"Paman Li, apakah kita memiliki banyak pengawal?"
Houran selalu ingin menanyakan hal ini sejak kemarin, meskipun mereka seorang bangsawan dengan kekayaan yang mungkin saja tidak akan habis dalam tujuh turunan, tetapi untuk memiliki seorang pengawal yang berada di setiap sudut ruangan, di samping pintu, di ujung halaman, di depan gerbang masuk, di depan setiap pintu kamar - yang membuatnya hampir tidak bisa tidur karena tidak terbiasa dengan seseorang yang berada di depan kamarnya - dan bahkan di dalam dapur. Sungguh, apa sebenarnya dibutuhkan dari seorang pengawal untuk berdiri di dapur seperti patung yang bernafas? Menakuti orang saja.
Paman Li, yang sejak kemarin menemaninya kemanapun ia ingin beranjak, dari dapur, ke ruang bersantai, menonton televisi, dan hanya meninggalkannya setelah memastikan ia masuk ke dalam kamarnya, kali ini juga berdiri di sampingnya dan tidak begitu canggung seperti kemarin.
Paman Li mengangguk untuk memberikan respon, "kediaman ini memiliki banyak pengawal, Tuan muda. Seharusnya lebih dari tiga puluh orang."
Houran hampir saja tersandung oleh langkah kakinya sendiri ketika mendengar perkataan Paman Li. Yang benar saja!
Dia mengangkat ketiga jarinya, "tiga ... tiga puluh? Apa kau tidak salah menyebutkan, Paman Li?"
Paman Li mengangguk dan tidak merasakan keterkejutan yang dialami oleh tuan mudanya.
"Itu masih sebatas perkiraan dari saya, belum termasuk pengawal yang ditempatkan di perusahaan, juga yang ditugaskan untuk mendampingi Tuan dan Tuan muda pertama, tetapi menurut jumlah pastinya itu harus ditanyakan kepada kepala pengawal, Tuan Fang. Apakah Tuan muda ingin saya menanyakan hal itu padanya?"
Keterkejutan Houran bahkan belum pulih ketika itu kembali terjadi dan mulutnya terbuka lebar.
"Bahkan semua pengawal ini memiliki ketuanya sendiri? Apakah setiap orang di rumah ini mendapat pengawalnya sendiri?" Tanyanya.
"Tentu saja. Tuan muda, anda juga memiliki pengawal sendiri, tetapi mereka tengah dihukum saat ini."
"Wah, aku juga memiliki pengawal sendiri? Itu luar biasa." Jika saja dia memiliki kaca untuk melihat raut wajahnya saat ini, dia pasti tampak bodoh. "Ah ... lalu mengapa mereka dihukum?"
"Tentu saja itu karena kelalaian mereka menjaga Tuan muda sehingga kau harus masuk rumah sakit sebelumnya." Jelas Paman Li sambil mengikuti langkahnya yang kembali berjalan lambat sembari mengamati sekitarnya.
Dia ingin meminta pengawal itu untuk segera dibawa ke hadapannya, hanya saja dia takut itu akan memicu kemarahan dari kepala pengawal yang mungkin saja menjadi seorang pria dengan tubuh kekar dan wajah menyeramkan, dia tidak ingin berurusan dengan hal semacam itu.
Dia bergulat dengan dirinya sendiri sebelum merapat ke arah Paman Li dan berbisik diam-diam kepadanya.
"Paman Li, jujur saja, apakah mungkin keluarga ini sebenarnya memiliki bisnis gelap?" Tanyanya dengan kegugupan yang sangat ketara.
Paman Li bingung dengan maksud dari pertanyaannya, "bisnis gelap? Apakah maksud anda seperti bisnis bawah tanah?"
Houran mengangguk dua kali, "ah, kurasa semacam itu ... apakah benar? Apakah kita menjual manusia? Atau memperdagangkan organ dalam manusia? Atau memperkerjakan pembunuh yang dibayar?"
Paman Li menatap tuan mudanya seakan-akan sosoknya baru saja melihat alien yang tidak tahu mungkin itu berasal dari zaman yang terbelakang.
Ia berbicara pelan-pelan, "Tuan muda, kita tidak melakukan bisnis bawah tanah."
"Oh ..."
"Lalu, mungkinkah, kita adalah Mafia?"
Paman Li menggelengkan kepalanya dengan perasaan maklum, anak remaja di zaman sekarang ini memang memiliki tingkat imajinasi yang berbeda dengan sebelumnya. Bahkan jika tuan mudanya mengatakan bahwa ia seorang siluman, mungkin ia hanya akan tersenyum dan mengangguk untuk menyetujui apapun ucapannya.
Houran tidak bisa memperkirakan apakah itu sama saja jika dia mengatakan bahwa dirinya yang sekarang bukanlah Tuan mudanya yang sebenarnya. Reaksinya harus tidak setenang biasanya.
"Tuan muda, mafia bukannya tidak ada, hanya saja kita tidak akan pernah bisa mengetahui siapa mereka dengan mudah." Terang Paman Li dengan bijak.
Houran tidak tahu mengenai hal ini, "bukankah mafia senang muncul dengan jas hitam dan kacamata hitam di tempat-tempat yang berbahaya?"
Ia melihat Paman Li berusaha menahan tawa, "itukah mengapa Tuan muda berpikir bahwa para pengawal ini adalah para mafia?"
Houran mengangguk seperti ayam yang mematuk makanan. Itu adalah cerita yang ia dengar dari salah satu temannya yang pernah bekerja di kota selama dua tahun, temannya selalu mengatakan dengan penuh semangat bahwa mafia selalu senang memakai pakaian yang seluruhnya hitam.
Apakah ia telah salah menduga?
"Mereka benar-benar seorang pengawal, dan tidak ada yang lain, Tuan muda, kau tidak perlu mencemaskannya."
"Baiklah, Paman. Apakah aku terdengar bodoh dengan menanyakan hal semacam itu?"
Bahkan dia bisa melihat beberapa pengawal yang berdiri tidak jauh dari mereka memiliki raut wajah dengan senyuman tertahan di bibirnya. Dia merasa mungkin saja pertanyaan sebelumnya sangat konyol, dia sedikit takut mungkinkah orang-orang ini merasa heran bahwa tuan mudanya menjadi sedikit kuno? Seperti orang dari desa terpencil?
Dia melihat Paman Li menggelengkan kepalanya, "tentu saja tidak Tuan muda, sebenarnya saya berpikir Tuan muda tampak lebih baik dari yang sebelumnya."
"Apakah aku yang sebelumnya begitu buruk?"
"Tidak begitu, Tuan muda. Anda yang sebelumnya, bagaimana kami seharusnya menjelaskannya ... anda sedikit ... tidak tersentuh."
Baiklah, dia merasa bingung. "Tidak tersentuh?"
Untuk pertama kalinya, dia melihat Paman Li merenung sejenak, tampaknya berusaha menemukan kata-kata yang mudah dicerna oleh seorang remaja dengan usia lima belas tahun.
"Sebelumnya anda tidak suka terlalu banyak bicara, anda tidak suka diganggu para pelayan, sehingga anda cukup tidak ramah bagi mereka. Sepanjang ingatan saya, anda hanya pernah tersenyum tetapi tidak pernah tertawa, anda juga tidak pernah memuji Nyonya dan Nona kedua seperti kemarin, anda hampir tidak pernah bertukar kata dengan Tuan muda pertama, anda hanya berada di kamar atau merenung di samping kolam." Paman Li mengatakannya dengan hati-hati untuk tidak menyinggung perasaannya.
Houran mencerna hal itu untuk sementara waktu. Lalu ia mendapatkan kesimpulan, "mungkinkah sebelumnya aku cacat otak?"
Ia bisa merasakan bahwa Paman Li tampak terperanjat untuk sesaat, "bagaimana bisa anda cacat otak?"
"Aku tidak tertawa, tidak suka bicara, tidak suka berbaur, tidak suka di ganggu, dan terus menyendiri, mungkin saja otakku tidak bekerja dengan baik sebelumnya, bukan begitu?"
"Sepanjang pengetahuan saya, anda selalu memiliki alasan untuk melakukan sesuatu, tuan muda." Kata Paman Li sambil tersenyum kepadanya.
Houran merenung lagi, sayang sekali dia tidak mewarisi ingatan dari tubuh ini, maka dia tidak akan terlihat begitu konyol dan bodoh sebagai tuan muda dari keluarga bangsawan kaya raya yang seharusnya memiliki martabat pada dirinya.
Dia melirik ke arah Paman Li yang masih terdiam dengan senyum di sebelahnya.
"Lalu, Paman Li, apakah kau mengetahui apakah alasanku dulu untuk bersikap seperti itu?"
Mendengarkan pertanyaan darinya, Paman Li hanya tersenyum dengan bijaksana dan lembut, tetapi tidak mengatakan jawaban dari pertanyaannya dan justru menepuk bahunya.
"Anda tampak lebih baik untuk tidak mengetahui semuanya seperti sekarang ini. Percayalah padaku, Tuan muda."
[To Be Continued]
"Hei, siapa namamu?"Dia cukup kelelahan untuk mengamati seluruh kediaman yang luasnya hampir menyerupai sebuah desa, baru saja beberapa tempat yang ia sambangi dan kini dia sudah hampir terkapar di salah satu tangga di halaman samping. Kakinya pegal, dan dahinya berkeringat, cukup untuk membuatnya merasakan bahwa fisik bocah yang ditempatinya ini benar-benar tidak dapat diandalkan.Paman Li baru saja mengundurkan diri untuk memberikan perintah pada pelayan agar membawakan minuman untuknya. Dan dia menunggu dengan meluruskan kakinya di tangga, memutuskan untuk menciptakan pembicaraan dengan seorang pengawalan yang berdiri di ujung tangga yang pendek ini. Pelayan itu hanya membungkuk sekali kepadanya, lalu kembali berdiri dengan wajah kaku.Ketika mendengarkan pertanyaan darinya, pengawal itu kembali berbalik ke arahnya, dan membungkuk untuk menjawabnya, "saya ... saya pengawa
Tok! Tok!Houran yang tengah merebahkan diri di atas tempat tidur yang dapat ditempati oleh lima orang sekaligus itu, dan suara ketukan di pintu membuatnya segera beranjak. Dia membuka pintu untuk menemukan seorang pelayan wanita yang segera membungkuk ke arahnya."Tuan muda, saya diminta menyampaikan bahwa Tuan muda tertua telah kembali, dan saat ini tengah beristirahat di ruang bersantai."Houran tertegun, "Dage ku kembali? Sejak kapan?""Tiga puluh menit yang lalu, Tuan muda." Jawab si pelayan dengan hati-hati.Houran mengangguk mengerti, dia segera memberikan instruksi kepada pelayan itu, untuk pergi terlebih dahulu. Sedangkan ia memiringkan kepalanya dan melirik pelayan yang tengah berdiri tegak di sebelah pintu dan tampak tidak terganggu.Dia berbisik. "Pst! Pst! Hei, kau ...."
Houran tidak menunjukan dirinya bahkan ketika mereka telah masuk ke dalam ruangan bersantai, televisi tidak menyala, sedangkan secangkir kopi telah terhidang di atas meja. Houran bisa merasakan sosok pria yang duduk di sofa dan membelakanginya, itu masih menunjukan ketegasan yang tidak terbantahkan.Houran menjadi semakin ragu-ragu, dia memilih untuk mendorong pengawal yang berada di hadapannya dan berpegangan pada ujung belakang jasnya yang membuat itu berkerut tidak karuan.Pengawal di depan Houran bahkan belum sempat menanggapi tindakan Tuan mudanya atau menyapa orang yang tengah duduk di sofa, ketika suara tegas dan dalam terdengar"Dia tidak ingin menemuiku?"Houran belum memiliki niatan untuk menunjukan dirinya, dan dia lebih pendek juga lebih kecil daripada pengawal ini, jadi cukup masuk di akal mengapa Dage-nya tidak dapat melihat keberadaannya.
Houran melirik sekitarnya, saat itu mereka tengah makan malam dan suasana di ruang makan benar-benar sunyi hingga seekor lalat yang terbang mungkin akan terdengar sangat keras. Dia melirik ke sekitarnya secara sembunyi-sembunyi, dan semua orang hanya terdiam dengan urusan masing-masing.Sebelumnya, ketika dia baru saja selesai membersihkan diri ketika pintu kamarnya diketuk sekali lagi, ia segera membenahi jubah mandinya yang sedikit terlalu besar, dan membuka pintu untuk menemukan Paman Li yang berada di depan kamarnya.Dia merasa cukup heran, "Paman Li?""Tuan muda," Paman Li menjawab sambil membungkuk kepadanya, "saya baru saja mendapat pemberitahuan bahwa Tuan tengah berada di perjalanan kembali, dan diperkirakan sebelum makan malam akan sampai."Houran agak linglung mendengarkannya, "Tuan, Tuan yang kau maksud ... Ah! Ā ba telah kembali?!" 
"Paman Li ... Ini ...?" Houran menunjuk ke arah lapangan rumput di hadapannya, dengan beberapa pohon yang sengaja diatur dengan ukuran dan bentuk yang serupa. Ada pula sebuah kolam di tengah-tengahnya dengan air mancur yang semakin menunjukan kesan elegan tetapi masih mewah. Paman Li mengikuti arah dimana Dia menunjuk, lalu berbicara, "ini adalah taman utama, Tuan muda." Dia menatap Kepala pelayan yang baru saja berbicara dengan raut wajah penuh tanda tanya, "ah, jadi ini taman? lalu mengapa aku tidak melihat bunga sama sekali?" Sepanjang ingatannya, salah satu teman yang pulang dari kota mengatakan bahwa bangsawan suka menanam banyak bunga sebagai simbol kediaman megah yang penuh warna. Lalu mengapa dia melihat sedikit sekali bunga yang ada di dalam kediaman ini? Apakah ada seseorang yang tidak menyukai bunga? Belum sempat P
Sejak kemarin, ketika Mu Qixuan langsung berbalik pergi sebelum Houran memiliki kesempatan untuk menyusun penjelasan karena sebenarnya dia hanya disebut begitu ketika masih berada di dunia sebelumnya, Houran terganggu dengan fakta bahwa mereka tidak lagi bertegur sapa. Walaupun sebenarnya Mu Qixuan memang selalu dingin dan juga kaku, dan memiliki aura seorang bos yang dapat mengeluarkan perintah apapun, itu masih akan berbicara -meski dengan menggunakan nada pedas- kepadanya. Mereka tidak menyapa satu sama lain, bahkan jika mereka saling berhadapan, dia yang terlalu takut untuk bertanya atau mengatakan halo kepada saudaranya yang menyeramkan ini, sedangkan Mu Qixuan dengan temperamen yang mengerikan dan juga dalam suasana hati yang buruk sudah pasti tidak akan memiliki niat barang secuil pun untuk mengeluarkan basa-basi pada saudara kecilnya ini. Ketika waktunya makan malam kemarin, Nyony
Dia sudah menghitung apa saja yang dapat dia tanam di dalam kebunnya nanti, dan mencoba untuk menyusun kembali beberapa lama setiap tanaman hingga panen, dia harus menentukan mana sekiranya yang lebih sederhana dan tidak membutuhkan terlalu banyak waktu, ia perlu menunjukan kepada keluarga ini bahwa akhirnya ada sesuatu yang dapat dia lakukan, dengan begitu dia dapat terus berkebun dengan hati yang ringan. Ia menghitung satu demi satu menggunakan jemarinya, sambil melangkah dengan riang, "aku akan menanam bawang daun, lalu bayam, buncis, sawi, tomat, cabai dan ... ah! Tidak boleh melupakan cabai hidung banteng!" Jing Li yang mendengarkan dengan tenang sambil berjalan di hadapannya tiba-tiba saja tersandung dan agak membungkuk karenya, "anda mengatakan apa yang ingin anda tanam itu? Yang terakhir?" "Ha? Cabai hidung banteng?" "Cabai macam apa itu, Tuan muda? Mengapa saya b
"Baiklah, lukanya tidak dalam, dan aku sudah membersihkannya, tunggu lukanya mengering dan mengelupas sebelum kau ingin melakukan kenakalan yang lain, dan juga usahakan untuk tidak menyentuh lukanya dengan air." Houran mengangguk dan menunggu dokter itu membalut lukanya, meskipun sebenarnya dia juga merasa luka itu hanyalah permukaan, hanya sedikit terasa perih dan juga tidak sesakit ketika dia harus terkena cangkul atau sabit ketika berkebun. Tapi dia menurut, karena dokter ini tampaknya sudah terbiasa di Kediaman Mei dan tidak berbasa-basi ketika mengatakan sesuatu. Ketika sudah selesai, dokter itu bangkit dan mengikuti arah pandangannya adalah Mu Qixuan yang berdiri di samping pintu dengan kerutan yang mendalam pada keningnya. Dokter itu menghela nafas, "Qixuan, apa kau hanya akan berdiri di sana? Apa kau robot atau penjaga pintu?" Oh! Dia sa