Share

[05] Hari ketika - Bertanya-tanya

Pada akhirnya dia gagal memasak nasi goreng itu sendiri, karena dia tidak tahan melihat bahwa koki baru itu bahkan hampir menjatuhkan piring dan memotong tangannya sendiri ketika ia baru saja masuk ke dalam dapur. Melihat ketakutan yang terpancar di mata koki baru ketika ia mengatakan tujuannya dan segera memiliki tepian mata yang memerah, dia hanya bisa menyerah dan melambaikan tangannya. 

"Baiklah, kau bisa memasaknya untukku." 

Akhirnya ia berlalu dan menikmati makanan dari Koki dan memang layak baginya untuk memuji nasi goreng dengan tampilan yang begitu mewah dan dia sempat merasa enggan untuk memakannya. 

Ini sudah hampir pukul tujuh malam, dia keluar dari kamarnya setelah berkutat begitu lama di dalam kamar mandi yang sangat berbeda dengan sumur yang selalu ia gunakan. Ia hampir saja menyerah dan berpikir tidak perlu untuk mandi. 

Tetapi, dia mengurungkan niatnya. 

Kali ini dia berjalan ke depan meja makan, dan menyapa Paman Li yang telah menunggu dengan berdiri di sudut meja makan. 

"Paman, apakah aku makan malam sendirian?" 

Paman Li membungkuk dan menjelaskan, "Tuan berpesan bahwa dia hanya bisa kembali esok hari dikarenakan kota C sedang ada badai, dan penerbangan tidak dapat dilakukan." 

Houran mengangguk mengerti, "lalu, bagaimana dengan Ā mu?" 

"Asisten nyonya baru saja memberikan kabar bahwa Nyonya tidak akan kembali dalam waktu dekat dan mengingatkan agar Tuan muda makan malam tanpa menunggunya." 

Houran mengangguk lagi, "lalu Jie jie, ia juga belum kembali dari universitas?" 

"Nona kedua biasanya tidak akan kembali jika sudah malam hari, dia akan tinggal di hotel atau salah satu apartemen yang dibeli keluarga di dekat universitasnya." 

Houran hanya dapat mendesah di dalam hatinya, orang kaya dengan uang berlimpah tidak akan merasa keberatan untuk membeli satu gedung apartemen demi kenyamanan putrinya. 

Benar-benar tidak pelit perihal uang. 

Tiba-tiba dia mengingat sesuatu, dan melihat ke arah Paman Li, "Ā mu mengatakan bahwa aku masih memiliki seorang saudara laki-laki?" 

"Oh, Itu Tuan muda tertua, dia masih berada di perguruan tinggi sekaligus menanggani perusahaan bersama dengan Tuan, jadi dia sangat jarang kembali ke rumah kecuali untuk keperluan penting atau acara besar yang memerlukan kehadirannya di rumah, selebihnya Tuan muda tertua memilih untuk tinggal di apartemen miliknya." 

Jadi sepertinya, baik ayah maupun saudara pertamanya termasuk dalam daftar bangsawan penggila kerja. Mereka bahkan tidak pulang ketika tubuh ini mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatan. Mungkin dia harus menunggu untuk melihat mereka secara langsung untuk melihat apakah mereka sulit untuk dihadapi atau tidak. 

Houran tidak bertanya lebih jauh, ia mulai mengambil nasi dan lauk dan makan dalam diam. 

Setelah makan, Houran beranjak ke ruang bersantai dan merebahkan dirinya di atas sandaran sofa dan merenung. Ia lalu melirik Paman Li yang masih mengikuti dan berdiri tidak jauh dari sofa. 

Ia menunjuk ke arah single sofa di sebelahnya, "Paman Li, kau bisa duduk di sini. Jangan hanya berdiri di sana, apa kakimu tidak pegal?" 

"Tetapi, Tuan muda ...." 

"Duduklah, aku ingin membicarakan beberapa hal, atau kau tidak ingin berbicara denganku, Paman?" 

"Baiklah, baiklah." Paman Li bergegas untuk mendudukkan dirinya di sofa, lalu melihat ke arah tuan mudanya yang kembali melamun. "Apa yang ingin Tuan muda ketahui?" 

Houran sebenarnya tengah merenungkan apakah yang harus ia ketahui terlebih dahulu, apakah itu mengenai tubuh yang ditempatinya saat ini, ataukah mengenai keluarganya yang tampak sempurna tetapi entah bagaimana tidak terasa seperti apa yang ada, Houran mempertimbangkan hal itu sejenak. 

Houran melirik Paman Li sebentar, lalu berbicara, "apakah sebelumnya aku juga makan malam sendirian seperti malam ini?" 

Paman Li tidak segera menjawabnya, ada beberapa keraguan yang membuatnya harus mempertimbangkan jawaban dengan hati-hati, "setiap malam ... memang Tuan muda selalu makan sendirian seperti tadi. Hanya ketika terjadi sesuatu yang penting semua orang akan berkumpul." 

Houran mencerna jawaban itu selama beberapa saat. 

"Sesuatu yang penting itu seperti apa, Paman?" 

"Seperti ulang tahun Tuan muda, misalnya. Semua orang akan kembali ke rumah untuk pesta perayaan dan memberikan hadiah pada Tuan muda." Jelas Paman Li dengan hati. 

Houran mengusap dagunya, "anu, Paman ... kapan ulang tahunku?" 

"Itu adalah bulan ke empat pada hari ketiga belas." 

Houran bergumam, "13 April. Angka sial." 

"Tidak! Tidak! Tuan dan Nyonya selalu menekankan bahwa tidak ada angka yang bisa menjadi pembawa sial, apalagi itu adalah tanggal lahir Tuan muda Houran. Tidak mungkin menjadi membawa sial." 

Houran hanya mengangguk dan tidak memperpanjang masalah ini. 

"Lalu bagaimana dengan ulang tahun Jie jie dan Dage?" 

Paman Li berpikir sejenak sebelum menjawabnya, "keduanya telah berhenti merayakan ulang tahun mereka di dalam kediaman. Tuan muda pertama terbiasa merayakan ulang tahun dengan rekan kerja dan klien perusahaan, sedangkan Nona kedua, biasanya akan berkumpul bersama teman di universitasnya." 

Houran mengangguk, "lalu, tanggal lahir mereka?" 

"Ini sungguh ajaib tuan muda," sahut Paman Li dengan antusias, "keduanya sama-sama lahir di bulan ke tujuh, pada hari ke tujuh belas dan hari ke dua puluh." 

"Siapa yang lahir pada hari ke tujuh belas?" 

"Ah, itu adalah Nona kedua." 

Jadi, Mei Qixuan, Dagenya lahir pada hari ke dua puluh. 

Dia akan menyimpan ingatan ini baik-baik, atau setidaknya mencatatnya sehingga ia dapat membantu mereka merayakannya di rumah bahkan jika itu hanya dengan kue atau roti yang akan dia buat dengan tangannya sendiri. 

Bagaimana bisa mereka melewatkan acara makan bersama bahkan jika itu hanyalah sarapan? Di desanya yang dulu, makan bersama adalah adat yang dianggap sakral. Yang satu tidak akan makan tanpa kehadiran yang lain, dan itu dapat merekatkan perasaan antara keluarga, antara saudara atau anak kepada orang tuanya. Itulah mengapa makan bersama dianggap sangat penting di dalam desanya. 

Houran teringat sesuatu, "bagaimana dengan hari pernikahan? Apakah Ā mu dan Ā ba pulang di hari itu?" 

Paman Li terlihat ragu untuk mengatakan apa yang berada di dalam pikirannya. Bibirnya menipis, lalu menghela nafas sejenak, "Tuan dan Nyonya sudah lama berhenti merayakan hari pernikahan mereka, Tuan muda." 

Houran tertegun, tidak siap untuk mendengarkan jawaban yang menunjukkan bahwa hari itu mungkin tidak penting bagi keduanya. Apakah hanya karena mereka terlalu sibuk? Ataukah mereka memang tidak memperdulikan hari penting itu?

Houran harus menarik dan menghembuskan nafasnya dua kalo berturut-turut, sibuk memikirkan banyak sekali kemungkinan dalam keluarga ini. Dia juga tidak bisa tinggal dalam keluarga yang akan terus bertindak seperti ini. Lebih baik untuk mencari semacam cara. 

Tapi Houran masih belum menemukannya. 

Ia menghela nafas sekali lagi, lalu berkata, "Paman, apakah ini hanya aku, atau kau juga merasa bahwa kediaman ini lebih terdengar seperti persinggahan sesaat untuk penghuninya?" 

"Mereka bahkan tidak menetap di dalamnya." 

[To Be Continued] 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status