Home / Romansa / Ranjang pelunas hutang / Pria tua itu suamiku

Share

Ranjang pelunas hutang
Ranjang pelunas hutang
Author: Mom Aish

Pria tua itu suamiku

Author: Mom Aish
last update Huling Na-update: 2024-12-15 23:51:33

"Mau atau tidak, kau harus mau menikah dengan Pak Anjasmoro!" suara monoton itu masih terngiang di telinga Melati.

Melati duduk di ranjangnya. Buliran bening terus mengalir di pelupuk matanya. Dia tidak percaya hidupnya akan hancur secepat ini.

Setelah penikahan kedua Papanya, dia pikir wanita yang selama ini di anggap baik ternyata malah menjadi mimpi buruknya, Tante Mira.

Wanita yang baru saja satu tahun masuk kedalam kehidupannya dan berhasil merusak semua mimpinya.

"Sudah terima saja saran dari Papa, Pak Anjasmoro itu orang kaya. Kamu akan hidup bahagia di sana," ucap Mira mengelus pucuk kepala Melati.

Mulut Melati hanya mengatup rapat mendengar ucapan Wanita dengan muka dua di depannya. Terima, bagaimana bisa dia menerima pria yang akan menjadi suaminya dengan jarak umur cukup jauh? 20 tahun lebih tua.

Pria yang lebih pantas dia panggil Papa, malah akan menjadi suaminya. Bisakah dia menjalani sebuah pernikahan seperti ini?

"Maa, aku pegen sendiri." Melati memalingkan wajahnya. Hatinya terlalu pedih saat melihat Mira.

Mira bangkit dari ranjang dan melangkah keluar. Wanita itu duduk di sofa ruang tamu. Pak Joko, Papa Melati sedang asik membaca koran di temani oleh secangkir kopi hitam yang di hiasi asap tipis.

Wajahnya begitu tenang. Tidak sedikitpun kesedihan saat melihat putrinya hancur. malah semua beban di pundaknya ringan seketika.

Hutang yang menumpuk membuatnya kelabakan satu tahun belakangan ini. Namun orang kaya datang dan merubah semuanya. Hutangnya udah lunas dengan mengorbankan satu putrinya.

"Papa tega banget, Pak Anjasmoro itu lebih pantas jadi Papaku. Bukan suami Kak Melati." perotes Mawar yang baru saja tiba.

Mawar, Adik yang sangat menyayangi Melati. Sangat jauh di banding saudara tiri lainnya. Walaupun Mawar hadir dari rahim Mira, dia tidak pernah setuju dengan sikap Mamanya yang selalu menyiksa Melati.

"Mama juga, pasti Mama kan yang punya ide gila ini!?" Jari telunjuk Mawar mengarah ke Mira yang asik memainkan ponselnya.

Mira menaruh benda pipih di meja dan menatap tajam putri yang amat dia bangakan. Kulitnya yang putih bersih, otak cerdas dan paras cantik menawan. Penampilannya jauh lebih gemerlap dari Melati.

"Kamu taukan bagaimana kondisi keuangan keluarga kita. Kalau nggak karena Pak Anjasmoro kamu nggak akan bisa lanjut kuliah," ucap Mira enteng.

"Melati sudah waktunya menikah. Mana ada pria yang mau menikahinya selain Pak Anjasmoro. Lagian dia juga kaya, masa depan Melati pasti terjamin," timpal Pak Joko.

"Dengan pria umur lima puluh tahun!? Papa sama Mama sudah gila!" Mawar menghentak kakinya dan melangkah menuju kamar Melati.

Mawar membuka pintu dan memeluk Kakaknya yang masih terisak. Dulu mereka saling di banding-bandingkan. Tapi Melai tidak pernah ada rasa iri sedikitpun. Terutama saat Mawar kuliah di universitas terbaik, sedangkn Melati hanya berhenti setelah lulus bangku SMA.

Melati tetap baik hati pada Mawar. bahkan sering kali mereka belajar bersama saat Mawar libur kuliah dan pulang ke rumah.

"Ayo kita kabur Kak, kita harus pergi dari sini," ucap Mawar melepas pelukannya dan mengambil koper dari atas lemari.

Melati hanya diam. Dia masih duduk bersandar di ranjang. Sedangkan Mawar mengeluarkan baju dari lemari dan menaruhnya ke dalam koper.

"Aku nggak rela Kakak nikah sama kakek-kakek itu. Masa depan Kakak masih panjang, bukankah Kakak mau jadi dokter kan? Ingat cita-cita Kakak," ucap Mawar sambil sibuk membereskan baju.

Melati mengerti bagaimana perasaan Mawar saat ini. Dia juga memikirkan hal yang sama saat pertama kali dirinya mendengarkabar perjodohan. Namun apa boleh buat, tidak ada jalan lain selain pernikahan ini.

"Sudah Dek, Kakak ikhlas kok. Kan udah ada kamu yang ngelanjutin cita-cita Kakak," ucap Melati meraih tangan Mawar. Menghentikan aktifitasnya mengemasi barang.

"Sampai kapan Kakak terus seperti ini? Kakak juga berhak bahagia dan menentukan pilihan. Tidak pasrah seperti ini," bentak Mawar.

"Aku masuk fakultas kedokteran cuma gara-gara Kakak, aku bisa masuk jurusan lain kalau nggak mikirin Kakak. Sekarang Kakak mau pengorbananku sia-sia?" lanjut mawar menagkup wajah Melati.

Jauh dari lubuk hati terdalam. Mawar sangat ingin mendalami hobinya dan masuk ruang desain. Tapi dia tdak tega melihat Melati yang selalu mengubur mimpi karena ulah kedua orangtuanya.

Mereka selalu mengutamakan Mawar. padahal Melati lebih kopenten dalam pendidikan. Hal ini membuat Mawar sering tak enak hati.

"Kau bisa keluar dan ganti jurusan. Asal jangan putus sekolah. Kau harus menajadi orang sukses agar keluarga kita tidak selamaya terpuruk seperti ini." Melati melepaskan tangan Mawar di wajahnya.

"Nggak, ngak boleh seperti ini! KIta harus pergi. Aku bisa cari jalan keluarnya. Aku juga nggak masalah harus putus kuliah. Aku bisa daftar lagi setelah tabunganku cukup. Ayo Kak, kita harus kabur!"

"Melati siap-siap ya, supir Tuan Anjasmoro akan datang untuk menjemputmu," ucap Mira yang berdiri di depan pintu.

"Apa!?" Mawar membeku saat medengar ucapan Mamanya. Air mata gadis itu mengalir semakin deras.

Melati hanya mengangguk pelan. Dia memasukkan beberapa pakaian di koper dan menutup koper tersebut. wanita itu tersenyum teduh menatap Mawar yang masih membatu.

"Kakak berangkat dulu, jaga dirimu dan jangan manja-manjaan lagi, oke." Melati memeluk Mawar sesaat.

Mawar berdiri di ambang pintu dan membentangkan tangannya. Dia masih tidak rela melihat Kakaknya menghancurkan masa depannya sendiri.

Mira menarik tangan Mawar. Mencoba menghentikan tingkah perotes putrinya. Dia tidak mengira setelah apa yang dia berikan, Mawar malah lebih membela Melati.

Suara Klakson mobil terdengar. Mobil yang menjemput Melati sudah datang. Mawar semakin mempererat cengkramannya di daun pintu. Dia menutup pintu dan menguncinya.

Mira mengetuk keras pintu dan sesekali mendobraknya. Wanita itu memanggil sang suami, meminta tolong agar segera membuka pintu.

Uang sudah di depan mata. Dia tidak mau ulah Mawar menghancurkan semua rencana yang sudah di atur rapi.

"Lewat jendela, ayo Kak aku bantu. Kakak harus pergi sekarang." Mawar menarik tangan Melat mendekati jendela.

"Tidak perlu Dek. Kakak akan bahagia di sana. Bukankah kau juga bilang, kita harus punya suami kaya raya. Kalau nggak cocok tinggal diracun sianida bukan?" Terukir tawa yang dihiasi air mata.

"Di saat seperti ini Kakak masih bisa bercanda?"

"Semua yang terlihat buruk, tidak selamanya buruk Sayang. Kakak yakin akan mendapatkan kebahaiaan disana. Bukankah semuanya tergantung apa yang kita pikirkan? Kau harus menghargai keputusan terakhir Kakak." Melati memeluk adiknya sesaat dan mula menarik koper keluar kamar.

Melati menghapus air mata dan merapikan penampilannya. Di ruang tamu sudah ada dua orang yang menantikanya.

Matanya membulat, seketka hatinya hancur ketika melihat dua orang tersebut.

"Apakah dia benar calon suamiku?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ranjang pelunas hutang   Kecelakaan

    Mawar merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya masih menatap kosong ke arah langit-langit kamar. Kejadian yang baru saja terjadi menyita semua tenaga dan perasaannya.Bisa-bisanya sang Kakak tinggal dengan orang mesum seperti atasannya itu. Dia tidak bisa membayangkan jadi sang Kakak, akan jadi apa nanti?Sudah satu bulan Mawar menjadi asisten pribadi Agung. Tapi tidak sedikitpun dia mendengar kabar tentang sang Kakak. Dia juga mencari info tentang pernikahan kedua Pak Anjas, namun hasilnya tetap nihil."Mbak Melati, kamu dimana sih? Aku capek banget!" Buliran air mata kembali membasahi pipi putih bersih Mawar."Aku nggak boleh menyerah, aku harus bertemu Mbak Melati dan membawanya kabur." mawar bangkit dan mengusap lembut wajahnya yang mulai berantakan....Udara pagi begitu segar dan memanjakan mata. Langit berwarna jingga, udara begitu sejuk walau sedikit dingin. Sri memakai jaket tebal dan duduk di balkon menatap jauh lautan yang begitu tanang.Dia mengeluarkan sebuah kertas d

  • Ranjang pelunas hutang   Rencana busuk Dimas

    "Apa yang kau lakukan!?" Anjas segera mendorong tubuh Dimas hingga terjatuh ke lantai. Sementara itu salah satu karyawan wanita yang terbaring di lantai segera bangkit dan merapikan pakaiannya. Rambutnya berantakan dengan beberapa bagian baju yang sobek.Dari arah belakang terdengar suara seseorang sedang berlari mendekat. Dina, sang adik yang datang dengan napas tersengal."Mas Dimas nggak papa?" tanya Dina dengan wajah khawatir."Nggak papa!? Lihat apa yang dia perbuat!" Amarah Anjas meletup sudah.Bisa-bisanya di kantornya ada tindak asusila dan pelakunya adalah putranya sendiri. Mau di taruk dimana muka Anjas jika sampai berita ini menyebar luas?"Ini jebakan! Dia yang mau menjebak Mas Dimas Pak!" ucap Dina dengan suara terisak.Dimas segera bangkit, ujung jarinya membersihkan cairan merah di ujung bibirnya. Rasa perih ini tidak sebanding rasa malunya."Wanita ini suka sama Mas Dimas, Pak! Aku yakin ini jeb

  • Ranjang pelunas hutang   Sebuah rasa

    Di sebuah gazebo di pinggir pantai, Melati dan Bagus duduk melihat deburan ombak yang begitu tenang. Keduanya menatap jauh ke arah lautan, berperang dengan pemikiran masing-masing."Apakah tidak ada cara untuk menyembuhkan penyakit Bu Sri? Keluar negeri contohnya," ucap Melati memecah keheningan. "Sudah, tapi ibu nggak mau." Bagus masih melihat ombak tepi pantai."Alasannya?" Melati menatap Bagus."Ibu nggak mau buang-buang waktu, toh penyakit itu sudah lama dan sangat minim untuk sembuh," jawab Bagus dengan menggeleng kepalanya pelan."Kami sudah beberapa kali meyakinkan Ibu untuk mau berobat. Tapi dia tetap bersikukuh pada pendiriannya, malah yang aku dengar dia sudah menyiapkan ibu tiri untuk kami," ucap Bagus tersenyum kecut.Mendengar itu seketika kerongkongan Melati terasa kering. Dia segera meraih cangkir yang berisi wedang uwuh di sampingnya.Tangannya gemetar dan tidak bisa memegang cangkir dengan benar, sehing

  • Ranjang pelunas hutang   Desiran pasir

    Malam tiba. Bu Asih sudah siap dengan makan malamnya. Anggota keluarga Anjas sudah siap makan malam dan duduk di kursi masing-masing. Di saat seperti ini jantung Melati selalu berdebar, menerka apa yang akan terjadi nanti.Bu Sri sering sekali memberi kejutan saat acara makan bersama. Entah itu makan malam, ataupun sarapan. Jika di suruh memilih, Melati ingin di kamar saja."Jangan canggung, kamu kan sudah ikut kita lama." Bu Sri melempar senyum teduh ke Melati agar wanita itu tidak canggung"Maaf Bu, tempatnya masih asing." Melati tersenyum kikuk."Nanti kita jalan-jalan. Kamu pasti suka sama tempat ini," ucap Bu Sri penuh semangat."Bagus, ajak Melati jalan-jalan!" sahut Pak Anjas dengan suara datar."Inggih pak," jawab bagus penuh semangat.Tau apa yang di rencanakan sang istri, Anjas memutuskan untuk melangkah lebih awal. DIa tidak mau Sri memegang kendali lagi dengan hubungan tak wajar ini.Sri menoleh ke a

  • Ranjang pelunas hutang   sepotong Brownis

    Bu Asih, istri Pak Tarno mengantar Melati menuju kamarnya. Bangunan ini adalah bangunan kuno seperti peninggalan Belanda. Tembok putih bersih terawat, beberapa lukisan Noni Belanda, dan beberapa furniture antik. Langkah Bu Asih berhenti di depan sebuah kamar. "Ini kamar Non, kalau butuh apa-apa bisa panggil saya lewat bel yang berada di dekat ranjang," ucap Bu Asih penuh hormat."Saya pembantunya Bu Sri, jangan panggil Saya Non Bu. Panggil Melati saja," ucap Melati sungkan."Mboten nopo-nopo Non. Jangan takut tinggal disini ya Non, nuansanya memang sedikit seram, tapi saya jamin rumah ini bersih kok." Bu Asih tersenyum teduh."Mboten kok Bu, rumah ini nyaman. Saya nggak takut," jawab Melati sedikit ragu.Melati melangkah memasuki kamar. Melihat dekorasi kamar, sepertinya Bu Sri memang suka dengan Style Belanda. Ranjang di kamar ini terdapat kelambu yang menggantung indah dan sprei yang memiliki renda. Semua ini mengingatkannya tentang fi

  • Ranjang pelunas hutang   Persiapan liburan

    Pagi itu Sri sudah siap dengan dua kopernya. Hari ini adalah hari yang paling dia tunggu. Semakin Anjas menolak rencananya, maka semakin kukuh pendiriannya untuk menyiapkan pernikahan kedua suaminya.Suara pintu di ketuk. "Masuk!" ucap Sri dengan suara lembut.Melati masuk, Sri dapat melihat ada keraguan di wajah wanita polos tersebut. Melati masuk dan duduk di samping Sri."Bu, Saya tidak tau apa yang ibu lihat dari saya. Ada banyak sekali pertanyaan di kepala saya mengenai pernikahan ini. Akan tetapi yang jelas, ini tidak di benarkan Bu. Pak Anjas sangat mencintai Bu Sri dan Saya tidak bisa hadir dengan tiba-tiba memecah semuanya. Saya mohon ibu pertimbangkan lagi, saya yakin Bu Sri pasti bisa sembuh," ucap Melati dengan bibir bergetar menahan tangis."Aku punya penilaian sendiri dan penilaianku tidak pernah meleset. Aku tau jarak umur kalian begitu jauh. Tapi aku yakin kalau kalian berdua bisa menerima satu sama lain kelak, aku melihat diriku dalam dirimu." Sri membelai lembut ramb

  • Ranjang pelunas hutang   Permintaan konyol

    Langit mulai senja, Melati dan Andi baru saja menyelesaikan tugas mereka di kampus. Melati senang, akhirnya dia bisa menggapai mimpi yang dulunya tidak mungkin dia raih. "Ini buat kamu," ucap Andi sambil menyodorkan sebuah ponsel. Melati merai ponsel itu. Matanya berkaca saat melihat benda pipih tersebut. Ingatannya kembali pada seorang yang begitu dia rindukan. Dulu dia pernah memberi benda itu untuknya. Namun engan sengaja Ibu tirinya selalu merusaknya. "Mawar ..." bisik Melati. "Kok ngelamun sih? Ayo ambil! Ini dari Pak Anjas," ucap Andi segera menaruh benda pipih itu di tangan Melati. "Ponselnya tidak mewah, tapi cukup untuk komunikasi saat kau berada di luar rumah," lanjut Andi. "Terima kasih, ini saja sudah cukup. Ternyata Pak Anjas sangat detail." "Jangankan ponsel, Pak Anjas juga akan mencarikan jodoh untuk semua anak angkatnya. Yang jelas beliau tidak akan pernah membiarkan mereka memiliki masa depan suram." Andi menjelaskan penuh semangat. Degh ... Mendengar ucapan

  • Ranjang pelunas hutang   Rasa yang sama

    Anjas mempercepat langkah kakinya menuju parkiran mobil. Dengan cepat dia melaju menerobos jalanan ramai perkotaan. Tangannya mencengkram kuat setir, matanya terus menatap spion samping berulang kali. Setiap detik jantungnya seolah di pompa kian cepat. Tak lama kemudian dia sampai di rumah. Mobil sedan hitam terparkir di halaman. Tanpa berpikir panjang pria itu segera berlarian masuk dan menuju kamarnya. Sebelum membuka pintu kamar. Dia mencoba menarik napas panjang. Hatinya terus berdoa agar saat dia membuka pintu dirinya masih melhat senyum teduh yang selalu dia rindukan. Perlahan dia membuka pintu dan mencoba melawan rasa khawatirnya. Matanya berkaca saat melihat pemandangan indah seperti biasanya. "Sayang, kok sudah pulang?" sapa Sri dengan senyuman teduh di wajah pucatnya. Anjas segera berlari berhamburan memeluk sang istri. Pria tampan dengan kacamata menghiasi wajahnya hanya berdiri di samping ranjang Sri dan tersenyum haru. "Bu Sri hanya kecapekan saja, tidak ada yang

  • Ranjang pelunas hutang   Hati yang retak

    Mobil warna merah sudah terparkir di halaman. Bagus sudah siap dengan penampilan barunya. Sebisa mungkin dia menghapus wajah malunya. Kejadian itu membuatnya tidak enak hati pada Melati.Melati melangkah dengan ragu mendekati mobil. Sedetik Bagus terpaku melihat penampilan Melati. Dia terlihat cantik dengan wajah polosnya. Dress selutut dengan hiasan bunga terkesan jadul, namun begitu cocok wanita itu kenakan.Bagus segera turun dari mobil dan membuka pintu untuk Melati. Wanita itu melempar senyum kecil dan segera duduk di kursi depan. Bagus segera duduk di belakang kemudi dan melaju meninggalkan rumah megah tersebut.Suasana di mobil begitu canggung, bibir Bagus terbuka mengatup. Otaknya sibuk menyusun kata permintaan maaf. Sedangkan Melati masih menikmati pemandangan perkotaan yang sangat sibuk saat pagi hari."Kau yakin dengan jurusanmu?" tanya Bagus memecah keheningan.Melati tidak langsung menjawab. Dia melempar pandangan ragu ke Bag

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status