Share

Bab 6 Ulah Kepala Keluarga Ye

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 11:48:23

Mata Xuanqing mengedip sebentar, seiring dengan senyuman penuh arti yang muncul di wajahnya.

"Kalau begitu tunjukkan, tapi jika kau gagal memenuhi apa yang aku inginkan. Kau harus tetap menikahi Tuan Putri Daiyan!" Ibu Suri Zhao Weini berkata tegas. Wanita dengan sanggul rambut yang tinggi berhiaskan berbagai perhiasan dan giok mahal itu menatap remeh ke arah sang Adipati Muda.

Fen Rou dan Ming Tian sudah keringat dingin, mereka yang berdiri dibelakang Xuanqing pun saling tatap. Seolah-olah tengah berdiskusi tentang nasib Tuan mereka saat ini. Sebab keduanya tahu, apa yang diinginkan Ibu Suri Zhao Weini tidak dapat dipenuhi oleh Ye Xuanqing.

"Baiklah, tapi jika aku bisa menunjukkan hasil pekerjaan ku. Kau harus membiarkan ku hidup tenang," balas Xuanqing penuh teka-teki.

Ibu Suri Zhao Weini diam sebagai bentuk persetujuan. Kemudian Xuanqing mengeluarkan Pagoda Penahan Sembilan Siluman dari balik hanfu hitam yang kini tengah dia kenakan. Pria itu menunjukkan benda pusaka milik Keluarga Ye dengan seringainya.

"Di sini, ada siluman tingkat empat yang berhasil aku kurung berkat perburuan siluman di Gunung Jiaguan kemarin."

Kening Ibu Suri berkerut sebentar, bingung. "Apa buktinya jika itu benar-benar ada? Lagi pula tidak akan sulit bagimu untuk berbohong padaku Ye Xuanqing."

"Memang sangat mudah untuk berbohong Ibu Suri, tapi sebagai kepala Keluarga Ye aku menjamin kebenaran ucapan ku tadi." Xuanqing mendekat pada Ibu Suri, dia berjalan dengan tenang.

Tepat ketika dia berada dihadapan sang Ibu Suri, Xuanqing melempar pagoda tersebut ke atas. Membuat Ibu Suri dan juga dua rekannya sama-sama menoleh ke arah yang sama disaat bersamaan.

Ketika pagoda itu berada di udara untuk beberapa detik, pantulan cahaya dari dalam pagoda menunjukkan situasi para siluman yang terperangkap didalamnya. Meski  hanya sepersekian detik, tapi itu sudah sangat cukup untuk menjadi bukti.

Tak!

Pagoda itu kembali terjatuh di telapak tangan Xuanqing. Saat itulah dia tersenyum penuh kemenangan, apalagi saat dia melihat wajah tegang Ibu Suri.

"Anda sudah melihatnya bukan? Ada banyak sekali siluman didalam sana. Jadi sudah seharusnya itu cukup menjadi bukti pekerjaan ku di Gunung Jiaguan," ucapnya tenang.

Xuanqing lalu menoleh kebelakang, menunjuk Fen Rou dan Ming Tian secara bergantian.

"Ah ya, dua rekan kultivasi ku juga berhasil menangkap siluman kelas tinggi. Jika anda masih tidak percaya," imbuhnya lagi.

"Benar Ibu Suri, kami benar-benar melakukan apa yang anda perintahkan." Fen Rou dengan cepat meyakinkan sang Ibu Suri.

"Apa yang Adipati katakan memang benar, kami telah memburu para siluman yang tinggal di Gunung Jiaguan tanpa terkecuali." Ming Tian juga ikut berkomentar.

Ibu Suri Zhao Weini menghela nafas berat, dia kemudian berbalik badan dan kembali duduk di kursi kebanggaannya.

"Baiklah, untuk saat ini kalian boleh pergi!"

Setelahnya mereka bertiga pergi dari hadapan Ibu Suri Zhao Weini. Ye Xuanqing hanya menyunggingkan senyum miring. Dia merasa apa yang telah ia lakukan hari ini sudah cukup untuk membuat sang Ibu Suri diam beberapa saat.

Ye Xuanqing terus berjalan keluar dari istana giok, milik Ibu Suri. Dia juga tidak berniat memberi salam terlebih dahulu pada Tuan Putri Daiyan yang digadang-gadang bakal menjadi istrinya dulu.

"Adipati, saat ini kita sudah berada di istana. Akan lebih baik jika anda memberi salam kepada Tuan Putri Daiyan," saran Fen Rou ketika mereka terus berjalan menuju jalan utama keluar istana.

Ye Xuanqing langsung menghentikan langkah. Pria itu berbalik badan dan menatap lurus ke arah sang penasehat.

"Apa kau pikir saran mu tadi berguna Fen Rou? Aku sudah mati-matian menolak anugerah pernikahan dengannya. Tapi kau malah menyuruhku untuk memberi salam pada Zhao Yun Mei?" Ye Xuanqing geram, bahkan dia sengaja menyebut sang Tuan Putri Daiyan dengan nama aslinya.

Sungguh tindakan yang tidak bermoral dan akan menjadi cap kurang etis baginya. Tapi sekali lagi Ye Xuanqing tampak tak perduli. Berbanding terbalik dengan Ming Tian yang tampak frustasi. Dia lelah menghadapi sang Adipati yang suka sekali mempertaruhkan reputasi.

"Adipati, menyebut anggota kekaisaran dengan nama aslinya tanpa embel-embel posisi mereka akan dianggap tindakan tidak bermoral. Mohon agar anda lebih berhati-hati," ucap Ming Tian dengan tenang.

Ye Xuanqing hendak membuka mulut untuk membela diri. Akan tetapi Ming Tian jauh lebih cepat berkata lagi.

"Anda juga jangan lupa bahwa di dalam istana, tembok pun memiliki mata dan telinga. Saya khawatir apa yang anda lakukan akan menyulitkan bagi anda di masa depan," imbuhnya dengan bijak.

"Aku lelah, lebih baik kita kembali ke kediaman Keluarga Ye. Urusan kita sudah selesai jadi tidak perlu berlama-lama didalam istana," balas Ye Xuanqing yang tidak mau memperpanjang pembicaraan mengenai keluarga kekaisaran.

Fen Rou dan Ming Tian pun mengangguk setuju. Mereka akhirnya kembali ke kediaman Keluarga Ye yang berada di pusat kota. Dengan menaiki kuda masing-masing, ketiganya sampai setelah setengah jam kemudian.

Kediaman Keluarga Ye merupakan salah satu kediaman paling mencolok di Ibu Kota Kekaisaran Sheng. Kediaman yang sangat luas, bangunan kokoh dengan berbagai perabotan berkualitas terbaik, serta para pelayan yang tak terhitung jumlahnya.

"Berhenti di sana Ye Xuanqing!"

Langkah Ye Xuanqing langsung terhenti di tengah pintu masuk kediaman. Satu teriakan dari pria paruh baya membuat Ye Xuanqing diam ditempatnya.

"Ayah aku baru saja kembali dari tugas, jadi jangan halangi aku untuk masuk." Xuanqing berkata datar tapi tetap menunjukkan rasa hormat pada pria yang tidak lain adalah ayah kandungnya, Ye Qingyu.

Qingyu malah tersenyum sinis mendengar jawaban sang putra. Dia maju beberapa langkah sambil mengeluarkan sepucuk surat dari lengan hanfu yang dia kenakan begitu berhadapan dengan Xuanqing.

"Tugas kau bilang? Lalu apa yang kau tulis di surat ini adalah kebohongan?" cecar Qingyu menahan amarah.

Xuanqing melirik kertas yang ada di genggaman tangan sang ayah. Kemudian dia mengangguk mengiyakan tanpa merasa gentar sedikitpun. Padahal semua orang tahu, bagaimana tabiat Tuan Besar Ye ketika marah.

"Aku memang pergi untuk menjalankan tugasku sebagai Adipati Kekaisaran Sheng sekaligus pemburu siluman. Lalu apa yang aku tulis di surat itu juga benar, aku memiliki seorang istri di Kota Shinjing."

Rahang Ye Qingyu mengeras seiring dengan sorot matanya yang tajam dan tangan yang mengepal kuat menahan tinju.

"Ye Xuanqing, apa kau sadar dengan kata-kata mu barusan? Siapa yang mengijinkan mu menikah hah!"

"Aku tidak perlu izin untuk menikah, ayah. Lagi pula tidak ada yang meminta pendapatku ketika anugrah pernikahan dengan Tuan Putri Daiyan muncul." Ye Xuanqing masih tetap tenang. Padahal dia sadar tengah berada dalam bahaya.

Xuanqing juga membuat sandiwara pernikahannya dengan Jinsi benar-benar tampak nyata. Padahal awalnya itu hanya dia lakukan agar bisa menyingkir dari pengawasan Ibu Suri. Tidak disangka sang ayah justru menganggapnya serius, tanpa menelaah lebih lanjut apa yang dia tulis didalam surat.

"Melihat ayah yang marah-marah seperti ini, aku yakin kalau ayah sama sekali tidak teliti dalam membaca surat ku."

Kening Ye Qingyu berkerut dalam, emosinya turun meski tidak sepenuhnya menghilang. Perkataan putranya memang selalu memiliki maksud tersendiri dan tak pernah asal bicara.

"Apa maksud mu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 113 Menyelamatkan Darah Kaisar

    Ye Xuanqing berjalan merapatkan diri ke sisi tembok ruang bawah tanah begitu mendengar suara kaki mendekat ke arahnya. Sementara Fen Rou bersembunyi dibelakang tumpukan kayu bakar di ruangan itu sambil berjongkok dan mata yang awas.Melalui pandangan saja keduanya saling berkomunikasi, menunggu siapa yang muncul di ruang bawah tanah selain mereka.“Penjaga tidak mungkin turun ke mari sebelum aku keluar, aku sudah memerintahkan mereka untuk tetap berjaga di pintu masuk.” Ye Xuanqing membatin, menerka siapa yang sekiranya akan muncul dihadapannya.Obor di sisi kanan dan kiri pintu masuk ruang bawah tanah bergoyang pelan tertiup angin yang masuk. Fen Rou menyipitkan matanya, tangannya sudah menggengam erat Tombak Qiankun disisi tubuhnya. “Kalian juga mencari petunjuk segel darah disini rupanya.”Suara perempuan terdengar begitu jelas dari pintu masuk, kening Ye Xuanqing berkerut dalam. Sosok yang baru saja masuk masih belum terlihat wujudnya dan sang adipati masih menerka-nerka siapa so

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 112 Kekhawatiran sang Kepala Keluarga Ye

    Jung Jinsi dan Jing Qian berdiri menghadap sang Tuan Besar keluarga Ye, Ye Qingyu. Pria yang tak lagi muda itu berulagkali menghela nafas panjang. Sang Tuan Besar memang tengah duduk dengan the hiaju yang mengepul hangat dicangkirnya.“Jinsi, aku tahu niatmu baik. Tapi aku juga tidak mungkin mengizinkan mu pergi tanpa pengawasan disaat seperti ini.” Ye Qingyu berkata dengan tenang, namun jelas ada nada kekhawatiran yang dai sembunyikan.“Tuan Besar, apa anda lupa jika aku bukan manusia? Aku siluman rubah ekor sembilan, kekuatan ku cukup untuk melindungi diri,” jawab Jung Jinsi yang jelas keras kepala.“Aku tahu bagaimana kekuatan mu sebagai siluman, tapi aku mengatakan ini bukan bermaksud meremehkan kekuatan mu. Aku mengatakan ini karena aku tahu, akan jadi seperti apa putraku jika perempuan yang dia cintai pergi tanpa pengawasan di saat genting seperti in. lagi pula yang akan kau temui adalah siluman mimpi buruk Lu Sangyun.” Ye Qingyu menatap dalam-dalam ke arah Jung Jinsi dan Jing Q

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 111 Segel Darah

    Ye Xuanqing berjalan dengan langkah yang lebar-lebar saat dia meninggalkan paviliun angin timur, tempat ibu suri diasingkan. Begitu dia keluar, sang Adipati langsung menghela nafas panjang. Tampak sekali lelah setelah mengintrogasi Ibu Suri, Zhao Weini. "Bagaimana Adipati? anda dapatkan sesuatu?" tanya Ming Tian yang lekas berdiri dan menghampiri rekan kultivasinya. Ye Xuanqing diam sejenak, dia mengeraskan rahangnya. Menahan emosi yang membuncah dalam dadanya. "Wanita tua itu jelas masih memiliki rahasia lain dalam rencananya, dan kali ini masalahnya melebar ke mana-mana. Ibu Suri tidak hanya menargetkan Kaisar Zhao Yun Taek!" desis Ye Xuanqing. Kemudian sebuah cahaya muncul di udara dan mendekat ke arah sang Adipati Muda. Ye Xuanqing tahu kalau itu adalah jimat pengirim pesan yang ditujukan padanya. Tanpa banyak bicara Adipati itu langsung menengadahkan tangannya, bersiap menerima jimat tersebut. Ketika cahaya mengenai telapak tangan Ye Xuanqing, seketika ada gu

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 110 Interogasi Ibu Suri

    Gerbang istana dibuka perlahan, Ye Xuanqing bersama dengan Ming Tian dan Fen Rou masuk ke dalam istana sembari menunggang kuda. Barulah saat berada di halam istana, mereka turun dari kuda masing-masing dan menyerahkannya pada penjaga yang ada.Tugas utama sang adipati muda hari ini adalah melihat dan mengintrogasi sendiri Ibu Suri, Zhao Weini. Wanita tua itu sudah terlalu lama diam, dan kekaisaran perlu jawabannya untuk memeberikan hukuman dan menyelesaikan masalah dengan tuntas.“Kita langsung pergi ke paviliun angin timur, Ibu Suri diasingkan di sana saat ini adipati.” Ming Tian berujar pelan, dia memang tahu kondisi terkini dari sang pelaku utama kerusuhan di kekaisaran itu.Ye Xuanqing melirik sekilas ke arah Ming Tian yang memang berjalan dibelakangnya lalu mengangguk. “Ya, kita langsung pergi ke sana sekarang.”Namun baru saja hendak berbelok di koridor, sosok Putri Daiyan sudah muncul. Perempuan itu masih ditemani oleh dua pelayan muda dibelakangnya.“Adipati Ye!” panggil Zhao

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 109 Musuh yang mengetuk pintu

    Cahaya mentari menyelinap lewat celah kisi-kisi jendela, memantul lembut di atas lantai batu giok yang mengilap. Di paviliun utama, aroma teh qianye baru saja dituangkan oleh pelayan.Di kursi kehormatan duduk Ye Qingyu, pemilik wajah tenang namun berwibawa. Pakaiannya sederhana, namun dari cara duduk dan tatapan matanya, jelas bahwa ia adalah seorang yang terbiasa memimpin medan tempur.Di hadapannya duduk Mu Wangyan, Komisaris Perfektur Shinjing. Lelaki itu tampak santun, mengenakan jubah hitam bersulam perak khas pejabat tinggi. Matanya sempit, senyumnya tipis dan tidak pernah benar-benar sampai ke mata.“Sejak kapan komisaris perfektur, Kota Shinjing memiliki hubungan dengan Tuan Besar Ye?” Jung Jinsi yang duduk di sudur paviliun bertanya pada dirinya sambil menyuap buah kering pelan-pelan, seolah tak ikut dalam pembicaraan. Namun dari matanya yang terfokus dan telinganya yang tajam, ia sudah waspada sejak pria itu masuk. Ada semacam tirai tipis yang menghalangi dirinya, sehingga

  • Redemption: Karma & Rasa Sang Pemburu Siluman    Bab 108 Penghianat Kekaisaran

    Langit di atas Ibukota tampak lebih gelap dari biasanya, meski tak ada badai. Angin yang bertiup terasa membawa aroma darah dan dupa. Di kediaman Ye, suasana terasa tegang. Para pengawal berjaga dua kali lipat, dan paviliun belakang tempat Xuanqing dan Jinsi tinggal dijaga ketat oleh barrier spiritual. Hari ini adalah hari ke-7 pasca serangan yang dilakukan oleh Ye Xuanqing dan Jung Jinsi ke istana. Setelah hari itu, tidak ada tanda-tanda pergerakan apapun. Selain itu Ibu Suri juga bungkam, meski sudah diinterogasi. Di ruang utama, Ye Xuanqing menatap peta yang terbentang di hadapannya. Di sampingnya berdiri Jinsi, masih pucat tapi tekad di matanya tak pernah surut. Di seberang meja berdiri Ming Tian, Fen Rou, dan Jing Qian, masing-masing dengan ekspresi murung. “Ada yang janggal,” gumam Jing Qian, melipat lengannya. “Formasi pemecah jiwa itu terlalu rumit untuk dibuat hanya oleh Ibu Suri dan dua siluman." “Benar,” sahut Ye Xuanqing. “Menurut dokumen yang ditemukan di balik d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status