dan mereka langsung mengadakan pernikahan hari itu juga. 

  Di sebuah villa mewah milik keluarga Sanjaya, Laura Adelia sedang merasakan hari yang seperti mimpi buruk karena ia akan dinikahi pria yang telah beristri. Tak hentinya Laura meneteskan air mata saat dirinya telah dirias dengan polesan make up natural. Dengan memakai kebaya putih sederhana, tak ada pesta atau acara apapun selain akad nikah secara agama.

  Sebuah acara pernikahan impiannya telah hilang bersama harapannya. Kini Laura akan membuka lembaran baru bersama masalah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. 

  "Kamu sudah siap, nak?" Tanya Johan dengan ketegaran yang menutupi kesedihannya. 

  Johan sebagai ayah tentu sangat sedih, berat sekali melepas putri satu-satunya dengan cara yang seperti ini.

  "Aku siap, Ayah." Laura melengkungkan bibirnya, menampakkan senyuman yang sebenarnya menutupi luka, tak terasa air mata mengalir kembali di sudut mata. 

 Dengan lembut, Johan mengusap air mata itu lalu memeluknya. 

 "Maafkan Ayah. Semoga setelah ini kamu menemukan kebahagiaanmu." Tangis Johan ikut pecah. Laura tersenyum dengan air mata masih mengalir, “Ini bukan salah Ayah, berhentilah meminta maaf padaku.” 

 Tak lama datang seorang wanita paruh baya menghampiri Laura dan Ayahnya. Ia tersenyum, menyapa Laura dengan hangat. 

 "Sudah selesai diriasnya? " tanyanya dengan mengusap pelan pundak Laura, "Mama berterima kasih banyak sama kamu Laura. Kamu sudah berkenan menolong kami." ucap Tari, mama Reno, dengan ramah. 

"Tan-Tante." Laura berkata dengan sedikit terbata. Ia masih mengingat betul mamanya Reno karena dulu pernah bertemu saat masih SMA, walaupun tepat hari ini baru bertemu kembali.  Namun kali ini, Laura menjawab sapaan dengan perasaan takut. Ia takut sekali jika orang tua Reno marah karena permintaannya untuk dinikahi Reno. 

"Kamu panggil saja mama, sebentar lagi aku akan menjadi mertuamu." Dengan santai Tari merangkul Laura yang masih dilanda bingung. 

"Kamu terlihat cantik, ayo kita ke depan sekarang, penghulu sudah menunggu." Puji Tari pada Laura yang masih diam menunduk. 

Laura diboyong menuju ruang tamu di villa tersebut, dimana akan dilaksanakannya acara akad nikah. Sesampainya di sana, ia melihat  Reno telah menunggu, sedangkan di belakangnya ada Arini yang memandang Laura dengan tatapan sinis. 

Acara berlangsung singkat dan tertutup, disaksikan oleh orang inti saja, hanya Arini, Tari,  ayah Laura, dan beberapa orang yang menjadi syarat saksi nikah. 

"Saya terima nikahnya Laura Adelia bin Johan Subrata dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ijab kabul yang dilontarkan Reno dengan lancar seketika membuat air mata Laura luruh kembali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Sewaan   Bab 59 - (Ancaman Arini)

    Laura memegangi perutnya yang terasa penuh. Ia menggelengkan kepalanya dengan badan yang di tegakkan. "Bi, aku sudah nggak sanggup. Ini sudah melebihi dari cara makanku yang biasanya. Aku menyerah. " Laura mengangkat tangannya sambil menatap makanan yang masih tersisa banyak di piring. Keysa dan Bi Ijah menatapnya dengan mengulum senyum. "Oke, Non, nggak apa-apa. Itu sudah cukup. " Ujar Bi Ijah sambil mengambil piring tersebut. "Hebat loh. Kakak bisa makan banyak. Tapi lebih hebat Bi Ijah. Tuh lihat, dari sekian banyak, nggak ada yang tersisa. " Ujar Keysa menggoda. Bi Ijah hanya terkekeh pelan sambil segera membereskan piring-piring tersebut dan segera mencucinya. Laura ikut tertawa melihat tingkah Bi Ijah. "Memang kalau lomba makan sama Bi Ijah, aku nggak sanggup jadi tandingannya. " Laura menggelengkan kepalanya. Keysa terkekeh, lalu ia membawa beberapa cemilan yang sudah ia ambil dari kulkas. "Aku ke kamar duluan, ya. Mau scroll informasi soal tadi, sekalian no

  • Rahim Sewaan   Bab 58 - ( Porsi kuli )

    "Ehem, ada yang sedang berbunga-bunga." Ujar Bi Ijah menggoda. Alisnya dinaik turunkan dengan mengulum senyum seperti ikut berbahagia. Laura tersentak, senyum yang merekah berubah menjadi sikap gugup, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam sakunya kembali. "Apaan sih, Bi." Wajah Laura merona menahan malu. Menyadari Laura menjadi salah tingkah, bi Ijah segera mengambil tumpukkan piring kotor di hadapan Laura. "Non, itu piring kotornya biar bibi yang angkat. Non nggak boleh bawa barang berat." "Aku bukan membawa beras sekarung, Bi. Ini nggak berat kok. " "Nggak boleh, Non. Nanti Bibi yang kena marah Nyonya besar kalau tahu Non kerja berat." Kilah Bi Ijah tak mau dibantah. "Oke deh, aku cari aman saja. Biar sisa lauk ini saja yang aku angkat ke dapur." Ujar Laura pasrah. Bi Ijah meresponnya dengan menunjukkan jari jempolnya. Setelah sisa lauk disimpan di atas meja dapur, Laura segera mengambil gelas bersih. "Non, jangan dulu minum susu ya." Ujar Bi Ijah mence

  • Rahim Sewaan   Bab 57 - ( Makan Malam Bersama )

    "Malam semuanya, maaf membuat kalian menunggu lama. Padahal, aku tidak keberatan sama sekali jika kalian sudah lebih dulu makan. " Ujar Reno merasa tidak enak, lalu ia ikut duduk di samping Arini. "Nggak apa-apa, Mas, kita juga baru saja duduk." Jawab Arini dengan tersenyum. "Baiklah, karena Reno sudah datang, kita mulai saja makan malamnya. Tapi, Laura, Bi Ijah kemarilah!" Seru Nek Harni pada maid-maidnya yang sedang berdiri dibelakangnya. "Iya, Nek. Apa masih ada hidangan yang kurang?" Tanya Bi Ijah dengan menunduk. Nek Harni menggelengkan kepalanya setelah menatap satu per satu hidangan yang tersedia disana. Semua terdiri dari menu spesial request dari Nek Harni. Malah Nek Harni sendiri turut serta memasak di dapur sejak sore. "Kalian ikut makan, karena ini malam terakhir Oma disini. Oma mau semua yang berada disini ikut merasakan kehangatan makan malam bersama." Laura dan Bi Ijah saling memandang, lalu perlahan bi Ijah kembali memundukkan kepalanya. "Maaf, Nek, ki

  • Rahim Sewaan   Bab 56 - ( Kekesalan Keysa )

    Nek Harni mengerutkan kening saat melihat kedatangan Keysa dengan wajah kusutnya. "Keysa, katanya ini hari pertama kamu masuk kerja? Jam segini sudah pulang, apa memang jadwal orang magang memang sebentar?" Tanya Nek Harni sambil melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 11.00 siang. Keysa tak menggubris pertanyaan Nek Harni. Ia melempar tas punggung tak tentu arah, lalu menghampiri Nek Harni yang masih terdiam di sofa ruang keluarga. "Oma, ternyata dunia kerja itu kejam ya." Keysa memeluk tubuh ringkih Nek Harni yang masih terduduk di sofa. Lalu ia membaringkan tubuhnya di sofa tersebut, dengan kepala diatas pangkuan Nek Harni. Dengan refleks, tangan Nek Harni mengusap pelan rambut Keysa. "Keysa, dunia itu sifatnya fana. Baik dunia nyata, dunia kerja atau dunia maya sekalipun, semuanya memang terasa kejam jika kita menghadapinya dengan cara berfikir yang salah." Ujar Nek Harni dengan lembut. Keysa mendengarkan dengan mata yang tertutup. Berusaha menecrna setiap

  • Rahim Sewaan   Bab 55 - ( Ancaman untuk Keysa)

    Setelah memasuki ruangan, Keysa menutup pintu dengan buru-buru. Lalu ia duduk di kursi yang bersebrangan dengan Reno. Ia menghembuskan napas lega saat akhirnya ia bisa masuk dan menemui Reno. "Sejak kapan sih, perusahaan ini punya aturan seketat itu, hingga orang yang mau menemui kakak harus ada janji temu dulu." Ketus Keysa sambil melipat tangannya di dada. "Bertemu dengan CEO tentu tidak bisa sembarangan, Keysa. Kamu saja yang tidak tahu Sewaktu Papa menjabat juga aturannya tetap sama, dan itu sepertinya berlaku untuk semua peruhaaan. Terkecuali, orang yang akan bertemu tersebut adalah anggota keluarga yang dikenali.' Ujar Reno dengan datar, sambil matanya fokus kembali pada laptopnya. "Hem, semacam mau bertemu Presiden saja. " Seru Keysa sambil mengerucutkan bibirnya. Reno mengedikkan bahunya tak acuh. Tak menggubris lagi pernyataan Keysa yang menurutnya tak membutuhkan lagi jawaban, karena tadi sudah ia jelaskan dengan rinci. "Ada yang ingin kamu sampaikan? Menga

  • Rahim Sewaan   Bab 54- ( Insting Yang Tepat)

    Hari ini Reno sangat sibuk dengan urusan pekerjaannya. Beberapa panggilan telepon dari Keysa tak terjawab olehnya karena Reno sengaja mengaktifkan mode senyap pada ponselnya agar tak ada yang mengganggu. Ketukan pintu ruangan membuyarkan fokusnya yang masih terpaku pada laptop kerjanya. "Masuk." Ujar Reno sedikit berteriak. Soni, asisten barunya, menyembulkan kepalanya di balik pintu. Belum lama ini Reno mengangkatnya menjadi asisten pribadinya. Kondisi sekretarisnya, Dina, yang sedang mengandung membuat Reno membatasi pekerjaan Dina. "Reno, apa aku mengganggumu?" Tanya Soni sambil melangkah mendekati meja Reno saat dirinya telah masuk dan menutup kembali pintu ruangan. Soni terbiasa bersikap nonformal jika ia hanya sedang bersama Reno, meskipun itu di dalam kantor. Hal itu murni Reno yang minta, ia tak ingin memiliki kesenjangan bersama sahabatnya walaupun secara profesionalitas mereka adalah seorang atasan dan bawahan. "Hei, apa matamu sedang rabun? Bukankah ini sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status